Sungai Veteran Dikeruk, ‘Harta Karun’ Kayu Gelondongan Bisa Diangkat dari Dasar Sungai

0

PENGERUKAN Sungai Veteran terus dilakoni personel dari Korem 101/Antasari bekerjasama dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III. Hasilnya, didapat batang kayu gelondongan sebagai ‘harta karun’ dari dasar Sungai Veteran.

TUMPUKAN kayu gelondongan ini pun ditaruh di samping siring Sungai Veteran. Beraneka ragam jenis kayu tua diduga merupakan bekas alas pondasi rumah-rumah warga yang kena gusuran. Sedikitnya ada puluhan kayu gelondongan didapat personel Korem 101/Antasari yang menggarap proyek normalisasi Sungai Veteran.

Warga Banjarmasin Sugiharto Hendrata mengakui kayu-kayu itu merupakan bekas alas pondasi rumah-rumah tua yang ada di kawasan Pecinan Darat, sebutan kawasan itu.

“Ternyata, pembebasan lahan dengan pembongkaran rumah-rumah di sepanjang Sungai Veteran masih menyisakan batang kayu gelondongan. Kayu-kayu gelondongan itu merupakan alas dasar atau pondasi rumah-rumah tua di kawasan Veteran,” ucap Sugiharto Hendrata dalam postingannya facebook, Selasa (29/3/2022).

BACA : Keruk Sungai Veteran Sepanjang 900 Meter, BWS Kalimantan III Gandeng Korem 101/Antasari

Menurut dia, teknik konstruksi membangun rumah-rumah kayu di kawasan Veteran merupakan kearifan lokal. “Karena kondisi lahan basah atau rawa dengan sungai sebagai alur transportasi utama pada masa lalu, tentu berbeda dalam teknik pembangunan rumah di wilayah berkontur tanah keras,” ungkap pemerhati sejarah Banjarmasin ini.

Sugiharto yang pernah bermukim di kawasan Pecinan Darat ini mengatakan konstruksi bangunan tempo dulu menggunakan bahan-bahan yang tersedia dari alam sekitar. “Inilah mengapa terbentuk keahlian dan pengetahuan terbaik dalam membangun bangunan di lahan rawa,” ucap Sugi.

Menurut dia, kayu-kayu gelondongan itu pun dipakai untuk pondasi dasar rumah di lahan rawa sebagai bantalan dasar konstruksi bangunan. “Batang-batang ini dapat mengapung terhampar di dasar lumpur rawa dan tersambung dengan tiang tongkat pondasi bangunan dengan bentuk pasak sundukan di atasnya, sehingga bangunan selanjutnya dapat berdiri stabil,” papar Sugi.

BACA JUGA : Bukan Venesia dari Timur, Ini Analisis Ahli Konstruksi Soal Normalisasi Sungai Veteran!

Pria yang pernah menekuni bisnis sepeda gunung dan lipat ini mengatakan batang gelondongan itu dapat bertahan lama ratusan tahun di lahan rawa berlumpur. Ini bisa dibuktikan pada kayu gelondongan yang diangkat dari dasar Sungai Veteran tampak masih utuh. Beberapa jenis kayu keras seperti meranti, hingga batang kelapa dijadikan hamparan pondasi rumah.

Tumpukan kayu gelondongan yang didapat personel Korem 101/Antasari dalam pengerukan Sungai Veteran. (Foto Sirajuddin)

Ketua Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Akbar Rahman mengakui metode menggunakan batang kayu sebagai bantalan pondasi rumah merupakan teknik tepatguna yang diterapkan masyarakat Banjar, khususnya membangun rumah di atas lahan berlumpur atau rawa.

BACA JUGA : Rencana Penanganan Banjir Difokuskan di Sungai Veteran

“Metode ini pun merupakan kearifan lokal. Sebab, untuk mendapatkan tanah keras di Banjarmasin, kedalamannya bisa mencapai 60 meter. Sedangkan, rata-rata tongkat rumah di Banjarmasin hanya mampu masuk kedalaman 20 meter bahkan bisa kurang dari itu. Inilah mengapa batang gelondongan digunakan untuk penahan pondasi rumah,” papar doktor urban design lulusan Saga University Jepang ini.

Menurut dia, tak mengherankan jika rumah-rumah tempo dulu di Banjarmasin kebanyakan diperkuat dengan hamparan batang gelondongan sebagai penguat pondasi rumah sehingga bisa stabil menahan beban.

BACA JUGA : Diawali Sungai Veteran, Ada Konsep Kepala Naga di Tempekong dan Ekor di Sungai Lulut

“Berbeda dengan penancapan kayu galam tidak terlalu kuat dibandingkan dengan hamparan batang gelondongan. Makanya, istilahnya rumah-rumah tempo dulu di Banjarmasin itu berdiri di atas tanah yang labil atau terapung,” kata Akbar.

Ia mengakui kondisi sekarang jauh berbeda dengan metode konstruksi tempo dulu, sehingga tak mengherankan karena berada di tanah labil, akhirnya banyak rumah roboh atau mengalami keretakan.

“Sebab, rata-rata pondasi itu berdiri di atas tanah lempung. Jadi, untuk bisa menembus tanah keras dalam bumi butuh tiang pancang yang panjang. Makanya, menyiasati itu digunakan batang gelondongan sebagai bantalan pondasi,” imbuh magister teknik lulusan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini.(jejakrekam)

Penulis Sirajuddin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.