Oleh : Lyta Permatasari
INDONESIA yang kaya budaya dan khazanah ilmu pastilah sangat menarik untuk siapapapun yang datang ke negeri ini.
TAK terkecuali rombongan pembalap profesional sekelas Marc Marques yang dengan riangnya melihat keindahan Indonesia di satu sisi bernama Mandalika. Kalau saja di saat acara balap motor digelar suasana normal, matahari bersinar sepanjang hari, mungkin tidak akan menjadi cerita khusus dan celotehan para nitizen.
Namun suasana menjadi berbeda, tatkala hujan turun dengan derasnya dan pertandingan terpaksa ditunda menunggu hujan reda. Di saat itu, hadirlah Mbak Rara seorang Pawang Hujan yang menjadi bintang di tengah arena untuk menjinakkan hujan dengan keahliannya.
BACA : IKN dalam Perspektif Sosial, Ekonomi dan Lingkungan; Menuju Kota Dunia untuk Semua
Terbayang bagaimana suasana saat itu. Pro-kontra pasti ramai disertai doa dan harapan agar balap motor segera dapat dilanjutkan tanpa hujan. Sang pawang merasa bertanggung jawab dalam tugasnya dan berupaya dengan maksimal.
Akhirnya hujan pun reda, entah karena siklusnya memang sudah usai atau karena aksi kinerja sang pawang. Yang pasti setelah itu, lahir berita menarik tentang sisi lain Mandalika dan peran pawang hujan di sana.
BACA JUGA : Kalsel Butuh Komitmen Kuat Selesaikan Problem Hidrometeorologi di Banua
Indonesia memang selalu unik. Negeri ini besar. Bukan besar dalam jumlah penduduk dan karya saja namun juga budaya dan keragaman adat istiadat. Bagi kita, pawang sudah biasa. Tak hanya hujan, ada pawang-pawang lainnya seperti pawang ular, pawang buaya dan banyak yang lain.
Kata pawang sekarang sepertinya lagi naik daun, kalau-kalau pawang cuaca edisi teknologi mungkin LIHAI bisa jadi contoh suksesnya. LIHAI adalah Layanan Informasi Handal untuk Manajemen Lingkungan. Saudaraku, tetaplah utuh dalam keragaman ini. Indonesia punya banyak cerita dan selalu menarik bagi dunia.(jejakrekam)
Penulis adalah Sekretaris Forum Silaturahmi Doktor Indonesia (Forsiladi) Provinsi Kalimantan Selatan
Pencarian populer:https://jejakrekam com/2022/03/22/sirkuit-mandalika-pawang-hujan-dan-pro-kontra-kearifan-lokal/