Sarat Filsafat, Buku Kegelapan dan Pencerahan Karya Sumasno Hadi Dibedah di Kambuk

0

KEGELAPAN dan Pencerahan, buku karya Sumasno Hadi dibedah dalam bincang literasi #1 di Kampung Buku (Kambuk) Banjarmasin, Jumat (18/3/2022) sore.

BUKU setebal 199 halaman karya dosen program studi Pendidikan Seni Pertunjukan (Sendratasik) FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin ini merupakan kumpulan esai perihal filsafat, seni, pendidikan dan demokrasi, dibedah cukup apik tiga pemerhati.

Adalah pengamat pendidikan; Moh Yamin, pendidik musik Susyam Widiantho dan akademisi PPKn yang juga founder Kambuk Banjarmasin, Reja Fahlevi, angkat bicara.

Ada 30 tulisan Sumasno Hadi yang dituangkan dalam buku cetakan Lambung Mangkurat University Press, dibedah ketiga narsum. Termasuk, owner Kambuk Banjarmasin yang Ketua Dewan Kesenian Banjarmasin, Hajriansyah turut memelototi esai-esai renyah sang dosen muda itu.

BACA : Setahun Kambuk Banjarmasin, Wadah Tongkrongan dan Literasi Berkebudayaan

Sumasno Hadi pun mengutip pendapat filsuf Yunani, Socrates ketika tengah mengalami situasi masyarakat yang sama bahwa pencerahan malah dituduh sebagai kegelapan. “Atau memang kita yang makin tidak peka untuk membedakan mana yang terang dan mana yang gelap,” kata Sumasno sebagai pembuka diskusi.

Para pembahas buku karya Sumasno memberi pandangan dari latar belakangnya. Seperti Reja Fahlevi mengakui kumpulan esai sejak 2014 hingga 2021 yang dirangkum itu banyak mengandung unsur pendidikan.

BACA JUGA : Riset Mendalam Tiga Dosen Sendratasik ULM, Isi Lowong Kajian Ilmiah Lagu Banjar

“Tentu saja, karena penulis berlatar belakang mendalami ilmu filsafat, banyak bahasa-bahasa yang memang perlu didalami lagi untuk menangkap pesan dalam tulisannya,” kata Reja Fahlevi.

Wajar saja, Sumasno juga bergelut di dunia jurnalistik, karena merupakan Pemimpin Redaksi Majalah Kandil, diakui dua pembahas lainnya; Moh Yamin dan Susyam Widiantho lebih menonjolkan framing pendidikan hingga musik.

BACA JUGA : Sihir Baru Sebuah Kota, Cerita Inisiator dalam Perkembangan Sastra di Banua

Sementara itu, owner Kambuk Banjarmasin Hajriansyah mengatakan diskusi bertajuk bincang literasi ini bagian dari program kampung buku. Terutama, membedah buku-buku karya penulis lokal, khususnya soal budaya, sosial dan kearifan lokal.

“Dengan begitu, buku-buku yang dijual di Kambuk Banjarmasin tak hanya bisa dibaca atau dibeli, namun para pembaca pun bisa berinteraksi langsung dengan para penulis. Ini tentu lebih mengena, dibanding hanya sekadar membaca,” kata Hajriansyah.(jejakrekam)

Penulis Iman Satria
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.