Menyoal Konsep Kampung Tematik, Antropolog ULM : Jangan Sasiranganisasi Diterapkan di Banjarmasin

0

PEMKOT Banjarmasin di bawah komando Walikota Ibnu Sina gencar membikin kampung tematik. Tujuannya untuk menggaet wisatawan datang ke Banjarmasin, tak hanya menikmati wisata susur sungai yang jadi andalan.

KAMPUNG-kampung tematik di Banjarmasin seperti Kampung Sasirangan Kelurahan Sungai Jingah, Seberang Masjid dan kawasan lainnya. Kemudian, ada Kampung Ketupat di Sungai Baru, Kampung Tanggui di Alalak Selatan dan Kuin Selatan, Kampung Tajau di Kuin Utara, Kampung Arab di Antasan Kecil Barat Pasar Lama, hingga wisata rumah lanting di Mantuil.

Ada lagi, Kampung Hijau dan Kampung Biru di kawasan Sungai Bilu berada di tepian Sungai Martapura yang menawarkan wisata kuliner serta industri kerupuk rumahan.

Antropolog Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Nasrullah mengakui eksistensi kampung tematik awalnya digelorakan untuk mengentaskan kemiskinan kota dengan memetakan potensi sosial budaya, ekonomi dan infrastruktur guna menggenjot wisata perkotaan (urban tourism).

BACA : Puncak Festival Kampung Banjar di Sungai Biuku, Lempeng Balayung Naik Pamor

Dosen program studi pendidikan sosiologi FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) ini mengakui transformasi kampung tematik di Kampung Parudan dan Kenanga yang dulunya merupakan sentra industri minyak kelapa (lalaan) menjadi pusat pembuatan kain sasirangan tak bisa dielakkan lagi.

“Bisa jadi karena hal itu dipicu tuntutan keadaan atau bisa akibat misconception (kesalahpahaman) dari awal. Memang, harus kita akui Kampung Parudan di Sungai Jingah merupakan kampung bersejarah, apalagi kampung ini pun masuk dalam bait lagu maestro lagu Banjar, Anang Ardiansyah,” urai Nasrullah kepada jejakrekam.com, Sabtu (19/3/2022).

BACA JUGA : Giliran Kampung Sasirangan Seberang Masjid Bakal Didandani

Dalam lagu berjudul Pancarekenan yang masuk album perdana Anang Ardiansyah dari 103 lagu yang diciptakan sang maestro justru menunjukkan identitas Kampung Parudan.

Antropolog ULM Banjarmasin, Nasrullah. (Foto Dokumentasi JR)

“Publik khususnya pencinta lagu Banjar tentu hanya akrab atau mengenal lagu berjudul Paris Barantai yang berkisah panorama alam Kotabaru, ketika lagu gubahan Anang Ardiansyah bersama Orkes Melayu Rindang Banua pada 1959, direkam dalam piringan hitam di Lokananta Solo. Padahal, lagu Pancarekenan menyinggung keberadaan Kampung Parudan,” beber antrolog lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini.

BACA JUGA : Patut Dijaga, Wajah Banjarmasin Jadul masih Bisa Dinikmati di Kawasan Hasanuddin HM

Kampung Parudan ditegaskan Nasrullah merupakan bagian dari identitas kampung-kampung lawas di Banjarmasin yang menunjukkan one village on product.

“Nah, ketika terjadi konsep pertukaran barang atau produk yang berbeda itu terjadi karena atas dasar saling membutuhkan satu sama lain, keberadaan Kampung Parudan yang dikenal sebagai penghasil minyak kelapa berubah seiring tuntutan zaman,” papar Nasrullah.

BACA JUGA : Guru Besar Antropologi UGM Sebut Anang Ardiansyah adalah Orang yang Sangat Brilian

Ia mengakui sasiranganisasi kampung-kampung di Banjarmasin bisa dimaklumi jika ada permintaan besar atau kebutuhan dari pihak, terutama akan kain sasirangan. Dampaknya, membutuhkan pekerja atau areal lebih luas.

“Namun, setidaknya Pemkot Banjarmasin dalam mengembangkan konsep kampung tematik bisa kembali menata ulang. Jangan sampai terjadi sasiranganisasi perkampungan yang sudah punya identitas tersendiri,” papar Nasrullah.

Sementara itu, warga Sungai Jingah, Sopian Hadi dalam tanggapan soal Kampung Parudan dan Kenanga yang telah bertransformasi jadi pusat kerajinan sasirangan bisa dihidupkan lagi.

BACA JUGA : Punya Nilai Historis, Turbah Sungai Jingah Diusulkan Jadi Objek Cagar Budaya

“Semoga saja Pemkot Banjarmasin bisa mengangkat kembali kearifan lokal bubuhan bahari (orang dulu). Sebab, proses pembuatan minyak lalaan (minyak kelapa) bisa dijadikan destinasi wisata susur sungai,” kata Sopian Hadi.

Menurut dia, pada 1990-an, banyak turis mancanegara justru mengunjungi Kampung Kenanga dan Kampugn Parudan karena keunikannya sebagai sentra pembuatan minyak lalaan.

BACA JUGA : Jejak Kampung Parudan, Penghasil Minyak Lalaan Bertranformasi Jadi Pusat Kain Sasirangan

Mengutip data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Kota Banjarmasin pada 2018 sebelum pandemi Covid-19, angka kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara di Banjarmasin terbanyak sebanyak  865.637 orang. Terdiri dari 862.220 orang wisatawan domestik atau nusantara dan 3.417 orang wisatawan mancanegara.(jejakrekam)

Penulis Sirajuddin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.