Curhat Sopir Taksi Kuning di Banjarmasin; Hidup Segan Mati Tak Mau
ERA kejayaan angkutan kota (angkot) atau taksi kuning, telah berakhir. Kini posisinya seakan hidup segan mati tak mau. Apalagi, kini banyak pesaing moda transportasi telah mengaspal di Banjarmasin.
TAKSI kuning merupakan moda transportasi primadona pada era tahun 1990-an. Bahkan, banyak trayek angkot masih aktif. Namun, kini perlahan tapi pasti, mulai ditinggalkan penggunanya.
Peredaran taksi kuning ini masih bisa dijumpai di kawasan Terminal Antasari, Jalan Pangeran Antasari, pusat kota Banjarmasin. Termasuk di Halte Malabar, Jalan Pasar Baru atau Terminal Km 6, Jalan Pramuka Banjarmasin.
Mengutip data 2018 hasil riset Poliban berjudul Analisis Kebutuhan Sistem Informasi Perizinan Trayek Dinas Perhubungan, Komuniasi dan Informatika Kota Banjarmasin, di Terminal Antasari masih terdapat 21 trayek. Termasuk, lima trayek di Terminal Km 6 dan dua trayek di Terminal Pembantu Malabar. Bahkan, ketika itu ada 400 unit mikrolet yang melayani penumpang.
BACA : Keluhkan Bus Trans Banjarmasin, Komunitas Sopir Taksi Kuning Curhat ke Nanda
Ambil contoh, kini trayek Terminal Antasari-Suaka Insan tak ada lagi. Ini belum termasuk, beberapa trayek yang sudah lama menghilang sejak pertengahan 2000-an. Kondisi yang semakin terpinggirkan ini diakui Suherman (60 tahun). Sopir angkot yang biasanya mangkal di Halte Malabar, Jalan Pasar Baru, Banjarmasin.
“Sudah puluhan tahun saya jadi sopir taksi kuning, usai berhenti bekerja di perusahan swasta. Memang, saat inilah masa mati surinya taksi kuning,” kata Suherman kepada jejakrekam.com, Rabu (16/3/2022).
BACA JUGA : Pengoperasian Bus Trans Banjarmasin Harus Berpihak ke Sopir Taksi Kuning
Ia mengakui pesaing taksi kuning bukan hanya mobil dan motor pribadi, termasuk ojek online. Namun teranyar adalah bus Trans Banjarmasin yang kini melayani trayek taksi kuning ke berbagai sudut kota.
Suherman mengatakan belum lagi hadirnya bus Tayo atau Trans Banjarbakula yang melayani koneksitas antar kawasan di Banjarmasin, Banjarbaru dan lainnya.
“Mau apa lagi, inilah kondisi yang harus dihadapi taksi kuning. Soal pendapatan, ya pasti jauh berkurang. Bahkan, kondisi lebih parah dibanding pada awal 2000-an,” tutur Suherman.
BACA JUGA : Suntik Mati Taksi Kuning, Kadishub Banjarmasin: “Bukan Saya Tak Punya Hati”
Tak hanya itu, armada taksi kuning pun rata-rata sudah berumur puluhan tahun, sehingga butuh perawatan ekstra. Suherman hanya bisa berharap taksi kuning itu dicarter atau disewa untuk menutupi setoran. Menurut dia, dari 400 unit yang dulu beredar di Banjarmasin, kini hanya tersisa sekitar 70 unit. Termasuk, beberapa trayek yang sudah lama menghilang.
“Dengan penghasilan yang tak menentu, tentu saja banyak sopir taksi kuning memilih berhenti atau beralih profesi,” ungkap Suherman.(jejakrekam)
Pencarian populer:angkot kuning banjarmasin,https://jejakrekam com/2022/03/16/curhat-sopir-taksi-kuning-di-banjarmasin-hidup-segan-mati-tak-mau/