Venesia dari Timur Hanya Pengalihan Isu Ibukota? Pakar Kota : Sungai Banjarmasin Sudah Lama Sakit

0

MUNCULNYA isu Venesia dari Timur untuk membenahi jaringan sungai di Banjarmasin dengan gelontoran dana Rp 1 triliun ditengarai hanya pengalihan isu pemindahan ibukota Provinsi ke Banjarbaru.

“APAKAH kabar itu hanya pengalihan isu ibukota Provinsi Kalsel? Julukan Venesia dari Timur, apakah berasal dari Belanda sebenarnya sudah tidak cocok lagi dengan kondisi kekinian Banjarmasin,” ucap pakar kota Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Akbar Rahman kepada jejakrekam.com, Selasa (8/3/2022).

Doktor urban design jebolan Saga University Jepang ini menegaskan dalam menggolkan megaproyek bernilai Rp 1 triliun itu harusnya menerapkan model bottom-up, sehingga masyarakat yang terdampak dilibatkan.

“Inilah mengapa motto Kayuh Baimbai itu jangan diabaikan. Apalagi, nantinya akan pembebasan lahan tentu akan memicu pertentangan lagi di tengah masyarakat,” papar Akbar.

BACA : Berbiaya Rp 1 Triliun, BWS Kalimantan III Golkan Proyek Tangkal Banjir Banjarmasin, Ini Daftarnya!

Menurut dia, sungai termasuk anak sungai di Banjarmasin memang sudah lama bahkan puluhan tahun tak dikeruk, sehingga butuh dana besar untuk kembali merevitalisasi atau menormalisasi dalam menangkal banjir.

Magister teknik lulusan Undip Semarang ini mengakui kondisi Banjarmasin yang merupakan daerah rawa berpaya-paya butuh perlakuan khusus. Ini karena, kondisi sungai termasuk jaringan anak sungai sudah lama sakit.

BACA JUGA : RTBL Pecinan Veteran-Tendean Digodok Pemkot Banjarmasin, Ini Saran Pakar Kota ULM

Namun, Akbar mengamati justru beberapa peraturan daerah (perda) seperti rumah panggung tidak bisa diterapkan, karena wilayah sungai atau anak sungai sudah kian menyempit akibat pemukiman warga.

“Kondisi geografis Banjarmasin mirip kota Saga di Jepang. Saat hujan turun deras, kawasan kota memang banjir. Namun, sistem drainase dan jaringan sungai yang dibenahi. Bahkan, setiap warga yang membangun rumah atau gedung diwajibkan dulu membikin jaringan drainase. Ini yang harus diterapkan di Banjarmasin,” papar arsitektur dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Kalsel ini.

BACA JUGA : Rencana Penanganan Banjir Difokuskan di Sungai Veteran

Begitu pula, menurut Akbar, penanganan banjir tidak bisa parsial dengan membenahi kawasan Sungai Veteran. “Pembenahan sungai itu harus menyeluruh. Kalau parsial tidak akan menyelesaikan masalah banjir di Banjarmasin, Jangan membuat proyek infrastruktur untuk pencitraan. Buat proyek yang betul-betul menyelesaikan permasalahan rakyat,” tegas Ketua Prodi Arsitektur Fakultas Teknik ULM ini.

Akbar Rahman, pakar kota dari Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin. (Foto Dokumentasi JR)

Untuk diketahui, Proyek National Urban Flood Resilience Project (NUFReP) berasal pinjaman hibah luar negeri dari World Bank (Bank Dunia) digarap Direktorat Jenderal Sumber Daya Air – Kementerian PUPR dan pendampingan Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah – Kementerian Dalam Negeri.Totalnya cukup fantastis mencapai USD 400.000.000 atau dikonversikan Rp 6 triliun.

BACA JUGA : Diawali Sungai Veteran, Ada Konsep Kepala Naga di Tempekong dan Ekor di Sungai Lulut

Program ini pun dicanangkan selama lima tahun sejak 2023-2027 untuk enam kota di Indonesia. Yakni, Bima (Nusa Tenggara Barat), Manado (Sulawesi Utara), Medan (Sumatera Utara), Banjarmasin (Kalsel), Semarang (Jawa Tengah) dan Ibukota Negara (IKN) Penajam Paser Utara-Kaltim.

Jika dibagi rata, maka Banjarmasin mendapat jatah Rp 1 triliun yang akan digarap selama lima tahun. Program penangkap banjir ini mencakup perencanaan investasi risiko banjir, investasi ketahanan banjir, penguatan kelembagaan dan manajemen pengetahuan, manajemen program dan dukungan implementasi.

BACA JUGA : Berdiri di Atas Sungai Veteran, Markas PMK Sangga Lima Dibongkar

Khusus di Banjarmasin ada 10 program baik jangka pendek, menengah dan panjang. Yakni, normalisasi dan penataan Sungai Veteran sepanjang 3,5 kilometer, Sungai Sutoyo S (Teluk Dalam) sepanjang 3,5 kilometer, Sungai A Yani dan Sungai Guring masuk wilayah Sungai Pekapuran dengan panjang 3,2 kilometer dan 3,8 kilometer Sungai Guring. Hingga, pembangunan Bendungan Riam Kiwa menampung 80 juta meter kubik (m3).

Sedangkan yang masuk jangka menengah ada 7 wilayah penanganan genangan (WPG); Sungai Handil Halinau, Sungai Basirih, Sungai Kelayan Kecil, Sungai Simpang Layang, Banyiur, Sungai Kuin dan Sungai Andai. Termasuk, normalisasi sungai dan penataan kawasan Sungai Jafri Zamzam yang terkoneksi ke Sungai Sutoyo S (Teluk Dalam).

BACA JUGA : Digagas Proyek Jalan Layang di Kawasan Veteran, Bagaimana Nasib Rancangan China Town?

Berikutnya, ada empat program jangka panjang digarap BWS Kalimantan III mencakup pembangunan siring di Sungai Martapura sepanjang 5,1 kilometer, normalisasi Sungai Tatah Belayung, sudetan Sungai Martapura sepanjang 26 kilometer dan lebar 20 meter melalui Sungai Tabuk hingga pertemuan Sungai Barito di Desa Aluh-Aluh dan pembangunan floodway (sungai rintisan) dengan long strotage 1,5 juta m3.(jejakrekam)

Penulis Iman Satria
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.