Jelang Ramadhan Harga Cabe Makin Pedas

0

REMPAH yang selalu menjadi primadona dan hampir cocok dengan semua jenis nemu makanan adalah cabe, karena memberikan sensasi pedas dan disukai banyak orang.

SEPERTI cabe merah atau cabe hijau, serta berbagai jenis cabe lain sebagai pelengkapnya bumbu dapur. Selain itu bawang merah dan bawang putih juga dianggap penting sebagai bahan penyedap makanan.

Saat Jejakrekam.com melakukan penyisiran di beberapa pasar, diantaranya di pasar Sentra Antasari dan pasar lain yang ada di kota Banjarmasin, Rabu (2/3/2022). Harga cabe dirasakan makin pedas atau sudah tidak murah lagi.

Seperti yang diungkapkan Natte pedagang sayur yang sudah 20 tahun berjualan di pasar Sentra Antasari itu mengaku, bahwa modal berjualannya selalu tidak seimbang dengan keuntungan yang didapat.

BACA: Cuaca Ekstrem Dongkrak Harga Cabe semakin ‘Pedas’

“Keuntungan jelas ada, tetapi sering tidak seimbang. Modal yang kami keluarkan pun bisa dibilang pas pasaan,” ujarnya.

“Sekarang harga cabe mulai ikut naik. Cabe rawit harganya agak mahal, dari lombok-lombok yang lain. Harganya sudah mencapai kisaran Rp 90 ribu per kilogramnya, bahkan lebih, itu tergantung mutu/kondisi cabe rawitnya,” bebernya.

Cabe merah dan cabe hijau jenis vioner, rata-rata dijual dengan harga Rp 40 ribu per kilogramnya bahkan bisa lebih. Begitu pula dengan cabe taji merah dan hijau, harganya hampr sama.

“Jarang sekali ditemui harga cabe yang kurang dari Rp 40 ribu per kilogramnya. Apalagi saat sekarang daya beli masyarakat agak kurang, karena masalah ekonomi kita, ditambah lagi dengan masa pendemi ini,” ucapnya.

BACA JUGA: Harga Cabe dan Sayuran Merangkak Naik

Sementara pengunjung pasar Sentra Antasari juga mengeluhkan kenaikan harga bahan pokok. Seperti yang diungkapkan Sumiati, seorang ibu rumah tangga dan pemilik warung makan.

Kepada Jejakrekam.com, Sumiati mengeluhkan harga bumbu dapur menjelang bulan Ramadhan tahun ini itu sudah mulai merangkak naik.

“Terkadang kami bingung dengan biaya belanja, tak pernah sesuai dengan modal. Duit yang dibawa selalu kurang, dan kami takut menaikkan harga dagangan kami. Sebab kalau kita naikan harganya, pelanggan bisa lari. Mau tak mau kita saja lagi bagaimana menyiasatinya,” tutupnya.(jejakrekam)

Penulis Sirajuddin
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.