Kenangan Bersama Mantan Gubernur Kalsel Ir HM Said, Bapak Infrastruktur Banua

0

Oleh : Sukhrowardi

JULUKAN Bapak Infrastruktur Banua layak disematkan kepada Ir H Muhammad Said. Gubernur Kalimantan Selatan periode 1984-1995 ini merupakan sosok insinyur yang telah melahirkan banyak karya bagi Banua.

WAJAR saja, karena Gubernur Kalsel ke-8 jika mengacu pada lahirnya Pemprov Kalsel pada 1957 atau gubernur ke-11 mengacu dari Gubernur Pertama Kalimantan Ir HM Pangeran Muhammad Noor merupakan insinyur teknis sipil dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Bahkan, usai mengabdi dua periode menjadi Gubernur Kalsel, HM Said pernah menjadi senator Banua di Dewan Perwakilan Daerah (DPD) utusan Kalsel pada periode 2004-2009 dengan merebut 249.888 suara pada Pemilu 2004. Jujur saja, banyak kenangan dengan sosok Pak Said-begitu begitu kami memanggilnya, karena penuh inspirasi.

Sebagai pemimpin daerah, Pak Said terkenal sangat disiplin bahkan mau membuka diri saat mengepalai Pemprov Kalsel, terutama berdialog dengan kalangan aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM), intelektual kampus serta elemen masyarakat lainnya.

BACA : Kabar Duka, Mantan Gubernur Kalsel HM Said Tutup Usia

Ini pengalaman saya ketika memimpin koran kampus Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) lewat Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Kinday. Ketika itu, kami berjanji untuk bertemu Pak Said di Gubernuran Kalsel, Jalan Sudirman Banjarmasin pada pukul 07.00 pagi.

Tepat, Pak Said hadir sudah di ruang kerjanya pada pagi hari. Sesuai janji pukul 07.00 pagi, benar-benar Pak Said mau menemui kami. Ini kesan pertama kami sebagai mahasiswa sangat kagum dengan kedisiplinan seorang Pak Said, Gubernur Kalsel ketika itu yang sempat menjadi Wakil Gubernur pendamping Gubernur Mistar Cokrokusomo terhitung sejak 9 Agustus 1981 hingga 25 Februari 1985. memimpin pada periode 9 Agustus 1981.

Saat itu, kami bersama aktivis kampus mendesak agar Pemprov Kalsel melalui tangan Gubernur HM Said segera menghentikan peredaran Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah (SDSB), kupon berhadiah yang menjadi pengganti Porkas. Ketika itu, porkas alias buntut atau SDSB yang beredar di tengah masyarakat sangat meresahkan. Kami pun mendesak Pak Said yang ketika menjabat Gubernur Kalsel untuk segera menyetop SDSB di Kalsel.

BACA JUGA : Banyak Jasa Pembangunan, DPDR Kalsel Usul Almarhum Mantan Gubernur H Muhammad Said Jadi Pahlawan

Para aktivis kampus Unlam seperti Desmond J Mahesa, Budairi (almarhum) dan Alimun Hakim, termasuk saya dan beberapa teman lainnya bersuara keras dan kritis di hadapan Pak Said. Saat dialog yang berlangsung panas, Pak Said pun tetap menunjukkan sosok kepemimpinan yang kebapakan. Tak ada kalimat emosional yang ditunjukkan Pak Said saat menghadapi para aktivis kampus ketika itu.

Saat itu, muncul pernyataan dari Pak Said bahwa dirinya mendukung penyetopan peredaran SDSD, walaupun saat itu di masa beliau Indonesia menerapkan sistem sentralistik, sehingga kebijakan itu pun berada di tangan pemerintah pusat di Jakarta. “Saya setuju jika SDSB itu disetop, tapi perlu kehati-hatian karena peredaran kupon berhadiah itu merupakan kewenangan pemerintah pusat. Itu program pusat,” ucap Pak Said, yang saya ingat ketika itu.

BACA JUGA : Paman Birin Berduka, Almarhum HM Said Pekerja Keras dan Ramah

Benar saja, begitu tingginya arus penolakan terhadap kupon berhadiah atau buntut itu, bahkan ada reaksi dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) hingga benar-benar dihentikan peredaran pada 24 November 1993 melalui keputusan penghapusan undian berhadiah oleh Menteri Sosial Endang Kusuma Inten Soewono di hadapan anggota DPR RI, ketika itu.

Memasuki awal reformasi 1998, kami pun membuat banyak agenda reformasi bersama teman-teman aktivis kampus dan pergerakan NGO. Ternyata, semangat reformasi ini juga ditangkap Pak Said, hingga menyodorkan konsep apa saja yang bisa diterapkan di Banua.

Bukti Pak Said mendukung gerakan reformasi adalah menyediakan kediamannya untuk dijadikan wadah diskusi, pertemuan hingga merumuskan agenda reformasi di Banua. Bahkan, makan dan minum atau konsumsi disediakan Pak Said bagi para aktivis yang menggaungkan spirit reformasi 1998. Hal ini dilakoni Pak Said, semata-mata agar tokoh reformasi asal Kalsel bisa berkumpul dan memberi kontribusi pemikiran serta lainnya kepada Banua.

BACA JUGA : Aksi Kilas Balik Omninbus Law, Demonstran Bawa Korek Telinga Raksasa ke Kantor Gubernuran

Bukti Pak Said sangat perhatian dengan kalangan akademisi dan aktivis adalah ketika menjenguk anak Prof Ersis Warmansyah Abbas (dosen FKIP Unlam). Saat itu, Ersis memang tengah menulis buku mengenai rekam jejak seorang HM Said, Gubernur Kalsel yang dikenal terbuka dan tak anti kritik ini.

Tak hanya menjenguk, Pak Said pun bersedia menanggung segala biaya perawatan dan pengobatan anak Prof Ersis yang saat itu dirawat di RSUD Ulin Banjarmasin. Tindakan serupa juga diambil Pak Said saat membantu keluarga besar kami. Saat itu, ibu saya, Hj Endang Rahman yang merupakan perintis TK Budi Mulia Banjarmasin tengah terbaring sakit di RS Islam Banjarmasin, turut dibantu biaya pengobatannya.

Itu hanya secuil kisah dari jiwa sosial seorang Pak Said. Selama menjabat Gubernur Kalsel pun, banyak warisan infrastuktur dan bangunan yang telah diberikan Pak Said. Sebut saja, pembangunan Gedung Bundar Sultan Suriansyah di Jalan Brigjen H Hasan Basry, Kayutangi, Banjarmasin, walau saat itu sempat ditentang sejumlah seniman dan budayawan, arsitek dan lainnya, toh sekarang gedung yang menjadi salah satu ikon Banua, bisa dinikmati masyarakat.

BACA JUGA : Telan Dana Miliaran Rupiah, Taman Nol Kilometer Hiasi Gubernuran Lama

Di masa Pak Said menjadi Gubernur Kalsel pun dikenalkan motode pengaspalan jalan yang jauh lebih cepat, efektif dan kuat menggantikan model lama. Aspal hotmix, begitu masyarakat mengenalnya telah digunakan dalam proyek infrastruktur khususnya jalan di Kalsel. Jika selama ini, aspal goreng selalu dipakai, telah tergantikan dengan terobosan metode pengaspalan yang lebih maju dan mutakhir, yakni aspal hotmix. Di masa kepemimpinannya, ruas jalan hingga pelosok desa di Kalsel pun diaspal mulus dengan hotmix.

Tak mengherankan, jika di masa Pak Said yang berlatar belakang seorang insinyur teknik sipil ini menjadi sang pelopor kemajuan pembangunan Kalsel. Jadi, sangat wajar jika Pak HM Said dinobatkan sebagai Bapak Infrastruktur Banua. Selamat Jalan Pak Said, amal ibadah dan rekam jejaknya yang baik bagi generasi Banua akan selalu dikenang.(jejakrekam)

Penulis adalah Anggota DPRD Kota Banjarmasin dari Fraksi Golkar

Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.