Tiru Konsep Masjid Friendly, Sudah Saatnya Masjid-Masjid Ramah Dibuka di Banjarmasin

0

MASJID bukan saja tempat ibadah untuk shalat lima waktu dan shalat Jumat, tapi bisa menjadi wahana untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah dan menggerakkan roda perekonomian.

AKADEMISI Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad Al Banjary, H Murakhman Sayuti Enggok mengaku tertarik dengan model masjid friendly yang diterapkan di beberapa masjid di Pulau Jawa.

Seperti Mushalla Al-Ghoffar di JalanRaya Losari 86, Singosari, Malang, berani membuka diri untuk warga tak sekadar untuk shalat. Bahkan, di mushala ini disediakan untuk masyarakat memanfaatkan mandi atau kencing dengan toilet bersih. Termasuk, menyediakan warga untuk mengecas handphone (HP).

“Model masjid atau mushalla yang menyediakan fasilitas semacam ini bsia ditiru. Bahkan, para pengunjung tak bisa hanya menumpang shalat juga disediakan kopi atau teh. Ini jelas menarik untuk diterapkan di Banjarmasin, termasuk Kalsel,” kata Sayuti Enggok kepada jejakrekam.com, Minggu (30/1/2022).

BACA : Muhammadiyah Kalbar Belajar Tata Kelola Amal Usaha ke Masjid Al Jihad Banjarmasin

Dia mengakui kebanyakan di masjid atau mushalla juga menyediakan sarung, mukena, dan sajadah bersih. Termasuk, loker bawaan agar jamaah bisa tenang.

“Banjarmasin tentu sebagai kota besar di Kalsel yang telah berdiri ratusan masjid dan mushalla bisa memberi fasiltias khususnya bagi para musafir, anak kecil, kurir, ojek online dan pemulung hingga lainnya,” kata mantan anggota DPRD Banjarmasin dari Fraksi PDIP ini.

Menurut Sayuti, model masjid friendly (ramah) juga diterapkan di Masjid Raya Al Insan, Patal Senayan, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Bahkan, Dewan Kemakmuran Masjid, membuka masjidnya 24 jam untuk tamu Allah, masjid ramah backpacker/musafir.

BACA JUGA : Anak Amat Pugaan Tabalong Jadi Imam Masjid di Tiga Negara

Pengurus masjid pun menyebar informasi di media sosial yang membuka diri bagi musafir atau lainnya untuk menikmati fasilitas masjid. Hingga menyediakan tenda dengan jaring anti nyamuk, Kasur busa untuk tidur, loker barang dengan kunci, mandi cuci kakus yang representatif.

“Masjid pun mencantumkan nomor kontak, sehingga bisa bermalam di masjid maksimal dua malam. Jelas, di Pulau Jawa sudah banyak masjid friendly yang terkenal seperti Masjid Jogokariyan telah lama menginisiasi model ini,” papar Sayuti.

Dia pun menyarankan agar di Kalsel khususnya Banjarmasin tidak lagi membiarkan masjid-masjid terkunci rapat. “Apalagi hanya dibuka saat shalat saja, terkadang jamaah yang masbuk ditunggui pengurus masjid, cepat-cepat selesai shalatnya agar masjid dikunci lagi,” kata Sayuti.

BACA JUGA : Pengurus DMI Banjarmasin Dilantik, Walikota Ibnu Sina Ajak Makmurkan Masjid

Bahkan, menurut dia,  ada pengumuman dilarang bawa anak-anak, dan berbagai cara terdahulu sepertinya semakin kurang relevan dengan perkembangan zaman. “Saya setuju eranya pengurus masjid membuka masjidnya seluas-luasnya kepada jamaah dengan pelayanan maksimal, disediakan sarapan, disediakan nasi kotak setelah sholat jum’at, ada teh, kopi, camilan dan berbagai pelayanan kekinian lainnya,” papar Sayuti.

Menurut dia, secara bertahap aktivitas semacam ini akan berdampak besar bagi sosial ekonomi. Sebab, masyarakat akan merasakan bahwa masjid adalah solusi.

“Masjid bisa jadi langkah awal kembali guyubnya masyarakat dan keluarga, jika masjid bisa menjadi pusat pendidikan, muamalah, dan peradaban, rasa keimanan dan kekeluargaan akan semakin kental,” papar mantan dosen STIA Bina Banua ini.

BACA JUGA : Ada Parkir Khusus Sepeda di Murjani, Tahun Depan Giliran Masjid Agung Banjarbaru

Berdasar Sistem Informasi Masjid Kementerian Agama, jumlah masjid di seluruh Indonesia sebanyak 277.927 unit. Rinciannya, terdapat satu masjid negara, 33 masjid raya, 423 masjid agung, 4.793 masjid besar, 226.152 masjid jami, 966 masjid bersejarah, dan 45.553 masjid di tempat publik.

Jika pengelolaan masjid sebanyak 277.927 unit ini semakin muslim friendly, ekonomi akan bergerak semakin kencang, perjalanan akan semakin murah, ibadah semakin baik, kualitas perjalanan akan semakin bermakna.

“Nah, informasi semacam ini patut disebarkan ke publik. Jangan sampai saat membangun masjid berharap bantuan dari jamaah, tapi selesai terbangun, justru masjid lebih banyak terkunci,” papar Sayuti.

Menurut dia, masjid pada esensinya merupakan fasilitas umum sehingga bisa dinikmati masyarakat, khususnya jamaah baik untuk istirahat sejenak maupun para musafir. “Jangan sampai lagi di dinding masjid dipasang pengumuman besar-besar dilarang tidur-tiduran walau hanya di teras masjid,” pungkas Sayuti.(jejakrekam)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2022/01/30/tiru-konsep-masjid-friendly-sudah-saatnya-masjid-masjid-ramah-dibuka-di-banjarmasin/,konsep ramah jamaah,Masjid al insan senayan boleh tidur malam hari,masjid jogokariyan nu atau muhammadiyah
Penulis Iman Satria
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.