Oleh : Humaidy ‘Ibnu Sami’
JAUH-jauh hari, semasa Guru Sekumpul (Tuan Guru Muhammad Zaini Abdul Ghani), salah satu Waliyullah dari Kota Serambi Mekkah, Martapura, Kalimantan Selatan masih hidup, dalam suatu kesempatan beliau telah meramal dan memprediksi ibukota baru Indonesia akan pindah ke Kalimantan Timur.
JIKA terjadi perpindahan itu, Guru Sekumpul mengatakan Insya Allah Indonesia akan lebih maju. Dalam pengamatan yang cukup mendalam basis ramalan Guru Sakumpul bagiku berdasarkan panggilan purba atau seruan sejarah lama.
Sebab, hal itu berawal dari peradaban Nusantara dulu dimulai. Itu ketika dengan berdirinya kerajaan pertama di Nusantara, yakni Kutai Martadipura yang kemudian menjadi Kutai Kartanegara sampai sekarang dan wilayahnya berada di Penajam Paser Utara, Samboja dan Tenggarong Kalimantan Timur.
Di samping itu, saya juga terlibat aktif perbincangan intensif tentang pemindahan ibukota lewat Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin dengan Menteri Bappenas di Kabinet Kerja Joko Widodo-Jusuf Kalla saat itu. Andrinof Chaniago.
BACA : Ketum JIMKa : Kepala Badan Otorita Ibukota Baru Paling Layak Orang Kalimantan
Saat awal diskusi dengan pendiri Tim Visi Indonesia 2033 itu sudah ditetapkan ibukota dipindahkan ke Pulau Kalimantan menggantikan Jakarta yang makin padat. Namun, belum jelas wilayah Kalimantan mana tepatnya yang akan ditunjuk menjadi ibukota negara (IKN) baru.
Ketika itu, sempat disepakati bahwa Kalimantan Tengah yang berada di episentrum Indonesia menjadi calon terkuat IKN. Bahkan, usulan itu disetujui para gubernur se-Kalimantan. Ada beberapa kota saat itu diusulkan, selain Palangka Raya, ada pula Sampit dan Pangkalan Bun.
BACA JUGA : Belajar dari Banten, Pemindahan Ibukota Baru Picu Pemekaran Wilayah
Tapi entah kenapa? Apa karena ada beberapa kelemahan untuk persyaratan ibukota menjadi batal dan ditawarkan menjadi ibukota pariwisata. Selanjutnya, saat terakhir terpilihlah Kalimantan Timur, yakni Kecamatan Panajam Paser Utara, Samboja dan Tenggarong, Kutai Kartanegara, sebagai tempat ibukota baru Indonesia. Kemudian, diberi nama oleh Presiden Joko Widodo dengan Nusantara.
Saya kira, setelah beberapa kali bersama teman-teman meninjau ke lokasi calon ibukota baru, Nusantara, masyarakat Kalimantan secara keseluruhan sebenarnya sudah siap, membangun dan mengembangkan ibukota baru yang lebih maju dan unggul.(jejakrekam)

Penulis adalah Staf Senior LK3 Banjarmasin
Staf Pengajar di UIN Antasari Banjarmasin