Diawali Walikota Ibnu Sina, Para Kolektor Lukisan Dinanti di Sangar Seni Solihin Taman Budaya

0

KEDATANGAN Walikota Banjarmasin Ibnu Sina ke pameran tunggal bertajuk Titik Nadir, karya pelukis kawakan Banua, Nanang M Yus, bisa nilai tersendiri bagi sang pelukis.

SEJAK dibuka pada Minggu (9/1/2022), ada 26 karya terbaik lukisan maestro pelukis Banua seperti tidak terlalu dilirik para kolektor, penikmat seni rupa hingga kalangan berduit. Maklum saja, harga lukisan yang dibanderol sang pelukis cukup tinggi. Dari termurah Rp 2,5 juta hingga termahal Rp 21 juta.

Nilai itu jelas sebanding dengan jerih payah Nanang M Yus yang sudah menggeluti seni lukis ini sejak puluhan tahun silam. Ternyata kedatangan Walikota Ibnu Sina ke Sanggar Seni Solihin di Taman Budaya Kalimantan Selatan, Jalan Brigjen Hasan Basry, Kayutangi, Banjarmasin, Kamis (13/1/2022) sore.

Orang nomor satu di Pemkot Banjarmasin meminta sedikitnya ada dua lukisan diberi label sold out alias sudah terbeli. Ibnu Sina tertarik dengan lukisan bergaya abstrak dan realistis dari 26 karya terbaik yang ditampilkan dalam pameran tunggal bertema Titik Nadir itu.

BACA : Usai 13 Tahun, Tak Hanya di Atas Kanvas, Perupa Hajriansyah Ekspresikan Lukisan di Perabot Dapur

Kabar Walikota Ibnu Sina ingin ‘memborong’ dua lukisan itu benar-benar menggembirakan Nanang M Yus. Maklum saja, sudah menjadi rahasia umum di Banjarmasin, apresiasi terhadap sebuah lukisan tergolong minim.

“Ya, minat warga Banjarmasin terhadap lukisan belum tinggi. Nah, ketika Pak Walikota menyatakan tertarik untuk membeli lukisan saya, tentu ini sebuah apresiasi tinggi buat saya,” kata sang pelukis, Nanang M Yus kepada awak media.

Padahal dalam setiap karya yang dihasilkannya dengan memadukan insting dan lainnya, Nanang M Yus tak main-main. Ia sungguh-sungguh dalam menggoreskan kuas dan cat di atas kanvas agar bisa dinikmati para pencinta seni rupa.

BACA JUGA : Pelukis Kalsel Suarakan Meratus ke Nasional Lewat Lukisan Tarian Leluhur

Diakui Nanang M Yus, menjual karya lukis di Banjarmasin juga tergolong sulit karena tipikal masyarakat yang masih religius, sehingga ada pandangan yang menyatakan lukisan itu haram.

“Bagi pandangan banyak orang, harga lukisan yang saya taruh tergolong mahal. Padahal bukan mahal jika dibandingkan dengan karya lukis di Jawa. Kalau di sini, harga seperti itu masih terbilang murah,” ucap sarjana hukum lulusan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta ini.

Sudah menggeluti seni lukis sejak tahun 1970-an, usai mengembangkan bakat alam dan mengasahnya di kota seni Yogyakarta, Nanang M Yus tak lupa dengan identitasnya sebagai urang Banjar.

Tak mengherankan, banyak karya lukisan saat dipamerkan di Bengkel Seni Solihin itu bertema naturalistic seperti bunga, burung, dan lukisan still life hingga realistik dengan tema lokal Banjar, serta abstrak reflektif-spritualistik.

BACA JUGA : Potret Lukisan Hitam Putih di Tengah Minimnya Apresiasi Seni Warga Banjarmasin

Ketua Dewan Kesenian Kota Banjarmasin Hajriansyah berharap dengan kedatangan Walikota Ibnu Sina dan memborong lukisan karya sang maestro, Nanang M Yus bisa membangkitkan semangat para pelukis Banua.

“Bagi saya dalam karya lukisan Pak Nanang Yus ini yang menampilkan keragaman eksplorasi adalah manisfetasi dari penjiwaan sang pelukis. Artinya, pengalaman 50 tahun berkarya, Pak Nanang Yus ingin memperlihatkan kekayaan dari karyanya,” ucap Hajriansyah.

BACA JUGA : Pameran Lukisan di Rumah Anno Berubah Jadi Ajang Swafoto

Dia berharap langkah Walikota Ibnu Sina bisa ditiru para pejabat lainnya. Termasuk, tentu saja para pengusaha untuk mengoleksi lukisan karya pelukis Banua.

“Bayangkan saja, seperti kolektor lukisan Juni Rif’at (mantan Direktur Bank Kalsel) berani membeli lukisan karya maestro Affandi Koesoema seharga Rp 3 miliar. Bahkan, lukisan karya seniman Banua Misbach Tamrin juga turut diburu,” kata Hajriansyah.

BACA JUGA : Titik Nadir dalam Berkarya Pelukis Kawakan Banua Nanang M Yus

Menurut dia, kolektor lukisan lainnya adalah anggota DPD RI utusan Kalsel Gusti Farid Hasan Aman juga sudah dikenal di kalangan pelukis lokal dan nasional.

“Semoga saja, jejak kedua kolektor lukis ini bisa ditiru para pejabat dan pengusaha lainnya di Kalsel. Ketika karya lukis itu dihargai, tentu bagi seorang seniman itu adalah sebuah penghargaan yang luar biasa,” tutur perupa muda Banua ini.(jejakrekam)

Penulis Iman Satria/Didi GS
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.