Baru 11,4 Kilometer di Banjarmasin, Pakar Kota ULM : Jalur Sepeda Harus Aman dan Nyaman

0

BANJARMASIN terus mempertahankan predikat kota ramah bagi peseda. Usai meraih penghargaan dari Komunitas B2W Indonesia berpusat di Jakarta pada Desember 2021 lalu.

BERDASAR data Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Banjarmasin, untuk jalur sepeda di beberapa titik atau ruas jalan di ibukota Kalimantan Selatan hingga 2021, ada sepanjang 11,4 kilometer.

Titik jalur sepeda itu seperti berada di Jalan Achmad Yani dari Km 1 hingga 6. Kemudian, Jalan Merdeka 400 meter, Jalan DI Panjaitan 700 meter, Jalan Piere Tendean 900 meter, Jalan Sudirman 1.900 meter, Jalan AS Musyaffa 100 meter.

Lajur sepeda ini juga dibangun di kawasan depan Balai Kota Jalan RE Martadinata sepanjang 200 meter, Jalan Tarakan 400 meter, Jalan Belitung Barat 4.800 meter, Jalan S Parman 1.000 meter, Jalan Lambung Mangkurat 900 meter dan Jalan Keramaian 100 meter. Untuk membangun satu jalur sepeda dibutuhkan dana Rp 200 juta, seperti di ruas Jalan Achmad Yani.

BACA : Tak Ramah bagi Pengendara Lain, Stick Cone Jalur Sepeda di A Yani Hilang Karena Ada Pengaspalan

Di masa kepemimpinan Walikota Banjarmasin Ibnu Sina, pembuatan lajur sepeda memang terus digenjot. Termasuk, even-even yang menghadirkan komunitas sepeda, terkhusus sepeda lipat yang terus tumbuh subur di masyarakat urban Banjarmasin.

Pakar kota Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Akbar Rahman mengakui sepeda merupakan salah satu moda transportasi penting dalam konsep kota urban.

“Sebenarnya keberadaan sepeda itu bukan sekadar hobi tapi harus menjadi sebuah kebutuhan kota dalam mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Namun, dalam pola penataan harus diikuti dengan sistem transportasi publik yang nyaman,” ucap Akbar Rahman kepada jejakrekam.com, Kamis (6/1/2021).

BACA JUGA : Sering Salah Jalur, Dishub Banjarmasin Buatkan Pagar Markah untuk Pesepeda

Menurut dia, moda transportasi sepeda harus terkonseki dengan moda transportasi publik. Hal ini belum terwujud di Banjarmasin, karena masih ada mis (kesalahan) dalam penerapannya di lapangan.

“Jalur atau lajur sepeda memang harus dibuat khusus agar lebih aman. Namun, jangan sampai menumpang di jalur umum,” kata doktor urban design jebolan Saga University Jepang ini.

Akbar mencontohkan saat pemasangan barrier berupa stick cone di jalur sepeda sepanjang Jalan A Yani yang menjadi domain Banjarmasin dari kilometer 1 hingga 6.

“Namun, keberadaan stick cone ini justru tidak berlangsung lama, karena terlindas kendaraan bermotor dan mobil. Banyak yang rusak, bahkan hilang akibat pengaspalan ruas jalan protokol itu oleh Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Kalsel pasca banjir besar awal Januari 2021 lalu,” ungkap Akbar.

BACA JUGA : Raih Kota Ramah Sepeda, Pengamat Uniska : Menata Banjarmasin Tak Bisa Hanya Sekadar Hobi Walikota

Arsitek muda dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Kalsel ini mengatakan pemasangan barrier dengan stick cone itu sejatinya konsep diutamakan adalah aman dan nyaman untuk semua. Bukan hanya peseda, tapi juga pengendara atau pengguna jalan lainnya.

“Faktanya, ada lagi satu persoalan yang dihadapi saat membangun jalur sepeda karena setiap tahun pasti ada proyek pengaspalan. Nah, ketika jalur sepeda dicat atau dibikin jalur khusus, malah hilang akibat ada pengaspalan. Maka tiap tahun harus ada penganggarannya, jelas ini sebuah pemborosan,” kritik Akbar.(jejakrekam)

Penulis Iman Satria
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.