Bagaimana Mestinya Generasi Muda Banjar Ambil Peran sebagai Pewaris Kebudayaan?

0

PUSAT Kajian Kebudayaan Banjar menggagas diskusi bertajuk pewarisan kebudayaan dan tanggung jawab pemuda bertempat di Jalan Pramuka Kompleks Semanda, Kota Banjarmasin, Rabu (5/1/2022) malam.

FORUM yang dipandu penabuh Gamelan Banjar, Novyandi Saputra, ini dihelat untuk membedah bagaimana mestinya generasi muda, khususnya yang ada di Kalimantan Selatan, tetap mampu mempertahankan produk-produk kebudayaan masyarakat Banjar di tengah masuknya nilai-nilai baru dari perkembangan zaman.

Antropolog dari Universitas Gajah Mada (UGM), Irwan Abdullah, hadir sebagai pembicara dalam diskusi tersebut. Dia menegaskan, pewaris kebudayaan memang sangatlah diperlukan untuk mempertahankan tradisi turun-temurun masyarakat terdahulu.

Yang jadi pertanyaan, bolehkah generasi muda mengembangkan tradisi yang sudah seiring dinamisnya perkembangan zaman? Sebab, selama ini, hampir selalu ada perdebatan mengenai hal ini.

Sebagai antropolog, Irwan menanggapinya sederhana. Dia mengatakan, perbedaan dalam pengembangan kebudayaan merupakan hal lumrah. Ia justru menginginkan pelestarian kebudayaan dapat berlangsung secara dinamis.

BACA JUGA: Mencari Identitas Lagu Banjar, dalam Berkarya Musisi Harus Bebas Merdeka

Dia kemudian memberi contoh kerja-kerja kesenian yang dilakukan pemain gamelan muda dari Barikin HST, Novyandi Saputra. Selama ini Novyandi memang kerap mengembangkan permainan Gamelan Banjar dengan dinamis.

“Novyandi tadi bercerita bahwa dirinya dalam keluarga tidak memiliki keturunan yang melakukan tradisi gamelan. Lalu dianggap merusak ketika adanya pengembangan. Maka itu ada konsepsi yang berbeda,” ujar Irwan.

Suasana diskusi kebudayaan yang dihelat Pusat Kajian Kebudayaan Banjar di Kompleks Semanda Banjarmasin, Rabu (5/1/2022) malam.

Irwan mengingatan, kebudayaan akan selalu berkembang seiring beragam faktor, seperti proses perpolitikan yang datang dari pemangku kebijakan. Maka dari itu, ia menginginkan konsep pelestarian budaya di hadapan publik harus berlansung dinamis.

Gibran Irfani Abdullah, perwakilan pembicara dari kalangan pemuda dalam diskusi ini juga merespons bahwa pengembangan kebudayaan memang menyesuaikan kondisi zaman.

Namun demikian, Gibran mengingatkan pengembangan kebudayaan ini mesti mengacu pada literatur-literatur yang ada dan harus dibincangkan antar generasi.

BACA JUGA: Ketika Lagu Banjar Karindangan Nanang Irawan Dipoles Didi Kempot

Dia kembali mencontohkan apa yang dilakukan oleh Novyandi. Menurutnya, apa yang dilakukan Novy dengan pengembangan Gamelan Banjar hari ini sudah termasuk kontribusi besar. Dia sudah berperan sebagai pewaris serta melanjutkan proses kebudayaan itu hingga masa kini

“Kesenian akrab dengan kreativitas. Kreativitas akan mengalami kebosanan dan memerlukan inovasi-inovasi,” ujar Gibran.

Penggagas Pusat Kajian Kebudayaan Banjar, Taufik Arbain, menyambut positif diskusi ini bisa menghasilkan perbincangan bagaimana mestinya pemuda menjadi pewaris kebudayaan.

“Setidaknya, misalnya ada ahli waris kebudayaan ingin mengembangkan maka boleh saja. Tantangan kebudayaan, perdebatan antara mereka yang memiliki mazhab pelestarian dan mazhab pengembangan,” ucap Taufik. (jejakrekam)

Penulis M Rahim
Editor Donny

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.