Pimpin DPW ASIAN Kalsel, Uhaib As’ad : Beri Pemikiran Kritis dan Inovatif bagi Banua

0

ASOSIASI Ilmuwan Administrasi Negara (ASIAN) kini hadir di Kalimantan Selatan. Para akademisi yang menggeluti cabang ilmu ini membentuk jaringan di berbagai daerah.

DI Pengurus Pusat ASIAN berpusat di Jakarta diketuai Afriva Khaidir PhD (Universitas Negeri Padang) dengan Ketua Harian; Dr Zulmansyur (Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Yapann/Universitas Nasional) dan Sekretaris Jenderal; Prof. Cecep Darmawan (guru besar Universitas Pendidikan Indonesia).

Sementara di DPW ASIAN Kalsel dipercayakan kepada Dr Muhammad Uhaib As’ad (akademisi FISIP Uniska MAB Banjarmasin) dengan Wakil Ketua; Dr Irawanto Tukiyat (Ketua STIA Bina Banua Banjarmasin), bersama Dr Semuel Risal (STIA Bina Banua) serta akademisi lainnyha seperti Riky Welli Saputra, Dr Dewi Merdayanti dan Fika Fibrianita. Kemudian, beberapa akademisi juga mengepalai beberapa departemen yang ada di DPW ASIAN Kalsel.

“ASIAN merupakan sebagai arena gerakan mengembangkan pikiran-pikiran akademik yang kritis dan inovatif di tengah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan sosial ekonomi dan politik,” papar Ketua DPW ASIAN Kalsel, Muhammad Uhaib As’ad kepada jejakrekam.com, Minggu (2/1/2022).

BACA : Dosen Uniska Uhaib As’ad Disomasi Tim Hukum BirinMu Usai Kritik PSU

Menurut dia, seiring perkembangan demokrasi, keterbukaan informasi dan kritisme publik yang semakin tidak terbendung lagi perlu menghadirkan pikiran-pikiran kritis, inovatif, dan rasional dari  kalangan ilmuwan atau akademisi. Salah satunya adalah kalangan ilmu administrasi untuk menjawab perkembangan dinamika sosial ekonomi dan politik, juga perkembangan birokrasi pemerintahan.

Uhaib mengatakan ASIAN sebagai komunitas yang berlatar belakang akademik harus melibatkan diri setidaknya memberikan kontribusi pemikiran bagi pembuat kebijakan atau regulasi agar kebijakan dan regulasi yang dibuat oleh pembuat kebijakan tidak tersesat ke dalam feodalisme dan patronase kepentingan sekelompok orang atau atau faksi-faksi kepentingan ekonomi dan politik saja.

“Di era demokrasi saat ini peran modal atau kapital telah merusak proses demokratisasi dan kewarasan publik karena kuatnya pengaruh kekuatan oligarki dan kroni kapitalis,” papar doktor lulusan Universitas Brawijaya Malang ini.

BACA JUGA : Kebutuhan Pokok Dinaikkan, Uhaib: Pemerintah Tak Lagi Menjadi Pelayan Publik

Masih menurut Uhaib, pengaruh kekuatan oligarki dan kroni kapitalis ini bukan saja berada pada level arus kekuasaan di pusat, tetapi juga bertransformasi dan terdesentralisasi pada level lokal.

“Proses demokratisasi yang diiringi politik kebijakan desentralisasi kekuasaan memberikan dampak bagi munculnya aktor-aktor lokal, oligarki lokal, dan kroni kapitalis dengan cara membonceng pada institusi-institusi kekuasaan, lembaga-lembaga demokrasi atau partai politik untuk membajak kekuasaan dan demokrasi,” papar Uhaib.

Bagi Uhaib, pembajakan kekuasaan dan demokrasi semakin menguat dan menjadikan proses demokrasi berjalan tidak jelas arahnya. Kekuatan oligarki dan kroni kapitalis memutar arus demokratisasi ke jalan buntu dan berliku, mesin birokrasi pemerintahan pun terjebak dalam pola-pola feodalisme dan paternalistik.

BACA JUGA : Mengharumkan Uniska, Uhaib As’ad Masuk Deretan Editor Jurnal Internasional

“Birokrasi pemerintahan bercorak feodalisme dan paternalistik itu berkaitan erat dengan proses demokrasi yang ditunggangi oleh kekuatan kapital sehingga karakter birokrasi yang ada menjadi perkumpulan para petualang kekuasaan yang berhasil diselundupkan para kroni kapitalis atau kekuatan kelompok oligarki,” urainya.

Uhaib melanjutkan kontestasi politik dan kekuatan modal sudah merusak sistem politik dan demokrasi, juga birokrasi pemerintahan. Hal ini bisa terjadi karena  kuatnya pengaruh oligarki atau modal dalam dinamika perpolitikan nasional dan lokal.

“Atas dasar itu, kehadiran ASIAN setidaknya diharapkan memberikan sentuhan pemikiran kritis dan inovatif bagi pembuat kebijakan sebagai pertanggung jawaban moral akademik bagi para akademisi ASIAN,” tuturnya.

BACA JUGA : Dukung Anies Baswedan Jadi RI 1, Sejumlah Tokoh Kalsel Bikin Jaringan Relawan Gebrak Banua

Tentu saja, menurut Uhaib, kehadiran ASIAN di wilayah Kalimantan Selatan bukan menjadi obat mujarab untuk mengatasi penyakit kronis birokrasi pemerintahan yang terlanjur beraroma paternalistik dan feodalistik akibat proses demokrasi lokal diwarnai persekongkolan kepentingan bisnis dan politik.

“Tetapi ASIAN Kalimantan Selatan ingin berbuat dalam bentuk pikiran dan dan gebrak moral intelektual dari pada diam sama sekali. Semoga demikian adanya,” pungkas Uhaib.(jejakrekam)

Penulis Iman Satria
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.