Amun Garing, Sawu Mantah Gin Kada Tamakan

0

Oleh : Noorhalis Majid

MUMPUNG sehat, kalau ingin makan sesuatu jangan ditahan-tahan, makan saja.Tidak perlu berhemat dalam soal makanan, asal cocok dengan selera, badan masih sehat dan uang tersedia membelinya, beli saja, makan dan nikmati kelezatannya.

KARENA, kalau nanti saat sakit, disuguhkan makanan apapun, pasti tidak berselera (termasuk sawo mentah – sekedar ungkapan humor), demikian makna amun garing, sawu mantah gin kada tamakan.

Kalau sakit, sawo mentah pun tidak termakan, demikian arti harfiahnya. Selagi sehatlah kita bisa merasakan berbagai makanan. Tuhan sudah menyediakan banyak hal untuk bisa dimakan, dan semua makanan yang baik dan halal tersebut bermanfaat untuk tubuh.

Kalau tersedia dan mampu membelinya, beli saja, jangan pelit – jangan pula terlalu berhitung, karena yang dimakan itulah yang menjadi rezeki, yang belum dimakan belum tentu jadi rezeki.

BACA : Kuliner Banjar; Refleksi di Ujung Lidah, Warisan yang Tak Boleh Luntur

Sayangnya, kalau sudah jatuh sakit baru ditanya ingin makan apa? Seakan apapun yang diminta siap disajikan. Saat sehat, pertanyaan ini jarang terdengar. Padahal, ketika tubuh sudah sakit, makanan apapun terasa tidak berselera, termasuk yang paling digemari sekalipun.

Terkesan memang bercanda, tetapi memberikan pelajaran betapa pentingnya menjaga dan memanfaatkan masa sehat. Bahwa sehat itu mahal, harus dinikmati dengan sebaik-baiknya.

Saat sehat, metabolisme tubuh masih bekerja dengan baik, mampu mencerna dan mengolah apapun yang dimakan, dan makan enak terasa nikmatnya. Karenanya, segala yang ingin dimakan jangan ditahan, walau tidak harus mengumbarnya secara berlebihan.

BACA JUGA : Teranyar ‘Dijamak Jibril’, Dokumentasikan Paribasa Banjar Berisi Nasihat dalam Tiga Buku

Jangan tunggu sakit, baru datang tawaran makan enak. Momentnya sudah tidak tepat. Sakit, justru menjadi waktu berefleksi tentang pentingnya sehat.

Masa sehat yang sangat panjang, adalah anugerah yang harus dinikmati dengan sebaik-baiknya. Jangan dibuat merana dengan menahan selera dan keinginan makan.

BACA JUGA : Lama Vakum, Dewan Kesenian Banjarmasin Kembali Gelar Ajang Musyawarah Seniman

Ungkapan ini mengingatkan betapa mahalnya arti kesehatan bagi tubuh – rezeki tentang “selera”. Manfaatkan dan jaga masa sehat sebaik-baiknya.

Nikmatilah berbagai kuliner yang enak dan menyehatkan tubuh. Tidak perlu terlalu berhemat dalam soal makanan. Kalau dananya tersedia, makan yang diinginkan – tidak perlu menunda nanti. Karena, amun garing, sawu mantah gin kada tamakan.(jejakrekam)

Buku Norhalis Majid

Penulis adalah Pemerhati Budaya dan Bahasa Banjar

Staf Senior Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin

Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.