Diawali Kurung-Kurung, Menjaga Tradisi Manugal Benih Padi Pegunungan di Pagar Haur Jelatang

0

TRADISI manugal atau memulai menebar benih padi varietas gogo khas Pegunungan Meratus secara turun temurun dijaga masyarakat Pagar Haur Desa Jelatang, Kecamatan Padang Batung, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).

MANUGAL, begitu masyarakat Dayak di Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan menebar benih padi di lahan kering atau lereng pegunungan dengan cara melubangi lahan untuk ditanam benih padi dengan alat tongkat kayu.

Biasanya, para lelaki menugal atau melubangi lahan, dilanjutkan pada langkah berikut giliran perempuan untuk memasukkan beni padi ke lubang tugal. Lazimnya, ada lima hingga tujuh benih padi ditebar di setiap lubang dengan jarak tanam 20 centimeter x 20 centimeter.

Upacara manugal ini dimulai pada Rabu (8/12/2021) untuk musim tanam 2021-2022 di Pagar Haur, Desa Jelatang, Padang Batung.

Masyarakat desa ini bergotong royong untuk memulai tradisi manugal. Bahkan, kegiatan manugal ini ditangani panitia dari Majelis Zikir Raudhatul Firdaus, Pagar Haur Desa Jelatang. Acara ini juga dihadiri banyak kepala desa tetangga; Kepala Desa Melawan, Malilingin, Durian Rabung dan Malutu turut serta dalam tradisi manugal.

BACA : Seandainya Lockdown Total, Orang Dayak Meratus Paling Siap Bertahan

Sebelum tradisi manugal tiap tahun ini dimulai, masyarakat Pegunungan Meratus untuk mengawali menanam padi menghidupkan atraksi kesenian Kurung Kurung.

Alat musik tradisional terbuat dari kayu panjang. Di bagian bawah dibuat dari bambu dan peralatan lainnya hingga mengeluarkan bunyi saat dihentakkan ke tanah.

Aktivitas warga Pagar Haur Desa Jelatang saat memulai tradisi manugal, menebar bibit padi di lahan kering lereng Pegunungan Meratus.

Irama yang dikeluarkan hentakan Kurung-Kurung turut menyemangati warga Pagar Haur untuk mengawali menebar benih padi di lahan lereng pegunungan.

BACA JUGA : Utamakan Musyawarah, Ini Cara Masyarakat Dayak Meratus Menjaga Hukum Adat

“Tradisi manugal yang menjadi identitas budaya masyarakat di lereng Pegunungan Meratus ini harus tetap dijaga. Karena tradisi ini telah dijaga turun temurun dari generasi ke generasi,” kata Ketua Pelaksana Manugal Pagar Haur, H Muhammad Kusasi.

Menurut dia, semangat dari tradisi manugal itu adalah gotong royong atau kebersamaan dalam memulai kegiatan yang melibatkan banyak orang. Terlebih lagi, saat memulai menebar benih padi lokal khas pegunungan.

“Dalam tradisi manugal ini tergambar kebersamaan warga untuk saling membantu satu sama lain. Nah, semangat ini yang harus kita jaga dan lestarikan,” kata Kusasi.(jejakrekam)

Penulis Iwan Sanusi
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.