Tapaling Handut

0

Oleh : Noorhalis Majid

BERKATA dan berbuat berbeda dengan lazimnya kebanyakan orang. Kalau orang pergi ke kanan, dia ke kiri. Sebaliknya, bila orang ke kiri, dia malah ke kanan.

KEHIDUPAN dijalani dengan segala norma dan adat kebiasaan yang sudah diwariskan orang tua, bila bertolak belakang dengan hal tersebut, itulah makna tapaling handut.

Terpaling letak handut atau net – jala penahan, begitu arti harfiahnya. Mestinya letaknya di bagian belakang, agar menjadi penghalang atau penahan, justru di depan, sehingga fungsinya tidak sebagaimana yang diinginkan.

Dipinjam sebagai perumpamaan, tentang perbuatan tidak sebagaimana lazimnya orang melakukan. Berbuat terbalik, di luar kebiasaan. Bukan bentuk inovasi atau kreativitas, namun satu pelanggaran yang berlawanan dengan kaidah. 

Misalnya, kebudayaan dan agama mengajarkan, seorang anak berbakti kepada orang tua. Umum dan lajimnya anak mesti berbakti pada orang tua. Namun kenyataannya, banyak orang tua justru berbakti pada anak. Anak sesuka hati menyuruh dan memerintahkan orang tua.

BACA : Peribahasa Banjar untuk Kritik Pembangunan di Kalsel

Orang tua tidak banyak pilihan dan dibuat tak berdaya, dengan alasan sayang – kasihan, sehingga menuruti semua keinginan anak, padahal tidak sesuai harapan orang tua.

Contoh lainnya yang juga sering terjadi, umara – pemimpin pemerintahan, mestinya mendatangi ulama minta nasihat, petunjuk dan arahan, agar pemerintahan tidak salah arah. Kenyataannya justru sering terbalik, ulama yang mendatangi umara untuk meminta nasehat – arahan dan petunjuk.

Dalam dunia pendidikan juga sering terjadi, murid memarahi guru, bahkan melaporkan guru ke polisi, dianggap mengata-ngatai, melakukan kekerasan verbal. Padahal kekerasan kata-kata tersebut bentuk pendidikan, agar murid menjadi lebih baik.

BACA JUGA : Teranyar ‘Dijamak Jibril’, Dokumentasikan Paribasa Banjar Berisi Nasihat dalam Tiga Buku

Sebaliknya, sering pula guru tidak memperlihatkan sifat terpuji, sehingga tidak dapat menjadi tauladan – maruahnya hilang karena kelakuan dan perbuatan yang dilakukan.

Ungkapan ini memberikan pelajaran, berbuatlah sesuai norma-norma yang sudah berlaku pada masyarakat. Jangan sampai berlawanan, apalagi hal tersebut bukan hanya berbeda, namun juga dianggap kesalahan.

Mengikuti yang sudah berlaku, sejauh itu baik dan tidak menyalahi nilai-nilai dan hukum, tentu akan lebih bagus. Bersikap bertolak belakang, berlawanan dengan nalar – logika dan persepsi pada umumnya, dapat dianggap tapaling handut. (jejakrekam)

Penulis adalah Pemerhati Budaya dan Bahasa Banjar

Staf Senior Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin

Pencarian populer:Arti tapaling handut banjar,https://jejakrekam com/2021/12/04/tapaling-handut/
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.