HST Hitung Total Kerugian Banjir Capai Rp 151 Miliar, Ini Analisis dari UGM

0

DALAM setahun ini, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) dilanda dua kejadian banjir. Pada awal Januari dan berlanjut pada November 2021.

DARI kalkulasi akibat banjir, banyak infrastruktur di Kabupaten HST mengalami kerusakan. Ini belum termasuk, kerugian yang diderita warga, akibat tak bisa beraktivitas ekonomi secara normal kembali,

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten HST Muhammad Yani menyebut jika dikalkulasi dampak banjir pada Januari 2014 lalu, setelah dihitung mencapai Rp 141 miliar.

“Dampak banjir pada awal tahun lalu, banyak infrastruktur baik jembatan, jalan serta lainnya mengalami kerusakan. Ini belum lagi, keramba ikan dan lainnya. Perhitungan kerugian akibat banjir pada awal tahun mencapai Rp 141 miliar,” ucap Yani kepada jejakrekam.com, Rabu (24/11/2021) malam.

BACA : Banjir Barabai dan Sekitarnya Tak Terulang Lagi, Ini Solusi dari Eks Wabup HST

Menurut dia, perbaikan beberapa infrastruktur yang rusak akibat terjangan banjir, termasuk banjir bandang dan longsor pada awal tahun 2021 lalu, hanya bisa diperbaiki sekira 10 persen.

“Jadi, proses rehabilitasi atau perbaikan infrastruktur terdampak banjir pada awal tahun lalu belum terselesaikan dalam APBD HST tahun 2021 lalu,” kata mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan Kabupaten HST ini.

Dengan total kerugian yang mencapai ratusan miliar itu, Yani mengakui ternyata pada pertengahan November 2021, kembali Kota Barabai dan sekitarnya dilanda banjir, walau tak sebesar pada awal tahun lalu.

Dari kalkulasi sementara, Yani menyebut kerugian banjir terutama pada kerusakan infrastruktur dan lainnya di Kabupaten HST mencapai Rp 10 miliar lebih. Nah, jika ditotal berarti mencapai Rp 151 miliar lebih.

Untuk memperbaiki infrastruktur serta sarana dan prasarana publik terdampak banjir dua kali, Yani mengatakan Pemkab HST sudah mengalokasikan anggaran rehabilitasi pada APBD tahun 2022 mendatang.

BACA JUGA : Total Kerugian Banjir Dihitung, Sekda HST Sebut Barabai Kini Berangsur Normal

“Memang, belum sempat memperbaiki infrastruktur terdampak banjir pada Januari 2021 lalu, HST kembali dilanda banjir beberapa pekan ini,” ucap Yani.

Untuk diketahui, Kabupaten HST merupakan daerah yang dihuni sekitar 261.042 jiwa berdasar sensus penduduk Indonesia tahun 2020, dengan luas wilayah 1.472 kilometer persegi (Km2) dengan ibukota Barabai dari 11 kecamatan yang ada.

Secara topografi, Kabupaten HST terdiri tiga kawasan; rawa, dataran rendah dan wilayah Pegunungan Meratus. Posisi Kota Barabai pun seperti mangkok, karena dikelilingi barisan Pegunungan Meratus serta dikelilingi banyak sungai; di antaranya Sungai Barabai dan Sungai Hantakan.

Analisis dari Penelitian Mahasiswa S2 UGM Yogyakarta

Dari analisis Muhammad Fakhorni Faizal dan H Nizam, PhD dalam tesis S2 teknik sipil di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada 2005, mengungkapkan analisis soal muka air Sungai Barabai dalam upaya penanganan banjir di Kabupaten HST.

Dalam analisisnya, Faizal mengungkapkan Sungai Barabai termasuk dalam Satuan Wilayah Sungai (SWS) Barito. Sungai ini membentang dari timur ke arah barat yang bermuara di Sungai Batang Alai dan selanjutnya ke Sungai Negara.

BACA JUGA : Banjir Selutut Orang Dewasa, Warga Lansia dan Sakit Dievakuasi ke Gedung Juang Barabai

“Sebelum masuk muara di Sungai Negara, Sungai Barabai melintasi areal pertanian, pemukiman, dan melintasi Ibukota Kabupaten Hulu Sungai Tengah yaitu kota Barabai. Kondisi kemiringan sungai relatif datar menyebabkan kecepatan alirannya lambat dan berpotensi meluap ke kanan maupun ke kiri,” tulisnya.

Permukaan air Sungai Barabai yang meluap hingga menyerbu kawasan bantaran, perkampungan dan perkotaan di Barabai. (Foto Rahim Arza)

Masih menurut Faizal, hampir tiap tahun di musim hujan terjadi banjir dan genangan air terutama pada daerah sekitar kota Barabai disebabkan adanya fluktuasi muka air Sungai Barabai cukup tinggi saat terjadi banjir yang menyebabkan aliran air balik pada anak-anak sungai.

Dari riset ini, Faizal mengatakan ada beberapa skenario untuk pengurangan tinggi muka air banjir di Sungai Barabai pada ruas Desa Pagat sampai kota Barabai.

BACA JUGA : Air Sungai Hantakan Meluap, Barabai Diserbu Banjir, HST Tetapkan Siaga 1

Skenario penanganan sungai yang disimulasikan dalam aplikasi program HEC RAS versi 3.1 Dengan memasukkan beberapa skenario tersebut ke dalam simulasi dapat diperbandingkan skenario penanganan sungai yang menghasilkan tinggi muka air banjir paling rendah pada beberapa besaran debit rancangan.

Hasil akhir penelitian itu pun menunjukkan bahwa penanganan yang menghasilkan pengaruh paling besar pada pengurangan elevasi muka air Sungai Barabai adalah skenario 4 yaitu pembuatan ruas sudetan dengan pembukaan sungai Panggung.

BACA JUGA : HST Darurat Banjir, Debit Air Sungai di Pegunungan Meratus Sudah Capai 4 Meter

“Dicapai pengurangan tinggi muka air banjir untuk penampang nomor S04 sampai dengan S17 sebesar 307 centimer, 304 cm, 317 cm, 315 cm, 311 cm, 308 cm, 305 cm, 304 cm, 314 cm, 314 cm, 315 cm, 311 cm, 309 cm dan 306 cm dari kondisi eksisting untuk simulasi debit rancangan 100 tahun,” tulisnya.

Untuk itu, Faizal pun berharap hasil penelitian bisa jadi rujukan bagi Pemkab HST dan Pemprov kalsel dalam menyusun upaya struktural dan nonstruktural yang dapat dilakukan dalam penanganan bencana banjir Sungai Barabai.(jejakrekam)

Penulis Asyikin/Didi GS
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.