PENELITI asal UIN Antasari, Hajriansyah tengah menggali soal zuriat Syekh Arsyad al-Banjary demi menyelesaikan tugas akhir akademiknya dalam disertasi berjudul Nilai Pendidikan Sufistik dalam Kaligrafi Lokal Banjar.
“HARI ini, turun ke lapangan lagi, saya upayakan nyicil (mengangsur) sedikit demi sedikit data untuk disertasi yang agak lamban progresnya. Sebelum Zuhur, bersama Jazuli Muharram, kami ke Dalam Pagar, kampung tua Syekh Arsyad al-Banjari atau Datu Kelampayan yang masih menjaga warisan keilmuan beliau,” kata Hajriansyah kepada jejakrekam.com, Jum’at (19/11/2021).
Kata Hajri, mereka menemui zuriyat ketujuh Syekh Arsyad al-Banjari demi mengonfirmasi beberapa informasi yang telah didapat sebelumnya. Walau tak sempat lama duduk di sana, Hajriansyah mengaku lumayan mendapat data baru yang digalinya tersebut.
“Dari rumah Guru Daudi, kami singgah shalat Zuhur di masjid dekat sana yang ada ornamen Asmaul Husna dengan gaya lama, dengan motif Muhammad Batangkup sebagai point of interest, mengelilingi mihrabnya,” tutur alumnus seni lukis STSRI ASRI itu.
BACA : Teliti Kain Sasirangan, Ketua DK Banjarmasin Sesalkan Motif Klasik Sarigading Tak Diterapkan Optimal
Hajri pun menyempatkan ke Masjid Jami Syekh Abdul Hamid Abulung di Desa Sungai Batang, Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar. Masjid ini dibangun oleh Raja Banjar, Sultan Tahmidullah II yang memerintah periode 1761-1801 sebagai bentuk penebusan dosa karena telah memerintahkan para algojo raja untuk mengeksekusi Datu Abulung, seorang ulama yang sempat dituding memiliki ajaran sesat.
“Kami sempatkan pula singgah di masjid Abulung, yang pada ornamen mimbarnya itu ada ornamen hizibnya,” kata Hajri.
Meski singkat saja, Ketua Dewan Kesenian (DK) Kota Banjarmasin berharap turun ke lapangan kali ini atau observasi jadi langkah awal bagi tahap berikutnya. “Yang mengantarkan ke jenjang akhir studi doktoral saya. Bilmusthofa balligh maqashidana,” pungkasnya.
BACA JUGA : Sarat Makna Filosofis, Sayang Rumah Arsitektur Banjar Makin Terkikis
Dalam seni ukir kaligrafi khas Banjar terutama pada rumah, langgar, masjid, mimbar serta lainnya dikenal bebagai motif. Seperti motif Tauhid berisi dua kalimat syahadat dengan khat Arab; Tsuluts, dihiasi tali bapintal, daun hingga suluran.
Kemudian, ada pula tulisan Muhammad Batangkup yang menuliskan aksara Arab Nabi Muhammad SAW dengan ditulis secara terbalik dan tampak saling berjalinan. Motif ukiran ini biasanya dipasang di tawing halat atau beranda depan ruang tamu rumah arsitektur khas Banjar.
BACA JUGA : Nilai Adiluhur dari Ornamen Rumah dan Masjid-Masjid Kuno di Ranah Banjar
Ada pula, Khatamun Nubuwwah yang dipasang di ram atau angin-angin (ruang ventilasi udara) dalam rumah tradisional Banjar. Ada lagi, ukiran Lam Jalalah atau huruf Lam-Alif dibalut sulur dan ornamen kandang rasi.
Hingga, ada beberapa tulisan Hizb dari kutipan ayat-ayat suci Alquran yang dimaksudkan untuk tolak bala. Ukiran ini ditaruh di atas pintu masuk depan rumah tradisional khas Banjar.(jejakrekam)
Pencarian populer:https://jejakrekam com/2021/11/19/selesaikan-studi-doktoral-di-uin-antasari-hajriansyah-teliti-seni-ukir-kaligrafi-banjar/