Dibina PSBR, Syahdat Pemuda Lampihong Sukses Bikin Bengkel di Desa Sungai Tabuk

0

SYAHDAT adalah potret pemuda asal Desa Sungai Tabuk, Lampihong, Balangan yang berhasil keluar dari keterpurukan. Awalnya, ia hanya pekerja panggilan atau serabutan di desa, dan kini sudah memiliki usaha bengkel sendiri.

PEMUDA yang kini berusia 27 tahun ini berhasil merintis usaha bengkel di desanya. Padahal, awalnya ia hanya seorang remaja desa kebanyakan, tak punya keterampilan yang bisa diandalkan.

Namun, begitu mengikuti program pendidikan dan pelatihan pemberdayaan remaja Dinas Sosial Kabupaten Balangan bekerjasama dengan Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Budi Satria milik Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Kalimantan Selatan, kini usaha bengkel pun menjadi mata pencaharian utamanya.

“Saya bersyukur karena ketika itu bisa belajar perbengkelan mesin roda dua di PSBR Budi Satria. Pada 2014, saya pertama kali masuk di PSBR pada angkatan ke-67. Mulanya asing, tidak punya kawan eh lama-lama betah. Rasanya ingin lama tinggal di sana,” ucap Syahdat kepada jejakrekam.com, Jumat (19/11/2021).

BACA : Bekali Keterampilan, Dinsos Balangan Seleksi 67 Peserta Remaja Desa Ikut PSBR

Ia bercerita ada empat rekan seasrama sudah membuka bengkel. Syahdat pun merintis usaha bengkel sejak enam tahun lalu. “Di Balangan, ada kawan membuka di Lok Panginangan dan dua orang lagi di Sungai Tabuk,” kata Syahdat.

Dirinya berpesan kepada peserta kursus yang bakal memasuki PSBR agar serius dalam menjalani pelatihan tersebut. Syahdat mengaku telah merasakan hasil dari penggemblengan itu. Kini, dirinya memiliki kemampuan atau keterampilan khusus, maka mudah mendapatkan pekerjaan.

“Sekarang sulit mencari pekerjaan, apabila punya keterampilan maka bakal berfungsi di tengah masyarakat,” katanya.

Syahdat, pemuda asal Desa Sungai Tabuk, Lampihong yang sukses dengan usaha bengkel hasil dari PSBR Budi Satria Kalsel. (Foto Rahim Arza)

Syahdat mengenang masa indah di PSBR. Dulunya dirinya sekamar dengan posisi berjajar panjang laiknya sebuah barak militer. Berbeda dengan sekarang, satu kamar hanya dihuni empat orang. “Dari situlah kami akrab dan mulai nyaman sesama kawan, hingga kami betah,” ucap Syahdat.

BACA JUGA : Empat Tahun Bertahan Hidup, Kisah Bengkel Syahruji Terdampak Proyek Jembatan Sei Alalak

Syahdat mempelajari agama secara serius di panti, sehingga mulai mengenali apa saja larangan dalam agama Islam. Selain itu, kata dia, kepribadian langsung terbentuk dengan sendirinya karena dilatih bagaimana bersikap sesama kawan di panti bina remaja tersebut.

“Terkait mula pelatihan, kita diajari dasarnya aja. Basic-nya disuruh melepas ban dan sasis atau kerangka motor, hingga ke mesinnya. Paling sulit di mesinnya,” cerita Syahdat.

BACA JUGA : Produksi Wastafel Portabel, Bengkel di Daha Utara Diapresiasi Dinas Perindustrian Kalsel

Paling sulit soal mesin motor, diakui Syahdat adalah di bagian kelistrikan motor seperti sistem pengapian motor pada spul. Awalnya di tahun 2015, Syahdat  bekerja sebagai pekerja panggilan atau serabotan di desanya, sebelum mendirikan bengkel.

“Nah, jika diseriusi, maka pasti dapat. Inilah yang kurasakan,” tandasnya.(jejakrekam)

Penulis Rahim Arza
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.