Kalsel Butuh Komitmen Kuat Selesaikan Problem Hidrometeorologi di Banua

0

UPAYA Kalimantan Selatan dalam menangani banjir sudah cukup serius dan tegas. Alasannya, kini telah disiapkannya kajian pengamanan lingkungan hidup (Environmental Safeguard) hasil kolaborasi pemerintah provinsi dengan kabupaten/kota.

JADI pengamanan lingkungan hidup kedepannya diintegrasikan dengan kegiatan dunia usaha dan masyarakat. Ya, bersama-sama berkomitmen penuh dalam menyelesaikan problematika bencana hidrometeorologi di Bumi Lambung Mangkurat (Banua) utamanya banjir dan longsor,” ujar Sekretaris Forum Silaturahmi Doktor Indonesia (Forsiladi) Kalimantan Selatan Dr Lyta Permatasari dalam keterangannya, Minggu (14/11/2021).

Jika mengamati pola ruang dan wilayah Kalsel yang identik dengan lahan basah, alumni S3 Ilmu Lingkungan Universitas Brawijaya Malang ini menilai, kedepannya rencana tata ruang wilayah berikut isi dari pembangunan itu (infrastrukturnya) harus disesuaikan dengan kondisi lahan basah (wetland) Kalsel.

“Pola bangunan beton yang ada di Kalsel juga harus di adaptasi dengan situasi dya duking dan daya tampung lingkungannya (carrying capacity wetland),” ucap Staf Pengajar S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat ini.

Dari sisi masyarakat, menurut Lyta, penting sekali dilakukan pemberdayaan di sekitar daerah aliran sungai berbasis pembekalan olahraga renang, selam serta simulasi keselamatan pasca banjir.

“Hal ini juga menjadi perhatian dari FKIP ULM bidang pendidikan olahraga yang telah melakukan penelitian tentang hal tersebut,” paparnya.

BACA: 495 Tahun Usia Banjarmasin, Mengapa Calap/Banjir Masih (akan) Terjadi (1)?

Selain itu, jelas perempuan berhijab yang bertugas di Dinas Lingkungan Hidup pada Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan ini, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim harus disiapkan dari tingkat tapak agar masyarakat siap dalam menghadapi bencana hidrometeorologi.

“Ya, akrab diingat sebagai bencana banjir musiman dalam pola 10 tahunan 20 tahunan atau bahkan 50 tahunan,” katanya.

Sekretaris Forum Silaturahmi Doktor Indonesia (Forsiladi) Kalimantan Selatan Dr Lyta Permatasari

Ia menyebutkan, strategi implementasi Environmental Safeguard dilaksanakan dengan melibatkan pemerintah pusat yakni Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pemerintah daerah; provinsi, kabupaten dan kota, pelibatan dunia usaha dan masyarakat.

BACA JUGA : Atasi Banjir Jangka Panjang, Pakar Kota ULM Saran Banjarmasin Hidupkan Kembali Konsep Kanalisasi

“Integrasi data dan informasi dari masing-masing pemangku kepentingan, serta kuatnya komitmen pemerintah daerah akan mempercepat terselesaikannya satu demi satu solusi banjir Kalsel,” ujar HOST acara GO GREEN Creative RRI Banjarmasin ini.

Environmental Safeguard, beber Lyta, adalah memuat Rencana Aksi Pengamanan Lingkungan Hidup Berbasis Ekoregion dengan baseline luas genangan hujan normal, luas genangan pengaruh perubahan iklim, luas genangan hujan ekstrim, luas genangan surut dan potensi kerugian ekonomi masyarakat saat mengalami bencana banjir.

“Rencana aksinya berupa tindakan vegetatif yakni menanam vegetasi yang mampu menyerap air, menanam pohon endemik dan pemilihan vegetasi fast growing,” imbuh Lyta.

BACA JUGA : Putusan PTUN Banjarmasin Inkracht, Pemprov Kalsel Wajib Segera Pasang Alat EWS Banjir

Untuk rekayasa sipil teknis, lanjutnya, yang akan dilakukan adalah membuat bendungan, kolam kontrol, gully plug, normalisasi dan rehabilitasi sungai.

“Gully plug yakni bendungan kecil yang lolos air yang dibuat pada parit-parit, melintang alur parit dengan konstruksi batu, kayu dan bambu,” katanya.

Kejadian Banjir besar Kalsel di awal 2021, diingatkan Lyta merupakan momentum perbaikan berkelanjutan bagi Kalsel untuk kembali memahami keunggulan dan potensi Kalsel.

“Yakni bebas dari lingkar cincin api, sehingga tidak terancam oleh bencana vulkanik. Stabil secara geologis, sehingga bebas gempa. Walaupun telah signifikan mengalami degradasi lingkungan, masih terdapat hamparan luas hutan tropis dan lahan gambut yang kaya biodiveritas. Mempunyai cadangan air yang banyak, baik dalam DAS maupun dalam kubah lahan gambut,” tuturnya.

BACA JUGA : Tolak Solusi Iklim Palsu COP 26, Walhi Kalsel Bentangkan Spanduk #SaveMeratus di Sungai Barito

Diantara keunggulan dan potensi tersebut, tegasnya, tantangan bagi Kalsel adalah mengelola tata airnya termasuk pencemaran di lingkungan sungai sehingga fokus kedepan adalah meningkatkan indeks kualitas lingkungan hidup dari segi menjaga sumber daya air dan mengantisipasi sumber pencemar air.

“Las but not least, perencanaan pembangunan di Kalsel harus selaras dengan konsep pembangunan berkelanjutan yakni pembangunan untuk saat ini namun tetap memberi warisan bagi anak cucu kita,” imbuh Lyta. (jejakrekam)

Penulis Sirajuddin/Rilis
Editor Afdi Achmad

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.