Oligarki Kian Kuat Picu Konflik Sosial, Para Pakar di Dunia Suarakan Keprihatinan Bersama
MASALAH degradasi lingkungan hidup, penggundulan hutan (deforestasi), perebutan sumber daya alam mineral, kemiskinan, hingga terciptanya oligarki yang menguasai simpul kebijakan negara, dikupas habis.
DISKUSI bareng secara virtual ini dihelat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (Fiskom) Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dengan Pusat Studi Politik dan Kebijakan Publik Banjarmasin, Senin (8/11/2021).
Ada sembilan pakar dari berbagai negara membahas soal itu. Dia adalah Prof Dr Beatriz Lucia Salvador Bizotto, Pusat Universitas Unifacvest, Brazil. Kemudian, Prof Macario G. Gayeta, Universitas Kota Caloocan Timur, Metro Manila
Filipina, Prof Kuniyoshi Shimizu (Universitas Kyushu, Jepang), Prof Elisabeth T Pereira di Departemen Ekonomi, Manajemen, Industri Teknik dan Pariwisata (DEGEIT) –University of Aveiro, Portugal.
Ada pula, Prof Nada Ratkovi, EFST Ekonomski Fakultet – Sveučilište u Splitu, Kroasia, dan Prof Mohammed Khursheed Akhtar, Penasihat Strategis Senior dan Ilmuwan Data Pusat Strategis Unit Penelitian dan Kajian untuk Perwujudan Visi Kerajaan, Universitas King Abdulaziz, Arab Saudi.
BACA : Pertegas Wilayah Kelola Rakyat, Robohkan Oligarki Kapitalistik
Dari Indonesia, ada Putri Hergianasari selaku Kepala Departemen Sosial Politik Fiskom UKSW. Sedangkan, Dr Muhammad As’ad (FISIP Uniska), turut ambil bagian. Ada pula, Prof Emilia Alaverdov, MA. Ph.D dari Fakultas Hukum dan Hubungan Internasional, Universitas Teknik Georgia.
Dalam paparannya, Beatriz Lucia Salvador Bizotto dari Brazil pun mengakui saat ini deforestasi dan kerusakan lingkungan hidup juga telah terjadi di negara, terutama di kawasan Sungai Amazon.
Kondisi itu diakui Beatriz juga mengganggu ekosistem lingkungan hingga memicu lahirnya oligarki yang menguasai sumber hajat orang banyak. Bahkan, memicu kesenjangan antara yang kaya dan miskin hingga korupsi merajalela.
BACA JUGA : Negara dalam Cengkraman Oligarki dan Pengkhianatan terhadap Daulat Rakyat
Beberapa pakar itu sepakat sepatutnya negara-negara di dunia ini menjaga planet Bumi yang dihuni bersama-sama. Berbagai persoalan seperti kebijakan ekonomi makro, keseimbangan moneter dan utang luar negeri, kebijakan ketahanan pangan dan pengentasan miskin menjadi isu menarik yang dikupas mereka.
Tak hanya itu, industri ekstraktif sumber daya alam terutama pertambangan juga menyebabkan meningkatnya jumlah konflik sosial dan lingkungan di seluruh dunia.
“Aman dan penggunaan sumber daya alam secara adil di tingkat global harus menjadi bagian penting dari visi masa depan umat manusia,” begitu kesimpulan dari diskusi virtual lintas negara itu berdurasi tiga jam lebih itu.
BACA JUGA : Denny Indrayana Akui Politik Kalsel Masih Dikuasai Oligarki Lokal
Uhaib As’ad yang menjadi narasumber diskusi internasional ini mengakui apa dialami Indonesia, khususnya Kalimantan Selatan hampir sebangun dengan negara-negara lainnya. Terutama yang memiliki sumber daya alam seperti tambang, minyak dan lainnya.
“Dengan diskusi virtual dengan berbagai pakar dari berbagai negara, tergambar sekali sebuah keprihatinan bersama. Sebab, masalah yang dihadapi banyak negara ternyata sama seperti terjadi di Indonesia, khususnya Kalsel,” papar Uhaib kepada jejakrekam.com, Jumat (12/11/2021).
BACA JUGA : Konflik Agraria, Rakyat Selalu Kalah, Walhi Kalsel Desak Pemerintah Usut Perusak Lingkungan
Dia mencontohkan lahirnya para oligarki yang bisa mengontrol pemerintahan dan negara menjadi bukti Ketika sumber daya alam (SDA) justru hanya dinikmati segelintir orang, berkelindan dengan korupsi yang merajalela.
“Sedangkan, akibat dari semua itu justru semua rakyat yang merasakannya. Rencananya, diskusi internasional akan berlanjut lagi pada sesi kedua pada Desember 2021 nanti,” pungkas doktor lulusan Universitas Brawijaya Malang.(jejakrekam)
woww keren, baca ini juga http://news.unair.ac.id/2021/10/06/pengukuhan-gubes-rektor-tanpa-riset-kehidupan-manusia-tidak-akan-berkembang/