Penghuni Kolong Jembatan Antasari Harapankan Bantuan Sosial

0

KEHIDUPAN yang layak, kemakmuran, kesejahteraan adalah hak asasi manusia dan dilindungi oleh negara. Namun realitanya tidak sama, contohnya seperti kehidupan masyarakat kota, tak semua hidup mapan dengan memiliki tempat tinggal.

DITEMUKAN di beberapa tempat, di antaranya kawasan Pasar Baru, Taman Sari, dan Pasar Sudirmampir, di bawah kolong Jembatan Antasari, banyak keluarga yang tanpa memiliki tempat tinggal.

Salah satu penghuni kolong jembatan Antasari, Abdurrahman (65 tahun), sehari-harinya berkerja sebagai buruh angkut. Dia dengan 12 anggota keluarganya tinggal di kolong jembatan tersebut.

BACA: Pernah Data Manusia Kolong Jembatan Antasari, Kadinsos Bantah Janjikan Tempat Tinggal Layak

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari pun mereka semua harus bekerja. Yang laki-laki dapat menjadi buruh bangunan, sedangkan perempuan dan anak-anak bisanya mengemis.

Saat ditanya apakah beliau pernah menerima atau mendapatkan bantuan dari pemerintah tentang bantuan sosial atau semacamnya.

“Sementara ini kami tidak pernah mendapatkan bantuan dari kantor dinas sosial. Memang pernah ada, tetapi dari lembaga sosial atau paguyuban saja,” ujar Abdurrahman kepada jejakrekam.com di Banjarmasin, Kamis (11/11/2021).

“Itu pun hanya berupa nasi bungkus saja setiap hari Jumat. Kami sangat berharap kepada Pemerintah Kota Banjarmasin atau kantor Dinas Sosial bisa memberikan bantuan seperti program keluarga sejahtera,” ucapnya.

Sementara, di tempat yang sama Siti Sahriyah/Aluh (57 tahun), bercerita suka duka berdiam di bawah kolong jembatan.

“Mau gimana lagi, sudah keadaan seperti ini. Sukanya, dapat tempat tinggal tanpa harus bayar sewa. Namun tidak enak juga apabila malam hari, cuaca dingin tidak baik untuk kesehatan. Apabila air pasang, bisa naik sampai masuk kedalam,” keluhnya.

Bangunan yang berukuran 1×1 hingga 1×2 menter hanya berdinding kayu bekas peti, dan beralas kardus, seperti kotak yang berjejer.

BACA JUGA: Ada 41.044 Warga Banjarmasin Miskin, Ombudsman : Penghuni Kolong Jembatan Harus Dientaskan

Yang lebih miris lagi, nenek Aluh juga dalam keadaan sakit stroke. Untuk makan sehari-harinya hanya mengharap bantuan sesama penghuni kolong jembatan.

Tidak terdaftar sebagai penerima bantuan dari pemerintah atau kantor Dinas Sosial Kota Banjarmasin, disebabkan statusnya sebagai warga pendatang, sehingga tidak memiliki KTP Banjarmasin.

Akan tetapi menurut pengakuannya, mereka tidak pernah didata ole Dinas Sosial, seperti yang diyakinkan oleh pengakuan Abdurrahman dan penghuni lainnya.(jejakrekam)

Penulis Sirajuddin
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.