Pilanduk Kawa Malupakaan Lawan Jarat, Tapi Jarat Kada Kawa Malupaakan Pilanduk

0

Oleh : Noorhalis Majid

ORANG yang menyakiti, bisa lupa terhadap orang yang disakiti. Sedangkan orang yang disakiti, sulit lupa pada orang yang telah menyakiti.

APALAGI rasa sakitnya begitu mendalam, tidak mungkin bisa dilupakan sampai kapanpun, itulah makna pilanduk kawa malupaakan lawan jarat, tapi jarat kada kawa malupaakan pilanduk.

Kancil bisa melupakan dengan jerat, tetapi jerat tidak bisa melupakan kancil, begitu arti harfiahnya. Rupanya kancil yang cerdik dan licik, suka memperdaya jerat, dipinjam sebagai perupamaan, mengiaskan orang yang suka berbuat jahat dan lupa pada apa yang sudah dilakukannya.

Sedangkan yang sudah diperdaya, merasa sakit hati dan tidak pernah bisa melupakan perbuatan tersebut, menyimpannya abadi dalam ingatan.

BACA : Sakit Hati Ditagih Uang Sewa, Pria Pengangguran Bakar Rumah Kontrakan

Berhati-hati berkata dan berbuat yang dapat menyakiti orang lain. Mungkin saja dikira perbuatan tersebut tidak menimbulkan rasa sakit, padahal bagi yang merasakan, bisa saja tidak pernah mampu melupakannya.

Walau terkadang, ada kalanya kita tidak mengetahui bahwa perbuatan yang telah dilakukan, menimbulkan rasa sakit hati bagi orang lain.

Apalagi bila yang bersangkutan tidak menyampaikannya, hanya menyimpan dalam hati sebagai satu kenangan pahit yang menyakitkan. Mengantisipasi hal seperti itu, hendaknya senantiasa membangun dan merawat silaturrahmi, rajin meminta maaf dalam segala kesempatan, khawatir ada kata dan perbuatan yang sudah menyakiti orang lain.

BACA JUGA : Diduga Sakit Hati Pacar Selingkuh, Pemuda asal Tanjung Gantung Diri di Menara Masjid

Dengan cara seperti itu, setidaknya meminimalkan rasa dendam dan sakit hati dari orang-orang yang sudah merasa sakit, walau sesungguhnya dilakukan tanpa kesengajaan.

Sebaliknya, yang selalu merasa sakit hati, belajarlah terbuka mengkonfirmasi. Jangan-jangan hanya mis komunikasi, penerimaan pesan yang kurang tepat, sehingga menimbulkan persepsi berbeda dengan penyampai pesan.

Jangan suka “baper”, selalu menaruh curiga dengan orang lain. Belajarlah terbuka. Menghindari salah persepsi, segera konfirmasi – klarifikasi, sehingga mengetahui maksud sebenarnya dari satu perbuatan.

BACA JUGA : Sakit Hati dengan Istri, Bakar Rumah, Lutfi Terancam 20 Tahun Penjara

Ungkapan ini memberikan pelajaran, berhati-hati dalam berkata, bersikap dan berbuat. Jangan sampai melukai hati orang lain. Terkadang, sekalipun sudah berhati-hati, ada kalanya tidak mengetahui, bahwa ternyata yang sudah dilakukan melukai hati orang lain – karena pada dasarnya pilanduk kawa malupaakan jarat, tapi jarat kada kawa malupaakan pilanduk. (jejakrekam)

Penulis adalah Pemerhati Budaya dan Bahasa Banjar

Staf Senior Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin

Mantan Kepala Perwakilan Ombudsman Provinsi Kalsel

Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.