Kaya Musang Kasiangan

0

Oleh : Noorhalis Majid

CANGGUNG-kikuk, tidak bisa menempatkan diri, apalagi berada di tengah orang-orang yang lebih maju–berperadaban dan modern. Seperti orang desa yang baru datang ke kota besar.

BEGITU canggungnya, hingga kali salah tingkah, tidak tahu apa yang harus dilalukukan, itulah yang dimaksud kaya musang kasiangan.

Seperti musang kesiangan, begitu arti harfiahnya. Musang, dikenal sebagai binatang yang suka mencuri, kerjanya mencari mangsa, dilakukan malam hari. Bisa dibayangkan, bila sampai kesiangan.

Tentu bingung bagi musang, karena sudah tidak bisa mencari mangsa. Musang yang kesiangan tersebut, dipinjam sebagai kiasan, tentang seseorang yang canggung dalam menempatkan diri. Seakan bukan dirinya, bahkan seperti kehilangan identitas diri, tidak tahu harus berbuat apa.

Ada banyak hal membuat seseorang menjadi canggung. Misalnya berada atau menghadapi lingkungan baru–baik lingkungan tempat tinggal, maupun lingkungan pergaulan. Apalagi bila tidak ada satu orang pun yang dikenalnya. Kalau tidak cepat menyesuaikan diri, kecanggungan yang menghinggapi, membuatnya jadi salah tingkah.

BACA : Punya Segudang Manfaat, Kacang Tanah Rebus asal Pemangkih Barabai Kian Diminati

Begitu pula bila berada di lingkungan yang bukan habitatnya, tentu juga terasa canggung. Misal, seseorang yang kesehariannya sebagai pedagang di pasar–tahunya cuma harga barang dan seputar dinamika pasar, tiba-tiba berkumpul dengan para birokrat yang bekerja di kantoran, kalau ia bukan seorang yang supel, tidak cepat menyesuaikan diri.

Atau bukan seorang yang berpengatahuan luas, sehingga kurang menguasai banyak topik pembicaraan, maka akan merasa sangat canggung.

Mudah menyesuaikan diri pada segala tempat dan situasi, tentu akan lebih baik. Menjadi seorang yang supel, pandai bergaul – mudah menempatkan diri. Hanya saja, untuk bisa seperti itu, harus luas pergaulan, selain mesti memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup, sehingga berada pada situasi dan tempat manapun, akan mudah, tidak merasa canggung.

BACA JUGA : Teranyar ‘Dijamak Jibril’, Dokumentasikan Paribasa Banjar Berisi Nasihat dalam Tiga Buku

Ungkapan ini memberikan pelajaran, sering kali tak terhindarkan kita berada di tempat dan komunitas baru. Belajarlah bersikap tenang, pelajari situasi dengan cepat. Jangan ikut bicara, bila belum paham–apalagi tidak mengetahui sama sekali.

Lebih baik diam, dengarkan dan simak, sampai benar-benar paham, sehingga tidak bingung, apalagi sampai kaya musang kasiangan. (jejakrekam)

Penulis adalah Pemerhati Budaya dan Bahasa Banjar

Staf Senior Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.