Oleh : Subhan Syarief
KOTA BANJARMASIN, kota yang telah tua. Usianya telah merangkak menuju 500(lima ratus) tahun, tinggal 5 (lima) tahun lagi. Sejak era lampau, Kota Banjarmasin dalam memenuhi kelancaran penghidupan sangatlah tergantung kepada sungai dan perdagangan jasa, sungai adalah napas kehidupan Kota Banjarmasin. Posisi Kota Banjarmasin yang dibelah dan dikelilingi sungai menjadikannya sebagai jalur utama yang dilalui berbagai transportasi sungai seperti perahu, kapal dan berbagai angkutan sungai, bahkan angkutan laut.
KOTA BANJARMASIN, merupakan jalur utama yang disinggahi dalam menyalurkan berbagai kebutuhan pokok kehidupan, baik untuk pemenuhan kebutuhan primer ataupun kebutuhan sekunder Kota Banjarmasin dan daerah pelosok yang ada di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Yaa, ujungnya dengan kondisi inilah Kemudian ‘memaksa’ Kota Banjarmasin pun terformat menjadi kawasan perdagangan jasa.
Kota Banjarmasin menjadi kawasan sentral yang memfasilitasi terjadinya transaksi berbagai barang, pergudangan ataupun persinggahan berbagai barang yang dibawa dari luar daerah ataupun dari daerah hulu Kalsel berupa berbagai hasil pertanian, perkebunan, dllnya untuk kemudian dibawa ke luar pulau ataupun sebaliknya. Dari hal ini lah maka ada 2 (dua) sumber utama pemasukan kota ini. Pertama dari hasil pungutan berupa pajak sandar kapal , atau dari masuk kapal. Yang kedua dari hal pemasukan akibat multy effek hilir mudik penumpang dan barang yang singgah di kota ini.
Dari sini kemudian Kota Banjarmasin mulai tumbuh dan berkembang menjadi kota pelabuhan sekaligus kota perdagangan jasa. Dari hasil pemasukan aktivitas pelabuhan dan perdagangan jasa inilah kemudian menjadi sumber daya yang membuat kota Banjarmasin semakin maju dengan pesat. Warganya pun semakin mampu mensejahterakan kehidupannya.
BACA: 15 Kampung di Kota Banjarmasin Raih Penghargaan Proklim
Kondisi ini semakin menguat ketika ekploitasi terhadap sumberdaya alam meningkat tajam. Mulai dari perdagangan kayu, karet, damar, rotan, minyak dan berbagai sumberdaya alam lainnya menjadi komoditas unggulan yang berkembang pesat dan kemudian transaksi nya mengharuskan dikirimkan keluar daerah bahkan keluar negeri. Inilah yang kemudian membuat Banjarmasin menjadi pusat perdagangan jasa di Kalimantan. Semua perkantoran perusahaan yang bergerak di sektor tersebut ditempatkan di Kota Banjarmasin. Dampaknya pertumbuhan Kota Banjarmasin pun menjadi semakin pesat berkembang, disamping berbagai pendatang dari luar pun membludak datang ke Kota Banjarmasin untuk berusaha dan mencari pekerjaan. Kondisi ini membuat kebutuhan akan kawasan permukiman dan kawasan usaha menjadi tinggi. Pertumbuhan pembangunan di pinggiran sungai pun semakin tumbuh, mulai permukiman dan juga termasuk fasilitas yang akan digunakan untuk menampung aktivitas perdagangan jasa seperti pasar.
Pasar menjadi infrastruktur utama yang digunakan untuk menyalurkan barang kebutuhan penunjang kehidupan. Sehingga kemudian untuk mempermudah alur bongkar muat barang agar bisa efisiensi inilah maka hampir semua pasar di kota Banjarmasin di bangun ditepian sungai. Ini tentu wajar saja, karena mengingat saat itu alat transportasi angkutan barang dan manusia hampir semuanya mengunakan alat transportasi air seperti kapal mesin, kapal layar, perahu dan jukung. Dan dengan di bangunnya pasar di tepi sungai tentu sangat memudahkan berlangsungnya aktivitas tersebut.
Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa dahulu hubungan antara ekonomi , sungai dan pasar sangatlah penting bagi keberlangsungan dan bahkan bagi penentuan keberlanjutan nasib kota Banjarmasin.
Dasarnya secara sederhana , dengan majunya pasar maka dipastikan akanlah juga membuat peningkatan PAD dan ekonomi Kota Banjarmasin, yang akhirnya pasti berdampak meningkatkan peluang usaha, nilai pendapatan dan ekonomi warga Kota Banjarmasin. Bagi Kota Banjarmasin semakin maju sebuah pasar maka semakin meningkat pula pemasukan atau pertumbuhan ekonomi kotanya. Begitu juga sebaliknya, bila Pasar sebagai sumber utama pemasukan terpuruk maka dipastikan PAD pun juga akan terdampak dan bisa saja menurun tajam. Dan yang paling menguatirkan adalah bila membuat terpuruk nya geliat ekonomi warga kota. Karena pasar adalah tempat berkumpulnya berbagai transaksi ekonomi, juga ladang usaha bagi sebagian warga. Begitu banyak multy effek yang terjadi di pasar. Pasar merupakan fasilitas publik yang paling banyak bersentuhan dengan masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Masyarakat yang rentan dengan hal kemampuan untuk menjaga kestabilan pendapatan dan usaha nya. Sehingga keberadaan pasar mestinya menjadi prioritas yang dilindungi oleh pemerintah. Dalam manajemen kota, pasar adalah bagian utama yang bisa membentuk terciptanya sebuah kota.
Sayangnya, kekuatan kota Banjarmasin di masa lalu tak bisa tampil lagi maksimal di era masa kini. Pasar, Sungai dan Ekonomi semakin berjalan tak harmoni. Hubungan emosional ‘saling menguntungkan’ yang dulu menyatu , ternyata tak terjaga sehingga semakin menjauh.
Ini diawali ketika sungai bukan lagi sebagai jalur angkutan utama dalam pendistribusian berbagai barang kebutuhan hidup masyarakat. Ketika transfortasi air berpindah kedarat, maka peran sungai dan kendaraan angkutan air pun digantikan oleh jalan dan kendaraan angkutan daratan. Dampaknya sirkulasi angkutan barang dagangan pun beralih kedarat , aktivitas sirkulasi barang jasa di sungai pun menjadi semakin berkurang bahkan bisa saja suatu saat akan menghilang. Kalau tak cermat dalam menata maka sungai akan hanya jadi sekedar tempat untuk aktivitas penampungan air limpahan, tak lagi menjadi bagian dari kegiatan ekonomi, sosial dan budaya warga Banjarmasin.
Begitu juga hal pasar, banyak pasar yang dulu maju dan memberikan pemasukan bagi Kota Banjarmasin, bahkan menjadi penggerak utama ekonomi Banjarmasin, dan juga di Kalimantan terabaikan. Seolah tak pernah tersentuh oleh pembangunan. Infrastrukturnya semakin rapuh dan tak elok di pandang mata. Ini, contohnya ada di kawasan pasar utama kota. Kawasan pusat perdagangan Sudimampir, Ujung Murung, Harum Manis, Niaga, Cempaka yang semua berada dalam satu block kawasan yang terhubung sudah lebih dari 20-an tahun belumlah tersentuh oleh program penataan dan pembenahan atau peremajaan, termasuk hal pusat perdagangan yang juga legendaris Pasar Lama. Di kedua pusat perdagangan tersebut kesan kumuh, jorok dan tak nyaman di masuki menjadi sesuatu yang terpaksa di nikmati oleh pedagang dan pengunjung. Yaa, ibaratnya kondisi tersebut adalah ‘hidup enggan mati tak mau’. Sedihnya, pemerintah pun seolah tak menyadari bahwa kedua pasar tersebut adalah aset penting sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi Kota Banjarmasin. Sehingga tak serius untuk berjuang membenahi dan meremajakan, mengoptimalkan kawasan tersebut. Letak kedua pasar yang berada ditepian sungai adalah salah satu keunggulan kompetitif yang mestinya bisa menjadikan kekhasan dari pusat perdagangan nya. Bila cermat melihat, maka dasarnya tak banyak kota di Indonesia yang punya potensi pusat perdagangan seperti Kota Banjarmasin. Sayang bila potensi ini tak terolah dan dimanfaatkan dengan baik, apalagi bila dibiarkan semakin rapuh dan kumuh atau bahkan sengaja di ‘mati’kan.
Tentu kondisi keterpurukan ini tidaklah boleh terjadi. Langkah awal mengatasi bisa dimulai dengan merubah format arah kebijakan dalam melihat dan memanfaatkan potensi sungai. Sungai dan infrastruktur diatasnya, seperti pasar, dermaga, dllnya mesti dijadikan sebagai ‘pemain aktif’ dalam mengerakkan aktivitas ekonomi, sosial dan budaya Kota Banjarmasin. Ini agar kebaharian Kota Banjarmasin tetap bisa tumbuh, berkembang dan memberikan nilai tambah dari segi ekonomi, keindahan dan kenyamanan.
Keindahan dan keetnikan sungai yang membelah serta mengelilingi kota Banjarmasin, sekaligus infrastruktur perdagangan jasa / pasar di atasnya adalah aset yang bernilai ekonomis tinggi. Sangat tak cerdas bila membiarkan aset yang dulunya banyak memberikan pemasukan besar bagi pendapatan ekonomi kota menjadi lumpuh atau terpuruk akibat tak tersentuh oleh pengelolaan yang baik, berkesinambungan dan komprehensif.
BACA JUGA: Kota Banjarmasin, Sungai dan Arsitektur
Peran Pemerintah Kota sangatlah vital. Langkah yang membiarkan terjadinya kemerosotan kualitas pada fungsi utama sungai dan pasar yang dulunya berperan penting dalam mengembangkan dan memajukan kota tidaklah boleh berlanjut. Tak bisa tidak kebijakan baru mesti dilakukan. Optimalisasi dan normalisasi kedua aspek pengerak perekonomian kota ini dasarnya mendesak untuk segera ditindaklanjuti dengan langkah nyata. Tak bisa hanya sekedar membuat rencana tak pasti. Perlu tindakan aktif ‘radikal’ yang memberi multy effek terjadinya ‘paksaan’ untuk melakukan pembenahan. Pemerintah kota perlu mulai melakukan contoh pembenahan secara masiv dan berkesinambungan. Itu dilakukan sebagai ‘rangsangan’ bagi para pedagang dan pemilik kawasan untuk juga turut berbenah.
Berbagai aktivitas sosial ekonomi dan budaya sungai perlu semakin diperkuat. Kemudian pasar utama di tepian sungai dilakukan optimalisasi , pembenahan dan renovasi secara maksimal dan yang pasti wajib dilakukan secara berkelanjutan.
Bila semua ini bisa dilakukan maka dipastikan perekonomian kota Banjarmasin pun akan semakin tumbuh berkembang. Dan tentu dampak pentingnya peluang usaha, kerja dan pendapatan warga Kota Banjarmasin pun akan juga turut membaik.
Akhirnya, bila Kota Banjarmasin mau lebih tumbuh berkembang baik secara fisik ataupun non fisik , utamanya tentu aspek kesejahteraan warga kotanya menjadi semakin membaik dan selalu ada peningkatan maka terbentuknya sinergitas hubungan antara sungai, pasar dan perekonomian tidaklah bisa diabaikan. Dengan keberhasilan mengolah ketiga aspek tersebut dipastikan akan membuat pendapatan PAD menjadi menaik, dan ujungnya kota Banjarmasin punya dana untuk melakukan penataan secara masif, komprehensif dan berkelanjutan. Sektor wisata sungai, sektor perdagangan jasa / pasar menjadi aspek krusial yang harus mulai dibenahi dan ditanggani dengan baik.
Yaa, harapannya semoga Kota Banjarmasin bisa dan mau membuat ‘roadmap sungai’ dan ‘roadmap perdagangan jasa/pasar’ sebagai bagian guideline dalam menata Kota Banjarmasin kedepan. (jejakrekam)
Akhir Oktober 2021
Penulis ada seorang doktor dan pengamat perkotaan tinggal di Banjarmasin
(Isi dari artikel ini sepenuhnya tanggungjawab penulis bukan tanggung jawab media)
Pencarian populer:https://jejakrekam com/2021/10/26/sungai-pasar-dan-perekonomian-kota-banjarmasin/,Kota martapura berkembang nya sangat pesat infrastruktur kota