Tabur Bunga di Pusara Pangeran Antasari, Ibnu Sebut Sprit Waja Sampai Kaputing Harus Diwarisi

0

MENINGGAL dunia di masa perjuangan melawan penjajahan Belanda di Bayan Begok, Sampirang, Barito Utara, Kalimantan Tengah pada 11 Oktober 1862, Pangeran Antasari banyak mewariskan semangat perjuangan. Tepat pada 11 Oktober 2021 atau 159 tahun wafatnya sang pahlawan nasional ini pun dikenang.

PERJUANGAN Pangeran Antasari bergelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin dalam melawan kolonial Belanda dengan pasukan dari Tanah Banjar dan Dayak hingga ke pedalaman Barito, Kalimantan Tengah, mengobarkan semangat perlawanan.

Peringatan ke-159 tahun wafatnya Pangeran Antasari pun diperingati Walikota Ibnu Sina bersama Laskar Pangeran Antasari Kalimantan di komplek pemakaman Taman Makam Perang Banjar, Jalan Malkon Teman Masjid Jami Banjarmasin, Senin (11/10/2021).

Di atas pusara Pangeran Antasari, Ibnu Sina pun menaburkan bunga. Di mata Ibnu Sina, tokoh Perang Banjar-Barito yang berlangsung antara tahun 1859-1905 (versi sumber Belanda 1859-1863) sangat penting untuk terus dikenang.

BACA : 24 Ramadhan 1275 H dan Meletusnya Perang Banjar

“Kita selalu berdoa agar arwah Pangeran Antasari diberikan ampunan, rahmat serta keberkahan dan setimpal dengan jasa-jasa beliau bagi bangsa dan negara, terkhusus dalam Perang Banjar saat melawan kolonialisme,” beber mantan anggota DPRD Kalsel ini.

Ibnu menyebut satu prinsip yang harus dijaga adalah waja sampai kaputing (baja hingga sampai ke ujung) yang digaungkan Pangeran Antasari.

“Ini harus menjadi prinsip kita sebagai orang Banjar. Spirit waja sampai kaputing itu harus kita warisi untuk semangat perjuangan beersama. Satu lagi pesan Pangeran Antasari adalah jangan bacakaut papadaan (ribut antarsesama), amun kada handak Banua kita dilincai urang (jika tidak ingin daerah kita dijajah orang),” pungkas Ibnu Sina.(jejakrekam)

Penulis Rahm Arza
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.