Lanjutkan Estafet di Tanfidziyah, Gus Yahya Dinilai Layak Pimpin PBNU

0

PERHELATAN Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-43 tinggal dua bulan lagi. Tepatnya, muktamar ini akan digelar di Bandar Lampung pada 23-25 Desember 2021 sesuai keputusan Konferensi Besar (Konbes) dan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama PBNU di Jakarta.

MENURUT Ahmad Zaki dari NU kultural asal Kalsel menghendaki agar dalam muktamar nanti bisa menghasilkan formasi kepemimpinan baik di tanfidziyah maupun di barisan rais.

“Berdasar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) NU hasil Muktamar NU ke-33 tahun 2015 di Jombang, disepakati  pemilihan Rais ‘Aam melalui Ahlul Halli Wal Aqdi (ahwa) dan pemilihan ketua umum tanfiziyah melalui pemilihan langsung. Nah, ini bisa menjadi wahana kaderisasi di tubuh ormas Islam ini,” ucap Ahmad Zaki kepada jejakrekam.com, Sabtu (9/10/2021).

Mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Banjarmasin ini mengungkap saat ini, mulai bermunculan figur pengganti atau penerus dari KH Said Aqil Siradj di posisi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

“Tongkat estafet kepemimpinan tanfidziyah NU nanti kepada siapa dilabuhkan oleh pemegang hak suara, saat penting. Apakah nanti figur saat ini yang menjabat sebagai petahana atau justru beralih kepada sosok yang baru,” ucap Zaki.

Menurut dia, jika meniliki figur yang saat ini muncul adalah sosok Katib Aam Syuriah PBNU, KH Yahya Cholil Staqut atau Gus Yahya. Di mata Zaki, justru sosok Gus Yahya sangat pantas menjadi pemangku estafet sebagai Ketua Umum PBNU ke depan.

BACA : Polarisasi Warga Kalsel Kian Runcing, Tokoh NU Serukan Ulama NU Kembali ke Khittah

“Beliau merupakan sosok nahdliyin yang moderat dan mumpuni keilmuannya. Utamanya, ciri khas dari NU adalah mewariskan pengkajian kitab-kitab Islam klasik seperti kitab kuning. Sedangkan, dari segi modernitas atau keilmuan umun, Gus Yahya pun terbukti punya wawasan global atau berskala internasional,” papar Zaki.

Ia berharap Muktamar NU ke-43 di Lampung pada akhir tahun nanti bisa menjawab semua kegelisahan. Terutama dari kalagan pengurus wilayah dan pengurus cabang ormas Islam itu di Indonesia.

“Memang, NU butuh meregenerasi di bagian tanfidziyah PBNU menuju transformasi kaum santri abangan menjadi lebih baik dan mengembalikan NU ke arah keemasan menuju seabad ormas Islam ini,” beber Zaki.

BACA JUGA : Muktamar NU ke-34 Diputuskan pada 23-25 Desember, PWNU Kalsel : Keputusan Tepat

Sebelumnya, Sekretaris PWNU Kalsel Berry Nahdian Forqan mengakui bermunculan sosok calon Ketua Umum PBNU. Selain sang petahana, KH Said Aqil Siradj, ada beberapa nama seperti Gus Yahya serta para kiai mumpuni di NU.

“Kita lihat dulu arah perkembangannya jelang Muktamar NU ke-43 di Lampung nanti. Yang pasti, sebagai pemilik suara di Muktamar NU, tentu semua wilayah dan cabang punya hak memilih siapa calon ketua umum yang dipilih,” pungkas mantan Wakil Bupati Hulu Sungai Tengah (HST) ini.

Untuk diketahui, jelang Muktamar NU di Lampung, mulai mencuat lima figur calon Ketua Umum PBNU. Mereka adalah sang petahana, KH Said Aqil Siradj, berikutnya KH Yahya Cholil Staquf (Katib Aam Syuriah PBNU), Ketua PWNU Jawa Timur KH Hasan Mutawakkil Alallah, KH Marzuki Mustamar, KH Marzuki Mustamar (pengurus PWNU Jatim) dan tokoh NU asal Rembang, Jawa Tengah, KH Bahaudin Nursalim atau Gus Baha.(jejakrekam)

Penulis Rahm Arza/Didi GS
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.