Didatangkan dari Yogyakarta, Produk Kerajinan Rustic Digemari Warga Banjarmasin

0

ANIMO warga Banjarmasin untuk menghias ruang dan rumahnya, tergolong tinggi. Buktinya, berbagai pernak-pernik hiasan rumah dan ruangan pun cukup banyak diburu selama masa pandemi virus Corona (Covid-19).

PRODUK kerajinan rustic berbahan alami seperti dari eceng gondok, serat alami, rotan hingga kayu sebagai penghias ruangan pun jadi pilihan warga Banjarmasin.

“Kebanyakan kerajinan rustic atau klasik seperti keranjang, kap lampu, pot buang, kursi rotan dan karpet sigras didatangkan dari Yogyakarta dan Surabaya. Sebagian lagi, ada beberapa produk lokal hasil kerajinan pengrajin Amuntai, Hulu Sungai Utara dijual di sini,” ucap pengelola Futiha Studio, Muhammad Hariza kepada jejakrekam.com, Selasa (6/10/2021).

Menurut dia, harga kerajinan rustic ditawarkan dengan harga terjangkau. Dari kisaran termurah Rp 60 ribu hingga termahal Rp 100 ribu untuk keranjang rustic. Sedangkan, karpet sigras berbahan serat alami dibanderol  Rp 190 ribu hingga Rp 235 ribu untuk ukuran diameter 1×2 meter berbentuk bundar. Sementara, kap lampu dijual dari harga Rp 75 ribu hingga Rp 250 ribu, tergantung bentuk dan kerumitannya.

“Sedangkan untuk lantai parkit berbahan kayu dan bambu harganya cukup mahal berkisar Rp 300 ribu per meter. Memang, kebanyakan pembeli dari Banjarmasin. Tapi, kami juga memanfaatkan media sosial seperti instagram untuk mempromosikan produk kerajinan klasik ini,” kata Muza, sapaan akrabnya.

BACA : Tikar Purun Jangan Sampai Mengulang Kisah Lampit Amuntai

Pemuda asal Gambut ini membuka gerai riasan rustic di Jalan Sulawesi ini mengaku mendapat orderan dari berbagai kota di luar Banjarmasin, seperti Pelaihari, Palangka Raya, Kuala Kapuas, Barabai dan lainnya.

“Memang, produk kerajinan tangan asal Yogyakarta dan Surabaya sangat bagus kualitasnya dibandingkan hasil kerajinan lokal. Mungkin yang lebih bisa menandingi olahan dari pengrajin asal Amuntai,” ucap Muza.

beberapa produk kerajinan tangan asal Yogyakarta, Surabaya dan Amuntai yang tersedia di Futiha Studio. (Foto Sirajuddin)

Menurut dia, saat pandemi Covid-19 menghantam, omzet penjualan produk kerajinan rustic sempat menurun tajam. Seiring terjadi perbaikan ekonomi dan banyak warga yang memilih berdiam di rumah, keinginan untuk mempermak ruangan atau rumah pun muncul.

“Makanya, selain mencari wallpaper dan wallsticker, kerajinan rustic pun termasuk yang digemari di Banjarmasin. Apalagi, ada berbagai model dan kualitasnya bagus, turut mendongkrak angka penjualan,” beber Muza.

BACA JUGA : Nekat Labrak Jam Malam, Belasan Kafe dan Resto di Banjarmasin Kena ‘Semprot’ Aparat

Ia mencontohkan penghias ruangan seperti tanaman rayung pun mulai dilirik warga Banjarmasin. Ini dikarenkan bentuknya yang unik dan bisa memperindah ruangan.

“Dulu, banyak orang memasang akar-akaran atau kembang plastik di ruangan. Kini, banyak yang beralih ke tanaman rayung. Memang produk ini tidak dibuat di Kalsel, tapi didatangkan dari Yogyakarta,” kata Muza.

Mengenai omzet penjualan tiap bulan, Muza enggan membeberkan secara rinci. Menurut dia, selama dua tahun berbisnis produk hiasan rumah, omzet penjualan memang masih fluktuatif. Apalagi, kini di Banjrmasin tumbuh subur kafe-kafe yang membutuhkan penghias ruangan seperti kerajinan rustic.

“Sebelumnya memang sempat sepi, akibat masyarakat lebih memilih belanja kesehatan. Sekarang setelah ada pelonggaran dan perekonomian jalan, produk kerajinan tangan ini pun tergolong bisnis yang masih menjanjikan,” imbuh Muza.(jejakrekam)

Penulis Sirajuddin
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.