Kopi Meratus Diluncurkan di HST, Diwacanakan 4 Varietas Masuk Rekor MURI

0

PELUNCURAN kopi Meratus digagas oleh Serikat Petani Indonesia (SPI) Kalimantan Selatan. Organisasi para petani ini menggaet BEM Faperta ULM Banjarbaru.  Rencananya, peluncuran kopi Meratus dihelat sejak 1-3 Oktober 2021 di Desa Pagat, Kecamatan Batu Benawa, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).

KETUA SPI Kalsel Dwi Putera Kurniawan menyampaikan kegiatan peluncuran kopi Meratus merupakan sebagai penanda bagi petani pada momentum International Coffee Day, berlangsung tiga hari.

“Ada empat varietas kopi Meratus yang tumbuh subur di rawa gambut, dataran rendah, perbukitan dan dataran tinggi, yaitu Robusta, Liberika, Arabika dan Ekselsa. Ini sebuah rekor bagi kita melihat kondisi lahan yang dapat subur di atas pegunungan Meratus,” kata Dwi Putera Kurniawan kepada jejakrekam.com, Jumat (1/10/2021) siang.

Menurut Dwi, tidak ada satupun daerah atau wilayah yang sejauh ini pihaknya ketahui bahwa lahan yang dapat subur ditanami 4 varietas kopi sekaligus. Hal ini, kata Dwi, sangat luar biasa bagi wilayah Kabupaten HST untuk mengembangkan budidaya kopi Meratus.

Dwi menyebutkan, terdapat beberapa topografi tanaman kopi di antaranya, yaitu 20-100 MDPL (Liberika), 100-200 Mdpl (Excelsa), 300-400 Mdpl (Robusta), 1000-1200 Mdpl (Arabika).

“Kami melihat, semua aspek topografi lahan ada di Kabupaten HST. Semual tanaman kopi dapat tumbuh di sana,” ujarnya.

BACA : Sepenggal Kepelikan di Tengah Godaan ‘Taman Bumi’ Pegunungan Meratus

Dwi pun bekerjasama dengan Pemkab HST guna mendorong tanaman kopi Meratus agar tergaungkan di nasional, bahkan ke internasional. “Pada momentum 1 Oktober di Hari Kopi Dunia, kami ingin menunjukkan bahwa kopi Meratus itu memiliki empat varietas dalam suatu kawasan wilayah. Artinya, ini menjadi sebuah rekor bagi kita,” tegasnya.

Ke depan, Dwi mengupayakan dalam mendorong kopi Meratus agar masuk ke tahapan rekor MURI. Agar bisa mendapat rekomendasi, Dwi mengatakan maka Pemkab HST serta masyarakat daerah itu harus mendorongnya.

“Keinginan SPI Kalimantan Selatan, mewujudkan 3M yaitu menanam, mengolah hingga menjual. Biar mereka sejahtera secara mandiri,” ucap pria kelahiran 1977 itu.

Dwi berharap agar petani Meratus dapat membudidayakan kopi secara mandiri. Kemudian, memasarkannya secara swadaya bahkan mampu bersaing dengan kopi di luar sana.

Bupati HST Aulia Oktafiandi (baju hem putih) saat meninjau lokasi pembudidayaan kopi varietas Meratus. (Foto Rahim Arza)

Bupati HST, Aulia Oktafiandi menyambut baik pelestarian kopi Meratus yang bakal digaungkan ke nasional, bahkan menembus dunia internasional. Lewat kebijakan, ia berkomitmen ingin mewujudkan petani yang berkeadilan agar menuju kesejahteraan tersebut.

“Baik, kegiatan ini merupakan bentuk langkah riil Pemkab HST. Jangan sampai #SaveMeratus itu tagline saja, tapi kami berpikir saat dilantik pada bulan Februari lalu. Kita mendapat bencana banjir,” jelasnya.

BACA JUGA : Mengangkat Kembali Kejayaan Kopi Pengaron, Ikon Kopi Banua Banjar

Bencana itu, Aulia menyebut akibat deforestasi hutan yang kian massif di kabupaten HST. Demikian, kata Aulia, adanya pelestarian kopi Meratus ini ada dua hal yang mesti dilakukan Pemkab HST. “Pertama, persoalan pencarian atau penghasilan warga. Sektor hulu dan hilir tentang budidaya kopi ini, sangat menguntungkan sekali,” katanya.

Dengan gaungnya kopi Meratus, Aulia sangat memberi dorongan agar kopi khas lokal daerahnya dapat bersaing di luar sana, bahkan dikenal mendunia.”Saya support keinginan Pak Dwi agar kopi Meratus masuk dalam rekor muri Indonesia,” ucapnya.

Ketua Pelaksana Peluncuran Kopi Meratus, Muhammad Ery Airlangga menyampaikan, upaya ini mendorong para petani kopi Meratus secara mandiri agar dapat meningkatkan taraf kesejahteraannya.

“Mereka yang menanam, mengolah maka mereka juga yang menjual langsung. Agenda ini kita fokuskan pada pasca panen, bagaimana proses setelahnya kopi itu dipasarkan,” ucap Ery.

BACA JUGA : Menyusuri Kenikmatan Secangkir Kopi dari Borneo Bagian Selatan

Ia menyebut sekitar 60 mahasiswa Faperta ULM Banjarbaru bakal diturunkan ke Hinas Kanan dalam rangka mitra desa dan Faperta mengajar, selama 2 minggu. Ery bilang, mereka mengajarkan anak-anak pegunungan Meratus dengan kisaran usia 8-15 tahun dalam program Faperta Mengajar.

Ery yang juga mengawangi Departemen Sosial dan Lingkungan ini memastikan dalam program mitra desa menghadirkan para pemuda di usia 18-20 ke atas.

“Kami ingin memberdayakan masyarakat Meratus di komunitas kopi itu. Mereka bakal mengajarkan semua langkah-langkahnya, mulai dari memperbaiki cara panen, mengolah maupun memasarkannya,” ucapnya.

Tujuannya, sebut Ery, lebih ke pemberdayaan itu agar menuju taraf menyejahterakan para petani Meratus lebih mandiri. “Di Hinas Kanan itu ada empat petani yang sangat antusias, maka mulai dari mereka itu dapat memberikan semangat yang lainnya untuk dapat terus bertani kopi,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Rahim Arza
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.