Pandir Kaya Timbangan Dadak

0

Oleh : Noorhalis Majid

BICARA selalu berlebihan, tidak persis sama dengan fakta dan kenyataan. Memang sebagian yang disampaikan ada benarnya, namun sebagiannya lagi dilebihkan, ditambah, dan yang sangat mengkhawatirkan, tambahannya justru mendominasi, mengaburkan fakta sebenarnya, itulah yang dimaksud pandir kaya timbangan dadak.

UCAPAN seperti timbangan dedak. Dedak, hasil dari penggilingan padi, digunakan untuk makanan ternak, karena dianggap memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, harganya juga murah, mudah diperoleh, terutama di penggilingan padi.

Kalau membeli beras, takaran atau timbangan harus tepat, bila berlebihan akan rugi. Sementara kalau membeli dedak, penjual pasti menimbangnya dengan lebih. Beli satu kilo, dedak yang didapatkan pasti lebih dari satu kilo. Bahkan kelebihannya sesuka penjual menambahkan.

Rasanya tidak pernah dedak ditimbang dengan ukuran yang tepat, pasti dilebihkan. Dipinjam sebagai perumpamaan, menyindir orang yang suka melebihkan pembicaraan. Berita sejengkal jadi sehasta, yang sehasta jadi satu depa. Tidak pernah tepat, menyampaikan apa adanya, sesuai kenyataan yang ditemui. Antara fakta dan imajinasi bersatu dalam cerita. Ingin dibantah tapi ada faktanya. Mau dibenarkan, tapi sudah dilebihkan. Sehingga apapun yang disampaikan, hanya bisa dipercaya sebahagian, sisanya dianggap angin lalu, tidak bisa dipegang.

BACA : Teranyar ‘Dijamak Jibril’, Dokumentasikan Paribasa Banjar Berisi Nasihat dalam Tiga Buku

Suka melebihkan pembicaraan, menjadi sifat – karakter yang sulit diubah. Bahkan menjadi ciri yang melekat. Bila orang sudah diberi ciri, maka semua yang disampaikan hanya didengarkan, belum tentu dipercaya. Kalau hal tersebut berupa informasi penting, harus dikonfirmasi, dicaritahu kebenarannya.

Mestinya, menyangkut informasi harus tepat, tidak boleh dilebihkan sedikitpun. Informasi bukanlah fiksi atau dunia khayal. Begitu juga menyangkut keterangan, penjelasan dan lain sebagainya yang memerlukan keakuratan, tidak boleh dilebihkan, justru akan menyesatkan penerima pesan.

BACA JUGA : Peribahasa Banjar untuk Kritik Pembangunan di Kalsel

Ungkapan ini memberikan pelajaran, jangan suka melebihkan pembicaraan. Karena, bila sudah diucapkan, sulit mencabutnya kembali. Apalagi menyangkut hal-hal yang sangat penting. Kalau sekedar cerita, lelucon atau kisah menghibur, boleh saja dilebihkan, dikurang atau dipoles sedemikian rupa, semampu imajinasi dapat dikembangkan.

Namun bila menyangkut informasi – berita – kabar penting, hendaknya akurat, tepat sesuai kenyataan, jangan sampai pandir kaya timbangan dadak.(jejakrekam)

Buku Norhalis Majid

Penulis adalah Pemerhati Budaya dan Bahasa Banjar

Mantan Kepala Perwakilan Ombudsman Kalsel

Peneliti Senior LK3 Banjarmasin

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.