Fenomena Touring Moge Vs ‘Ading Basit’, Ini Komentar Antropolog ULM Banjarmasin

0

ANTROPOLOG Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Nasrullah menangkap pesan dari viralnya video touring motor gede (moge) dan satu sisi, ada ibu-ibu yang mengaku ‘ading Basit’, bisa masuk ke akses Jembatan Sei Alalak selama ini terlarang bagi publik.

“DUA fenomena pelintas Jembatan Sei Alalak yang belum diresmikan itu touring moge dan ading Basit yang viral di media sosial menunjukkan pada satu kesamaan keinginan orang atau sekelompok orang untuk diistimewakan atas orang banyak,” papar Nasrullah kepada jejakrekam.com, Rabu (22/9/2021).

Menurut dia, peserta touring moge yang melintas Jembatan Sei Alalak terkesan ingin memperlihatkan status sosial. Di mata Nasrullah, mereka itu seolah memiliki keistimewaan dalam menggunakan jalan raya yang merupakan milik publik.

BACA : Beredar Video Iring-Iringan Moge Melintas Di Jembatan Alalak, Kabid Humas Polda Kalsel : Kita Akan Tindak

“Fenomena ini menambah sejumlah catatan negatif secara nasional touring motor gede. Padahal mereka hanya memiliki kuasa atau kewenangan atau motor yang dimilikinya, tetapi sebagai pengendara jalan raya mereka memiliki kesetaraan dengan pengendara motor jenis apapun di atas jembatan maupun di jalan raya,” urai akademisi program studi Pendidikan Sosiologi FKIP ULM Banjarmasin ini.

Ia menjelaskan lain halnya, jika pengendara moge lewat untuk uji coba jembatan atau terburu-buru untuk menyalurkan bantuan banjir ke Katingan, Kalimantan Tengah yang tengah mengalami bencana banjir. “Tentu, publik akan bisa memakluminya,” kata antropolog lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini.

BACA JUGA : Ketika ‘Aku Ading Basit’ Viral, Dari Video Hingga Jadi Meme

Begitu pula, beber Nasrullah, ‘Ading Basit’ menunjukkan sebuah nama adalah password atau kata kunci untuk memasuki kawasan yang semestinya hanya boleh dilewati para pekerja proyek atau orang yang berkepentingan dengan proyek tersebut.

“Maka jembatan yang belum jadi dan belum resmi ini, menjadi arena tantangan untuk menunjukkan kemampuan mamugai (menikmati pertama) yang mendahului waktu resmi. Hal ini mestinya benar-benar dihindari,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.