Hadirkan Penutur Bakumpai dan Banjar, Diskusi Pemerkayaan Kosa Kata Dinamis

0

BALAI Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan menghelat lokakarya pemerkayaan kosa kata Banjar dan bahasa Bakumpai yang berlangsung selama tiga hari di Banjarmasin.

BERTEMPAT di Hotel Aria Barito, Jalan Haryono MT, Kertak Baru Ilir, dibuka Walikota Banjarmasin Ibnu Sina berlangsung sejak 20-22 September 2021. Sosok Ibnu Sina yang dikenal asli Puruk Cahu, Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah ini merupakan putra Bakumpai yang kini memimpin ibukota Kalimantan Selatan.

“Sebenarnya, penggunaan Bahasa Banjar dipakai tidak hanya di Kalimantan, tetapi hingga di Pulau Sumatera seperti di daerah Tembilahan Riau, Indragiri Hilir, Riau,” ucap Ibnu Sina dalam sambutannya.

Sebagai penutur bahasa Bakumpai, Ibnu Sina pun mengakui ada keunikan tersendiri dalam bahasa subetnis Ngaju itu. Menurut Ibnu Sina, dalam bahasa Bakumpai memiliki ragam kata untuk menyebut sering yakni “dur, datar, santara, samata, iyei-iyei, jikau-jikau, nanar, dan lain sebagainya.”

Acara ini pun diikuti sejumlah budayawan, akademisi, dan ahli bahasa Prof Dr Rustam Effendi dari FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM), peneliti senor LK3 Banjarmasin Humaidy Ibnu Sami, penulis paribahasa Banjar Noorhalis Majid serta pakar lainnya yang masuk dalam kelompok Bahasa Banjar.

BACA : Kalangan Intelektual Bakumpai Gelar Diskusi Bertajuk Wayah Danum, Kenangan, dan Pengalaman

Sementara, dari kelompok Bahasa Bakumpai juga hadir-hadir tokoh-tokoh dan penutur asli bahasa yang berkembang di daerah aliran sungai (DAS) Barito itu.

Seperti dalam diskusi Bakumpai hadir seniman dan budayawan bermukim di Kota Martapura yakni Abdurrahman el Husaini, ahli bahasa Dr Ratna Rosana serta para native speaker dari Kota Marabahan, Desa Baliuk, Kelurahan Ulu Benteng hingga dari Desa Jambu Baru, Kecamatan Kuripan.

Terjadi diskusi yang menarik dan dinamis dari kelompok bahasa Bakumpai dipandu dosen muda prodi pendidikan sosiologi FKIP ULM, Nasrullah.

BACA JUGA : 17 Tahun Aruh Sastra Kalimantan Selatan, Pelestarian Budaya Lisan Berbahasa Banjar

“Memang, diskusi yang berlangsung sangat dinamis dalam kelompok Bakumpai karena menguji pengertian dan kebenaran kata dan kata berimbuhan dalam kalimat Bakumpai,” tutur Nasrullah yang juga menjadi narasumber kelompok Bakumpai kepada jejakrekam.com, Rabu (22/9/2021).

Diakui Nasrullah, salahsatu persoalan bahasa Bakumpai adalah tradisi lisan menjadi tradisi tulisan. Terkadang ada kebingungan ketika mendapati satu teks tertentu yang dianggap bahasa Bakumpai tetapi jika diucapkan ternyata memang diambil dalam bahasa Bakumpai.

“Hal lain yang menarik adalah mendefiniskan Bakumpai yakni sebagai rumput, nama sub dari suku bangsa Dayak, nama bahasa dan juga nama dari satu kawasan di Kota Marabahan dan sekitarnya,” papar Nasrullah.(jejakrekam)

Penulis Rahm Arza
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.