Buruh Panggul Penggerak Ekonomi Pasar Banjarmasin

0

PASAR Baru, yang juga dikenal dengan Pasar Harum Manis menjadi salah satu tempat sirkulasi bahan pokok, yang pembelinya tidak hanya warga Banjarmasin tetapi juga warga Kuala Kapuas, Palangkaraya, dan dearah lainnya.

KEBUTUHAN dan daya beli yang besar akan bahan pokok, tidak lepas dari terlbatnya buruh panggul. Mereka menawarkan jasanya untuk mengangkutkan barang jualan dari armada pengangkut ke toko, atau sebaliknya mengangkit belanjaan dari toko hingga ke transportasi milik pembeli.

Bagi pembeli di Pasar Harum Manis, buruh panggul dapat dikenali saat melontarkan kata “lewat…lewat…lewat…” atau “berat…berat…berat…” dengan tumpukan karung berisi bahan pokok di atas pundaknya. Memang terlihat dan terasa berat, serta harus berbagi ruang dengan pembeli saat melintas di lorong-lorong pasar.

Salah seorang buruh panggul, Rahman (58) warga jalan Kelayan. Kakek dua cucu ini saat menceritakan tentang pengalamannya sebagai buruh panggul di Pasar Harum Manis, kepada jejakrekam.com disela lelah dan tarikan panjang nafasnya.

BACA: HGB Pasar Harum Manis Digodok Pemkot, DPRD Banjarmasin Minta Jangan Bebani Pedagang

Rahman mengaku menjadi buruh panggul sejak ia masih muda. Di Pasar Baru dia melakoni profesi itu karena merasa tidak mempunyai keahlian lain, hanya dapat menggunakan tenaga untuk menjadi buruh panggul.

Soal pendapatan, tidak menentu. Kami biasanya kalau barang datang berkerja berkelompok dan hasilnya dibagi. Tergantung borongannya dan banyak banyak barangnya. Alhamdulillah kalau kerja borongan penghasilan bertambah, paling tidak saya bawa uang kerumah sekitar 150 ribu hingga 200 ribuan, ” ujar Rahman.

Sementara di Pasar Ujung Murung buruh panggul ada juga yang merangkap sebagai tukang becak. Anang Durani (55) menjadi tukang becak dan sesekali menjadi buruh panggul di pasar yang banyak menjual kain dan pakaian jadi.

Dia sudah puluhan tahun sudah sebagai tukang becak, untuk menghidupi keluarga. Selain istria dia menanggung ada lima orang anak sesekali membantu membelikan susu buat sang cucu.

“Kalau pendapatan sehari-hari tidak dapat dipastikan, tapi alhamdulillah ada aja yang dibawa pulang. Sekedar puluhan ribu sudah cukup untuk hidup sehari-hari. Asalkan saya tidak menadahkan tangan, minta belas kasihan orang lain,” katanya mengakhiri pembicaraannya.(jejakrekam)

Penulis Sirajuddin
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.