BPJN Kalsel Sebut Rencana Jalan Gubernur Syarkawi ala Tumbang Nusa Terlalu Mahal

0

PASCA banjir yang melanda Kalimantan Selatan pada Januari 2021 lalu, berdampak hebat bagi infrastruktur Banua. Termasuk, ruas Jalan Gubernur Syarkawi yang menghubungkan Jalan Achmad Yani Km 17-Jalan Trans Kalimantan, pun rusak parah.

POROS Lingkar Utara ini pun diperbaiki Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Kalimantan Selatan dengan menelan dana sekira Rp 150 miliar.     

Ketika kawasan Jalan Brigjen Hasan Basry, Kayutangi ditutup total hampir empat tahun. Kini, ruas Jalan Gubernur Syarkawi menjadi jalur alternatif satu-satunya bagi armada bertonase besar, seperti truk kontainer dan angkutan besar lainnya menuju ke Kalimantan Tengah atau Barito Kuala (Batola).

Hingga mencuat rencana Jalan Gubernur Syarkawi didandani ala Jembatan Layang Tumbang Nusa, Kalimantan Tengah. Ini karena kontur tanah di ruas jalan itu berada di area lembek atau rawa.

BACA : Jalan Gubernur Syarkawi Dirancang ala Tumbang Nusa, Rosehan : Jembatan Sei Alalak Jangan Molor

“Sebenarnya, kalau Jalan Gubernur Syarkawi itu dibangun ala Jembatan Layang Tumbagn Nusa, tidak memungkinkan dari sisi biaya. Ongkosnya terlalu mahal,” ucap Kepala BPJN Kalsel Syauqi Kamal kepada jejakrekam.com, beberapa waktu lalu.

Ia menjelaskan secara teknis Jembatan Layang Tumbang Nusa itu dibangun dengan konstruksi pile slab (jalan dengan pondai tiang pancang). Pertimbangannya, kawasan jalan trans Kalimantan poros selatan yang menghubungkan Palangka Raya ke Banjarmasin, rawan banjir. Bahkan, untuk 10 meter jalan layang bisa menelan dana ratusan juta.

“Kalau model itu, dananya terlalu besar. Sedangkan, di ruas Jalan Gubernur Syarkawi hanya dibangun dengan konstruksi biasa. Saat ini, kita bangun dan ada peninggian jalan,” ucap Syauqi.

BACA JUGA : Kontraktor Klaim Stok Semen Habis untuk Pembuatan Siring di Jalan Gubernur Syarkawi

Ia menyebut konstruksi Jalan Gubernur Syarkawi menggunakan pondasi cerucuk galam, karena ada sebagian yang menggunakan perkuatan tanah.

“Jalan itu juga menggunakan teknik geotistil nowopen, selanjutnya ditimbun dengan urukan pilihan beskos, baru LPA (lapis pondasi agregat kelas A), dan baru diaspal. Memang, ada beberapa spot menggunakan pile RCRB, karena mengukur tingkat kerusakan akibat terdampak banjir, beberapa waktu,” beber Syaufi.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.