Banjarmasin Lanjutkan PTM di Tengah Lonjakan Kasus Covid-19, Pakar: Kebijakan Nekat

0

PEMERINTAH Kota (Pemkot) Banjarmasin memastikan sistem pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah tetap dilanjutkan. Kendati ada temuan guru dan murid dari dua sekolah yang berbeda terkonfirmasi positif Covid-19.

KEPALA Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin, Totok Agus Daryanto, menyatakan kasus konfirmasi positif Covid-19 selama PTM sangat sedikit. Di samping itu, dia mengklaim bahwa PTM tidak terbukti menimbulkan klaster sekolah.

“Mereka terinfeksi dari klaster keluarga,” ungkapnya, usai rapat evaluasi PTM bersama Tim Satgas Covid-19 Banjarmasin, Sabtu (17/7) malam.

Kemudian, Totok menilai antusias orang tua terhadap pelaksanaan PTM Adi sekolah di cukup tinggi. Misalnya, untuk orang tua siswa di SD mencapai angka 84,42 persen, sementara SMP 95,53 persen orang tua setuju akan adanya PTM.

Dengan dasar dua pertimbangan di atas, maka Tim Satgas Covid-19 memberi rekomendasi terhadap Pemkot Banjarmasin untuk melanjutkan PTM. Sembari kembali dilakukan evaluasi satu pekan ke depan.

Namun demikian, Totok membeberkan ada sederet syarat yang harus dipenuhi pihak sekolah untuk melaksanakan PTM. Misal, sekolah tersebut berada di zona risiko aman penyebaran Covid-19, seperti zona hijau ataupun kuning.

Kemudian memperketat protokol kesehatan dengan pengawasan satgas Covid-19 yang ada di setiap sekolah.

Lalu, jumlah guru pengajar yang divaksin harus sudah mencapai 80 persen. Sekolah memfasilitasi vaksinasi siswa berumur di atas 12 tahun. “Dan, sekolah wajib mengedukasi warga atau orang tua dalam penerapan prokes,” tuntasnya.

Dinilai Membahayakan

Di sisi lain, kebijakan pemerintah memperpanjang PTM dikritik anggota Tim Pakar Covid-19 Universitas Lambung Mangkurat, Hidayatullah Muttaqin.

Bukan tanpa alasan. Dia merujuk pada pertumbuhan kasus Corona di ibukota Kalsel yang belakangan sangat massif. Dalam lima hari terakhir, angkanya mencapai 716 kasus baru.

Menurutnya, kengototan Pemkot untuk tetap melanjutkan PTM di tengah meningkatnya kasus ini seakan menempatkan guru dan murid pada posisi bahaya.

“Dapat dikatakan ini kebijakan yang sangat nekat karena menempatkan guru dan murid pada posisi berbahaya,” ucapnya kepada jejakrekam.com, Minggu (18/7).

Dengan tingkat positivitas per hari pada 17 Juli mencapai 36%, maka dapat diartikan tingkat penularan Covid-19 di Banjarmasin sedang sangat tinggi. Itu artinya, sebanyak 36 orang dari 100 yang dites di Banjarmasin positif Covid-19.

“Ini jauh dari standar WHO yang maksimal tingkat positivitas berada di level lima persen,” ujarnya.

Menurutnya, dampak pertumbuhan kasus dan tingkat penularan yang sangat tinggi berakibat pada banyaknya pasien yang memerlukan perawatan di rumah sakit serta naiknya Bed Occupancy Rate atau BOR.

Per 17 Juli jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit di Banjarmasin mencapai 417 orang dengan BOR 69%. Padahal, awal Juli lalu jumlah pasien baru 170 orang dengan BOR 37%.

Dengan peningkatan jumlah pasien 2,5 kali dalam setengah bulan, maka menurutnya kegiatan apapun yang sifatnya mendorong mobilitas penduduk dan menghimpun manusia berkumpul dalam satu tempat di situasi sekarang dapat menjadi pemicu lonjakan pasien ke depan.

“Artinya rumah sakit kita siap-siap menghadapi beban berat akibat kebijakan Pemkot sendiri. Ini belum lagi soal pasokan oksigen untuk rumah sakit yang jumlahnya terbatas,” paparnya.

Oleh karena itu, Hidayatullah lagi-lagi menyarankan Pemkot untuk menunda terlebih dahulu PTM di sekolah. “Ini demi keselamatan guru dan murid serta masyarakat pada umumnya,” pungkasnya. (jejakrekam)

Penulis M Syaiful Riki
Editor Donny

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.