Sapuluh Batang Batindih, Bilungka Jua Nang Linyaknya

0

Oleh : Noorhalis Majid

BILA para pemimpin tidak satu suara, tidak kompak dan malah berseteru tidak berkesudahan, rakyat kecil juga yang akhirnya menanggung akibatnya.

RAKYAT menjadi sengsara – menderita karena perseteruan para pemimpinnnya, itulah yang dimaksud sapuluh batang batindih, bilungka jua nang linyaknya dalam peribahasa Banjar.

Sepuluh pohon bertindih, mentimun juga yang remuk, begitu arti harfiahnya. Bahwa pohon sebanyak apapun batangnya ditindih, tidak akan remuk, karena kokoh dan kuat.Sedangkan mentimun, sedikit saja kena tindih, langsung remuk.

Dipinjam sebagai perumpamaan untuk melihat realita sosial, bahwa orang kuat layaknya sebatang pohon besar, bagaimanapun saling bertindih tidak akan sampai hancur. Sedangkan rakyat, seperti mentimun yang rapuh, sedikit saja dampaknya besar sekali.

Pemimpin yang arif – berjiwa negarawan, bila terjadi perseteruan dengan lawan politik, tidak akan melibatkan rakyat banyak untuk menanggung risikonya. Di hadapan rakyat, akan bermanis-manis, seolah akur – kompak – tidak terjadi apapun. Berusaha suasana tetap kondusif, rakyat merasa tenang melihat pemimpinnya yang rukun dan fokus pada pekerjaan.

BACA : Peribahasa Banjar untuk Kritik Pembangunan di Kalsel

Bila pemimpin tersebut bukan seorang negarawan, hanya politisi karbitan, terpilih karena kekuatan modal. Berbagai hal terkait dengan rakyat akan diseret sedemikian rupa. Konflik di antara pemimpin, dibuat meluas. Tidak heran bila sering ditemukan, agama – budaya – suku dan berbagai sentiment primordialisme dipolitisasi untuk kepentingan pemimpin tersebut. Akibatnya, sesama rakyat berkonflik, terbelah dalam kubu-kubu yang tidak jelas tujuannya.

Pemilihan kepala daerah misalnya, sering kali pasangan pemimpin terpilih, akurnya tidak berlangsung lama. Paling lama, enam bulan atau satu tahun, setelah pesta kemenangan berakhir, mulai terbentuk kubu-kubu. Mulai tumbuh kecurigaan dan kekecewaan.

BACA JUGA : Teranyar ‘Dijamak Jibril’, Dokumentasikan Paribasa Banjar Berisi Nasihat dalam Tiga Buku

Mulai saling mengeluh dan menyalahkan. Mulai berhitung untung dan rugi. Akhirnya, bila tidak ada penyelesaian, pecah kongsi tidak dapat dihindari. Sepanjang masa kepemimpinan hanya diwarnai konflik dan percekcokan. Bekerja menjadi tidak fokus.

Kompak saja belum tentu mampu menjawab tantangan yang sangat besar menyangkut tugas-tugas pemerintahan, apalagi berkonflik. Sudah banyak contoh, berkonflik tidak memberikan manfaat apapun, kecuali hanya merugikan rakyat, karena sapuluh batang batindih, bilungka jua nang linyaknya. (jejakrekam)

Penulis adalah Pemerhati Budaya dan Bahasa Banjar

(Isi dari artikel ini sepenuhnya tanggungjawab penulis bukan tanggung jawab media)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2021/07/07/sapuluh-batang-batindih-bilungka-jua-nang-linyaknya/

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.