Versi Survei Unggul 59,9 Persen di PSU Dinilai Bisa Jadi Bumerang bagi BirinMu

0

PENELITI senior Jaringan Suara Indonesia (JSI), Dirham Zain meminta agar tim pemenangan calon Gubernur-Wakil Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor-Muhidin tidak perlu terlena dengan hasil survei yang menyatakan prediksi kemenangan pada pemungutan suara ulang (PSU) nanti.

MANTAN Staf Ahli Gubernur Kalsel era Sjachriel Darham ini menegaskan hasil survei dari lembaga riset Charta Politika yang dipubliksikan Ketua Tim Pemenangan paslon nomor urut 01 Sahbirin Noor-Muhidin (BirinMu), Rifqinizamy Karsayuda, patut dicermati.

Kenapa? Menurut Dirham, karena wilayah PSU memang merupakan basis massa pendukung BirinMu namun dianulir Mahkamah Konstitusi (MK), sehingga terjadi pengurangan suara dan akhirnya sementara dimenangkan kubu penantangnya, Denny Indrayana-Difriadi Darjat (H2D) dengan selisih lebih dari 22 ribu suara.

“Berdasar keterangan dari Rifqinizamy Karsayuda dari wilayah PSU di 7 kecamatan, menempatkan BirinMu unggul dengan 59,9 persen, sementara rival politiknya Denny Indrayana- Difriadi Darjat (H2D) 22, 1 persen. Sedangkan, sisanya 18 persen menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab (rahasia). Bagi saya, hasil survei itu benar dan dapat dipercaya,” ucap Dirham Zain kepada jejakrekam.com, Minggu (30/5/2021).

BACA : Sahbirin-Muhidin Unggul 59,9 Persen versi Charta Politika Indonesia

Alasannya sederhana, papar Dirham, karena wilayah yang disurvei merupakan basis pendukung Sahbirin-Muhidin. Hanya saja, persentase tingkat keterpilihan (electability) belum terkoreksi dengan stok suara yang dimiliki oleh lawan politiknya, H2D dengan 22.286 suara pasca putusan MK.

“Jika kemudian, ternyata terjadi penambahan suara pada paslon 02 (H2D), maka secara otomatis akan berimbas terhadap penurunan elektabilitas dalam persentase tertentu bagi paslon 01 (BirinMu),” ungkap Dirham.

Peneliti Senior JSI, Dirham Zain

Menurut dia, yang perlu dianalisis adalah mengenai pemilih yang tidak tahu/ tidak menjawab sekitar 18 persen itu kemana arahnya.

“Apakah ke paslon nomor 01 (BirinMu) atau malah ke 02 (H2D)? Berdasar kajian empiris yang sering kami lakukan di JSI, justru swing voters atau pemilih yang tidak menjawab dalam survei tersebut lebih dominan ke paslon penantang,” papar Dirham.

BACA JUGA : Berebut 281.636 Pemilih PSU dari 7 Kecamatan, BirinMu atau H2D yang Menang?

Ia mengakui  survei merupakan pendekatan modern dalam politik, termasuk pilkada guna memotret persepsi dan dukungan pemilih. Tapi, beber Dirham, problemanya adalah apakah hasil survei akan berbanding lurus dengan hasil pilkada? “Maka jawabannya adalah belum tentu,” cetus Dirham lagi.

Masih menurut dia, publikasi hasil survei yang dilakoni tim pemenangan kubu petahana apakah bisa memengaruhi pemilih, maka jawabannya bisa iya.

“Bisa berdampak positif dan bisa pula negatif. Kalau positif, berarti tidak masalah karena memang itu yang diharapkan. Tetapi yang perlu dikaji itu implikasi negatifnya, dan bukan tidak mungkin kubu rival politik akan memanfaatkan hasil survei tersebut dengan strategi politik counter attack (serangan balik). Hal ini akan justru menjadi bumerang bagi paslon 01. Kemudian pengaruh negatif lainnya, karena alasan merasa menang dalam survei, lantas sebagian pemilih Sahbirin-Muhidin tidak datang ke TPS di hari pemungutan suara, ini jelas celaka!” urai Dirham.

BACA JUGA : Tergantung Partisipasi Basis Pemilih, Kans Birin-Muhidin Kejar Suara Denny-Difriadi Masih Terbuka

Untuk itu, Dirham menegaskan data survei itu bukan sekadar dibaca, sejatinya perlu dianalisis dan diterjemahkan dalam sebuah strategi pemenangan.

“Seharusnya, hal ini perlu dilakoni tim pemenangan Sahbirin-Muhidin adalah pada kisaran berapa persen suara yang harus diraih di wilayah PSU agar bisa  mengunci kemenangan, dan secara simultan lebih kreatif menepis isu yang dimainkan oleh kubu rival politiknya,” kata Dirham.

Ia membaca ada tiga isu yang dikemas kubu lawan incumbent adalah soal kepemimpinan yang tidak kredibel, kecurangan petahana dalam pilkada, dan dugaan kebohongan.

“Tiga isu politik ini perlu ditepis oleh tim atau relawan paslon 01. Jadi, kesimpulannya, elektabilitas incumbent 59,9 persen dalam survei tersebut belum aman,” tegas Dirham.

Bagi dia, mengenai siapa yang akan terpilih menjadi Gubemur dan Wakil Gubernur Kalsel sangat tergantung pada kecerdikan strategi politik, tingkat partisipasi dan kehadiran pemilih di hari pemungutan suara ulang (PSU) pada Rabu 9 Juni 2021 nanti.(jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.