Menghidupkan Malam di Ujung Ramadhan

0

Oleh : Humaidy Ibnu Sami

HAMPIR setiap tahun di sepuluh terakhir bulan Ramadhan terutama pada malam-malam ganjilnya yakni 21, 23, 25, 27 dan 29 di tempat ibadah baik masjid, langgar dan mushala di Banjarmasin, ada kegiatan menghidupkan malam dengan kegiatan ibadah.

MAKSUD menghidupkan malam adalah meramaikan suasana tengah malam yang biasanya sepi diisi dengan berbagai kegiatan ibadah seperti shalat sunat, membaca shalawat, zikir, wirid dan sejenisnya dalam rangka ikhtiar untuk memperoleh anugerah Lailatul Qadar, suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Pada kesempatan ini, saya akan menampilkan prosesi menghidupkan malam itu di sebuah langgar tua. Langgar Miftahussalam, Teluk Tiram Laut Banjarmasin yang terkenal banyak memelihara, melestarikan dan merawat tradisi lama yang sangat berharga dan penuh makna. Salah satu tradisi lama yang baik itu adalah menghidupkan malam penghujung Ramadhan.

Konon, di sini di langgar ini bisa dikatakan sudah empat generasi melaksanakan berbagai ibadah di tengah malam bulan Ramadhan terutama pada malam ganjil sepuluh terakhir dengan dipimpin oleh Tuan Guru kenamaan. Menurut penuturan Tatuha Teluk Tiram yang sempat diwawancara secara singkat, mungkin yang pertama sekali, selaku imami ibadah malam itu adalah Mu’allim Syukur (Tuan Guru H Abdussyukur) yang terkenal sebagai Siir Syekh Saifullah Turki.

Kemudian, dilanjutkan oleh Kai Jarkasi (Tuan Guru H. Jarkasi) sebagai imam yang terkenal sebagai ulama ahli qira’atil Quran. Berikutnya, sekarang ini dilanjutkan oleh Mu’allim Gafar (Tuan Guru H. Abdul Gaffar putera sulung Tuan Guru H. Abdussyukur sekaligus menantu Tuan Guru H Jarkasi) terkenal sebagai ulama ahli Ilmul Alat (Nahwu dan Sharf).

BACA : Raih Lailatul Qadar, Menghidupkan Malam 10 Terakhir Ramadhan Di Masjid Hasanuddin Madjedie

Dalam menghidupkan malam pengujung Ramadhan ini, di langgar penuh sejarah ini, pas aku kebetulan mengikuti atau berpartisipasi di dalamnya pada malam 27 Ramadhan yang imamnya Mu”allim Gafar. Aku lihat dan saksikan mereka memulai ibadah pada jam 12.00 Wita dengan berjamaah lelaki dan perempuan.

Nampaknya jamaah perempuan lebih banyak daripada jamaah lelaki, meskipun mereka berada di barisan belakang. Prosesi kegiatannya adalah pertama melaksanakan Shalat sunat Taubat dua rakaat, kemudian dilanjutkan dengan istighfar 100 kali dan doa minta pengampunan.

Kedua, shalat sunat Hajat dua rakaat dengan membaca shalawat Munjiyat 5 kali dan doa apa yang diinginkan dan dihajatkan. Ketiga, shalat sunat Tasbih 4 rakaat dengan dua kali salam, kemudian berdoa khusus shalat Tasbih. Keempat, shalat sunat Hifzul Iman 12 rakaat dengan enam kali salam.

BACA JUGA : Berburu Lailatul Qadar, Warga Ramai Beritikaf Di Masjid Raya Sabilal Muhtadin

Kemudian, membaca astaghfirullahal ‘adhim alladzi la Ilaha Illa huwal hayyul Qayyum wa atubu ilaih 40 kali dan doa agar mendapat anugerah Lailatul Qadar. Kelima, shalat sunat Tahajjud 2 rakaat, kemudian sehabis salam membaca jazallahu ‘ala sayyidana Muhammadan ma huwa ahluh 40 kali dan ditutup dengan doa khusus shalat Tahajjud.

Sekitar jam 01.30 acara ibadah sudah usai dan para jamaah kemudian memperoleh satu besek perorang yang berisi satu nasi bungkus nasi dan segelas air mineral untuk dibawa pulang ke rumah masing-masing.(jejakrekam)

Penulis adalah Dosen UIN Antasari Banjarmasin

(Isi dari artikel ini sepenuhnya tanggungjawab penulis bukan tanggung jawab media)

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.