Harga Jual Hasil Pertanian Desa Gunung Ulin Anjlok, Paman Yani : Akan Kita Panggil Pihak Terkait
HARGA jual hasil pertanian dan perkebunan masyarakat lokal di Desa Gunung Ulin Kecamatan Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru kerap anjlok membuat Anggota Komisi II DPRD Kalsel, Muhammad Yani Helmi akan segera memanggil dan berdiskusi langsung dengan Pemprov Kalsel.
TERLEBIH kejadian ini ternyata juga sudah sering dialami. Selain anjlok, hasil pertanian yang digarap oleh mereka pun ternyata masih kalah bersaing dengan kabupaten dan provinsi lain. Bahkan Sulawesi, Tanah Laut dan Banjar dikabarkan telah menguasai pendistribusian di pasar tradisional di wilayah itu.
Anggota Komisi II DPRD Kalsel Dapil VI Kabupaten Kotabaru dan Tanah Bumbu, Muhammad Yani Helmi mengungkapkan, sangat terkejut dengan adanya pernyataan langsung dari para masyarakat di wilayah itu. Yang mana, hasil pertanian sampai penjualan mereka mengaku sering mengalami mengalami kerugian hingga sepi pelanggan.
“Saya rasa tidak enak didengar ya, ketika warga masyarakat bercocok tanam dan berkebun yang menghasilkan sebuah komiditi tetapi secara harga anjlok. Hal ini kami tidak mau inginkan,” ujarnya usai menggelar kegiatan reses hari kelima dalam rangkaian menjaring aspirasi dari masyarakat Desa Gunung Ulin, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru, Rabu (5/5/2021).
Dirinya mendengar, bahwa masyarakat di Desa Gunung Ulin itu mulai dari nenek moyang bahkan hingga kini mata pencaharian mereka dari generasi ke generasi mayoritas adalah pengolah perkebunan dan pertanian.
“Sementara ada hasil pertanian dari provinsi lain yang masuk. Saya akan memanggil SKPD terkait karena hubungannya ini sangat erat serta sesuai sekali dengan tupoksi saya di Komisi II DPRD Kalsel. Yang terpenting, aspirasi dan keinginan para warga di Desa Gunung Ulin akan kami akomodir dulu. Namun, tak sampai disitu saja harapan ini akan tetap diperjuangkan di Rumah Banjar,” urainya.
Tak ingin berdiam diri, wakil rakyat yang akrab disapa Paman Yani ini berencana akan memperjuangkan aspirasi itu ke rumah Banjar (kantor DPRD Kalsel) dan segera memanggil sejumlah SKPD terkait untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang kini menjadi persoalan bersama.
“Saya akan segera panggil Dinas Perdagangan, Tanaman Pangan dan Holtikultura, Ketahanan Pangan hingga perkebunan ditingkat Kalsel ataupun kabupaten nanti untuk berdiskusi dalam menyelesaikan permasalahan ini. Setidaknya, kita bicarakan dulu jangan diam, malu hati juga kalau tidak disampaikan,” tegasnya.
Selain sebagai politisi partai Golkar, Muhammad Yani Helmi yang juga membidang ekonomi dan keuangan di Komisi II DPRD Kalsel itu menginginkan adanya pola yang tepat agar hasil pertanian dan perkebunan milik masyarakat lokal di wilayah tersebut bisa mengusai pangsa pasar minimal di daerahnya sendiri.
“Sekali lagi, terpenting kita suarakan dulu kepada pemerintah baik provinsi maupun kabupaten. Agar ke depan, hasil pertanian yang digarap oleh warga disini semestinya mampu merajai pangsa pasar di wilayahnya sendiri kalau perlu di kota besar seperti di Banjarmasin. Maka dari itu, supaya tidak terbuang sia-sia dan percuma harus ada pola atau langkah yang tepat,” ucapnya.
Ia menilai, meski dibantu dengan alat mesin pertanian (alsintan) dan mendapatkan bibit unggul terbaik namun jika tak diberikan bimbingan serta penyuluhan maka hasilnya pun dipastikan juga tidak maksimal.
“Seperti tadi, walaupun dibantu dengan sebaik apapun bibit dan mesin pertaniannya saya rasa percuma juga. Meski hasil berlimpah tapi terbuang sia-sia dan harganya juga tidak sesuai ya rugi kan. Atau, Pemkab Kotabaru memiliki mindset (pemikiran) bagaimana mengakomodir petani di wilayah ini supaya produk lokalnya bisa menembus Banjarmasin, itu lebih bagus. Karena daerah ini merupakan dapil saya, tentu patut diperjuangkan,” katanya.
Salah seorang warga Desa Gunung Ulin, Abdul Wahid membenarkan adanya hal tersebut.
“Hasil pertaniannya itu ada yang berasal dari Kabupaten Banjar, Tanah Laut bahkan provinsi lain seperti Sulawesi juga masuk kesini. Sehingga, harga jual sayur mayur kami dari Desa Gunung Ulin sering mengalami kerugian,” tuturnya.
Dia berharap, pemerintah bisa memberikan perhatian serius untuk segera menangani penyelesaian permasalahan tersebut, baik dalam bentuk strategi penjualan, penyuluhan secara berkala maupun menjaga kualitas sampai dengan teknik pembibitan yang benar.
“Inilah kendala kami sebagai petani yang sekaligus pekebun di Desa Gunung Ulin, karena kalau sudah masuk distribusi hasil pertanian dikabupaten dan provinsi lain otomatis anjlok. Setidaknya, tolong kepada pemerintah agar diperhatikan nasib kami, kadang-kadang karena kalah bersaing harga sayur mayur milik warga disini sering busuk dan dibuang,” kata Abdul Wahid selaku perwakilan petani di Desa Gunung Tinggi, Kotabaru.
Ditempat yang sama, Kepala Dusun Desa Gunung Tinggi, Syahrin menyebutkan, dari ratusan lebih masyarakat yang tinggal di daerah tersebut, diakuinya aktivitas warga di Desa Gunung Tinggi mayoritas adalah petani dan mengelola perkebunan. Namun, setiap kali panen, harga yang mereka jual dan dibawa ke kota besar rata-rata ternyata selalu mengalami kerugian hingga anjlok dipasaran.
“Khususnya RT 01 disini yang paling terbanyak. Sekedar diketahui, mayoritasnya 75 persen adalah petani dan pekebun yang lebih banyak menanam sayur mayur. Kalau ditanya harga jual sudah sering mengalami kerugian hingga ajlok dipasaran, semisalnya satuannya Rp 3.000 ya tetap saja jangan dinaikkan lagi,” pungkasnya.(jejakrekam)