MENJELANG dan menyambut malam Selikur tepatnya mulai 21 Ramadhan atau 10 hari terakhir Ramadhan 1442 Hijriyah menjadi kebiasaan umat Islam Indonesia mamasang lampu ‘teplok’ (terbuat dari bambu pakai minyak tanah) era dulu. Sekarang lampu hiasa beraneka macam warna (tinggal mencucuk ke listrik saja lagi).
NAH MENENGOK kebiasaan itu, maka jejakrekam.commenelusuri sejumlah masjid, mushalla, dan rumah yang memasang lampu hias untuk menyambut malam Selikur 21 Ramadhan 1442 Hijriyah di Kota Banjarmasin dan sekitarnya.
Malam Selikur adalah malam pada malam 21 Ramadhan, yang bagi Umat Islam sebagai bentuk malam penyambutan malam seribu bulan, Lailatul Qadar.
Malam Lailatul Qadar sendiri berarti malam seribu bulan, di mana orang yang beribadah pada malam itu akan mendapatkan pahala dengan kelipatan seribu bulan. Kita disuruh mencari malam Lailatul Qadar sesuai sabda Rasulullah SAW. Meski dirahasiakan datangnya malam Lailatul Qadar, namun berguna untuk menggugah ibadah umat Islam. Sedangkan untuk pastinya sendiri, tak ada yang tahu pasti kapan datangnya malam seribu bulan tersebut.
“Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya,” (HR. Bukhari).
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS Al-Qadr: 1-5).
Sebagai bulan suci bagi umat Islam sebagai momentum terbaik untuklebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menjalankan semua ibadah wajib dan Sunnah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Bulan Ramadhan merupakan bulan paling sibuk dan paling semarak bagi masyarakat kita, tak terkecuali warga Kota Banjarmasin, meski kondisi pandemi Covid-19 masih melanda. (jejakrekam)