KEMACETAN parah melanda Kabupaten Barito Kuala, terutama dari arah kota Marabahan menuju Banjarmasin. Terutama, Jalan HM Yunus dan Jalan Brigjen H. Hasan Basri di daerah Gampa Asahi, Kecamatan Rantau Badauh.
DOSEN Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Nasrullah pun angkat bicara. Ia mengungkap salah satu penyebab adalahnya angkutan industri seperti bahan bakat minyak (BBM), bahan bangunan dan sebagainya yang diangkut truk berukuran raksasa, semakin menyesakkan ruas jalan itu.
“Badan jalan yang tidak sanggup menahan beban berat mengalami kerusakan di mana-mana. Akibatnya adalah kemacetan panjang dan mobil terbalik,” ucap Nasrullah kepada jejakrekam.com, Minggu (18/4/2021).
Warga Batola ini pun mengakui solusi sementara adalah buka tutup jalan dan tambal sulam jalan yang tidak banyak mengurai kemacetan.
“Penyebabnya bukan pada sistem buka tutup itu, melainkan badan jalan yang tidak sanggup menahan beban kendaraan yang melintas; kemudian pengendara mobil yang tidak taat antre,” kata Nasrullah.
BACA : Pj Gubernur Tinjau Gampa Asahi dan Jembatan Alalak 1
Akibat lanjutan selain kemacetan, Nasrullah melihat justru terjadi stres massal baik pengguna jalan maupun masyarakat setempat oleh karena panjang antrean dan durasi kemacetan.
“Debu-debu jalanan akibat lalu lalang mobil angkutan berat yang di kemudian hari akan terasa dampak negatif bagi kesehatan. Ini belum lagi, soal pelambatan mobilitas penduduk pengguna jalan raya tersebut sehingga berbagai hajat hidup tidak bisa disegerakan,” ucap dosen muda ini.
Dengan demikian, bagi Nasrullah, justru kebijakan buka tutup jalan hanya solusi sementara. Menurut dia, dua solusi penting mesti dilakukan oleh pemerintah provinsi dan kabupaten.
“Pertama, solusi segera – selain buka tutup jalan – untuk mengurai kemacetan diperlukan kunjungan kembali kepala daerah provinsi, dan wakil rakyat ke areal kemacetan bersama pihak terkait untuk memikirkan kembali solusi alternatif berdasarkan situasi riil,” katanya.
“Jika kemacetan ini tidak diselesaikan segera, maka arus mobilitas lokal Kalsel menjelang atau setelah lebaran tidak hanya ke Marabahan juga beberapa kota di Hulu Sungai yang munggunakan akses tersebut akan mengalami kendala serius,” sambung Nasrullah.
BACA JUGA : Jalan Desa Gampa Asahi Rusak Parah, Pemkab Batola Batasi Tonase Armada Angkutan Barang
Kedua, beber dia, solusi jangka panjang. Terlebih dahulu mindset para pihak baik pemerintah, pengamat maupun praktisi untuk melihat akses melalui Batola merupakan jalur baru di daratan menuju Hulu Sungai, bahkan Kalteng atau bukan sekedar alternatif sementara saat dan pasca= banjir.
“Pemerintah Provinsi Kalsel harus didukung untuk membuka akses permanen ke Hulu Sungai dan Kalimantan Tengah melalui wilayah Batola,” katanya.
Selain itu, masih menurut Nasrullah, akses menuju Tapin melewati Kecamatan Bakumpai, maka Pemprov Kalsel perlu men-support atau gayung bersambut dengan Proyek Kutabamara yang digagas oleh Pemkab Batola.
“Kabupaten Batola saat ini sedang berjibaku membuktikan tidak ada differensiasi pembangunan Batola dengan menyukseskan Kutabamara dalam tempo sesingkat-singkatnya. Meskipun ada kesulitan akses roda dua melalui akses Anjir Talaran mencapai Desa Balukung, Kecamatan Bakumpai sebagai bagian proyek Kutabamara tersebut,” ucap Nasrullah.
BACA JUGA : Dilintasi Truk besar, Ruas Jalan Sungai Gampa Terimbas Kemacetan Parah Handil Bakti
Magister sosiologi-antropologi UGM Yogyakarta ini mengatakan selagi proyek Kutabamara berjalan, Pemprov Kalsel perlu dari sekarang merencanakan bahkan merealisasikan interkoneksi daratan Kalsel yang menghubungkan Batola ke Kecamatan Paminggir, Kabuputen Hulu Sungai Utara (HSU) yang kemudian bisa dilanjutkan ke wilayah Kalteng melalui Kabupaten Barito Selatan.
“Oleh karena itu, solusi atas kemacetan ini bukan sekadar memperlancar arus lalu lintas tetapi juga menjadi inspirasi agar seluruh wilayah Kalsel terinterkoneksi antar kabupaten dan juga antar provinsi yang selama ini tidak terperhatikan,” imbuh Nasrullah.(jejakrekam)