Relasi Intens Melayu Banjar-Dayak Ma’anyan Berabad-abad

0

Oleh : Taufik Arbain

RELASI Suku Melayu Banjar dengan Suku Dayak Ma’anyan tidak sekadar pada hadirnya Puteri Mayang Sari Binti Sultan Suriansyah dari isteri kedua Noorhayati anak Tokoh Ma’anyan Labai Lamiah ke Tanah Nan Sarunai di abad 15.

TETAPI jauh sebelumnya ketika adanya pertemuan politis di kawasan Tanjung Pura, Kuripan dan Nagara Dipa bahkan Negara Daha, termasuk sisa-sisa situs peninggalan Ma’anyan di kawasan Banua Hanyar dan Martapura. Hanya saja relasi Banjar – Ma’anyan dengan kehadiran Puteri Mayang menjadi momentum yang kental antar dua entitas ini.

Hal ini sama dengan kehadiran Raja Banjar ke IV DYMM Sultan Musta’in Billah atau Marhum Panambahan Bin Sultan Hidayatullah I anak dari isteri diluar tutus bangsawan berkawin dengan perempuan Dayak Ngaju dari Kapuas yang juga menghadirkan relasi entitas antara Melayu Banjar dan Dayak Ngaju (Biaju). Bahwa hal demikian menegaskan kalangan bangsawan maupun kalangan rakyat terjadi kawin-mawin yang melahirkan entitas dalam pertalian yang erat hingga sekarang.

Apa yang ditulis Marko Mahin, dan Hadi Saputera tentang Puteri Mayang Sari, saya kira merupakan riset lanjutan yang ditulis oleh Fridolin Ukur tentang Paju Epat dan Alfani Daud tentang Islam Masyarakat Banjar. Tulisan Fridolin Ukur dan Alfani Daud mendorong saya untuk membuktikan kebenaran tesa dari riset mereka.

Pada tahun 2004 – 2005 silam, saya menyempatkan diri berulang kali ulang-ulik antara kawasan Banua Lawas Tabalong dengan kawasan Kampung Gumpa Tamiang Layang (Bartim) termasuk Kampung Jaar. Perjalanan riset terbatas tersebut saya lakukan disela waktu senggang mengajar di STIA Tabalong tiap Jumat hingga Minggu.

BACA : Nansarunai; Kerajaan Dayak Maanyan yang Merupakan Leluhur Urang Banjar

Beberapa informan dari Kampung Gumpa membenarkan bahwa Masjid Tua Banua Lawas adalah masjid parpantangan mereka. Bahkan mereka kalau memiliki hajat selalu bernazar akan menziarahi masjid tersebut. Kepercayaan ini berlaku pada anak keturunan mereka di sebagian kecil kampung Gumpa. Menurut informan saat ini agak berkurang berziarah kesana karena anak-anak mereka sudah mengikuti “sekolah minggu”. Meskipun sebagian mengikuti “Sekolah Minggu” , tetapi masih ada yang melakukan ritual tersebut sebagai keyakinan dan kepercayaan mereka terhadap terkabulnya hajat/nazar.

Saya mencoba melakukan crosscheck atas pernyataan informan hingga mendatangi lagi beberapa informan juru kunci Masjid Banua Lawas. Juru Kunci Banua Lawas membenarkan bahwa sering etnis Maanyan melakukan ziarah. Bahkan saat dilakukan wawancara tahun 2005 tersebut, sejam yang lalu kedatangan etnis Maanyan ke Masjid tersebut berombongan.

Mengingat masjid tua ini adalah milik bersama (parpantangan) Banjar-Maanyan, maka juru kunci dan masyarakat membiarkan ritual yang mereka lakukan berupa mencuci kaki di air dalam tempayan (belanga), kemudian masuk ke ruang induk dan bekeliling pada tiang guru termasuk turut serta meletakan kembang.

BACA JUGA : Bahasa Dayak Ngaju Berakar Sama dengan Melayu

Menariknya sebelum meninggalkan masjid mereka memasukan uang koin ke tempayan (belanga) berisi air tempat mencuci kaki tersebut. Sampai saat ini kedua belanga tersebut masih ada. Juru Kunci Masjid kepada saya menunjukkan kawasan di sekitar Masjid dimana diduga terdapat kuburan Leluhur orang Banua Lawas dan Maanyan yang tertutup pada ilalang dan menjadi kebun karet.

Jika dihubungkan dengan kehadiran Puteri Mayang Sari Bin DYMM Sultan Suriansyah, saya menduga ini terjadi di abad-abad awal politik dakwah kerajaan yang mengirimkan para pendiaspora dakwah memasuki pedalaman selain kepentingan perluasan wilayah (ekspansi) di kawasan pedalaman Tamiang. Bahkan relasi intens ini sudah terjadi pada abad sebelumnya sebagaimana riset Pradiptajati dan Nicolas Brucato ahi genetik dari Universitas Toulouse Prancis yang meneliti DNA orang Madagaskar merupakan keturunan Banjar campuran Melayu Banjar dan Maanyan (75:15 persen).

BACA JUGA : Nansarunai Ditaklukkan dengan Tiga Misi Militer Majapahit

Ini artinya percampuran entitas etnis ini sudah ada lama, hingga diikuti perubahan sosial budaya, politik dan ideologi buah dari keniscayaan zaman termasuk perangkat zaman itu dilakukan oleh Sultan Suriansyah dan keturunannya sebagaimana riset Ukur (1977), Daud (1997) dan Mahin (2013).

Berkaitan dengan Balai Hakey, saya kira ditahun 1980-an, kakek dan keluarga saya bercerita bagaimana mudahnya mereka memasuki pedalaman untuk berdagang keperluan harian masyarakat Maanyan. Kampung Alabio, Amuntai dan Kelua sebagai komunitas dagang sangat dekat dengan kawasan Barito Timur bahkan ruang pasar yang sangat menjanjikan. Suasana sebagaimana filosofis “ Balai Hakey”, tidak sekadar didapati pada Upacara Ijambi (kematian) tetapi dalam suasana kebatinan yang lain. Karena kedua entitas etnis ini saling mengisi satu sama lain dan saling membutuhkan.

Menurut saya, catatan-catatan historis demikian harus menjadi catatan monumental bagi kedua entitas ini bahwa relasi dengan segala dinamikanya ini adalah sebuah pertaruhan maruah kebersamaan antar etnis yang masih ada hubungan pertalian darah dan kekerabatan. Suasana politik Negara dan urusan keyakinan saat ini, jangan sampai menjadi penghalang intensnya relasi tersebut.

BACA JUGA : Langgundi, Tenun Sarigading di Bawah Bayang Sasirangan

Para leluhur di masa lalu telah mengajarkan dan membuktikan bagaimana mereka meletakan fondasi maruah penghormatan dan kepatutan serta keberagaman dalam bingkai kebersamaan. Ajaran kebersamaan inipun telah disumpahkan oleh Sultan Suriansyah, bahwa “ wahai rakyatku nang biajukah (ngaju ) , balandeankah, dusunkah (maanyan) jawakah, nang duduk di sungai, atawa gunungkah kalian adalah banjaranku (rakyatku),maka hidupkah damai dibawah perlindunganku”

Catatan sejarah harus menjadi penopang kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah untuk merekatkan anak bangsa. Untuk itu diperlukan ahli kebijakan yang mampu menganalisis ragam perspektif termasuk catatan sejarah dari hasil riset.(jejakrekam)

Penulis adalah  Datuk Cendikia Hikmadiraja Kesultanan Banjar

Dosen FISIP Universitas Lambung Mangkurat

(Isi dari artikel ini sepenuhnya tanggungjawab penulis bukan tanggung jawab media)

Pencarian populer:Balai Hakey

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.