Pengamat Politik Uniska Sebut Putusan PSU Imbas dari Praktik Culas Pilkada

0

PENGAMAT politik FISIP Uniska MAB, Muhammad Uhaib As’ad mengatakan tampilnya seorang Denny Indrayana head to head melawan incumbent, Sahbirin Noor (Paman Birin) menjadi sejarah baru bagi perpolitikan di Kalimantan Selatan.

“SEJARAH pemilihan gubernur (pilgub) di Kalsel telah diwarnai oleh Pemungutan Suara Ulang (PSU) di ratusan tempat pemungutan suara (TPS) yang ditetapkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK). Artinya, keputusan itu menganulir keputusan KPU Kalsel yang memang sejak awal ditengarai adanya indikasi praktik culas dan manipulasi di beberapa daerah pemilihan,” ucap Uhaib As’ad kepada jejakrekam.com di Banjarmasin, Sabtu (20/3/2021).

Ia mengatakan tentu saja hal ini menjadi pembelajaran bagi proses demokrasi bahwa praktik demokrasi tidak seharusnya dimanipulasi dengan berbagai macam cara, demi untuk memenangkan perebutan kekuasaan politik.

“Gemuruh Pilkada Kalsel sebagai proses demokrasi seharusnya bersih dari daki-daki demokrasi. Namun faktanya, dugaan keterlibatan aparat pilkada dan aktor-aktor dalam permainan manipulatif itu pada akhirnya menjadi malapetaka dan sekaligus menjadi kejahatan demokrasi di era keterbukaan demokrasi saat ini,” papar doktor lulusan Universitas Brawijaya Malang ini.

BACA : KPU Kalsel Segera Gelar Rapat Pimpinan Tindak Lanjuti Putusan MK

Bagi Uhaib,  melawan demokrasi pada hakikatnya melawan hati nurani warga Kalsel yang menginginkan sebuah perubahan dan demokrasi bermartabat. Menurut dia, justru dugaan keterlibatan institusi demokrasi dalam praktik manaipulatif itu menjadi tontonan telanjang yang memalukan.

“Bahkan, akan menjadi bahan tertawaan sejarah demokrasi lokal di Kalimantan Selatan. Ini sebuah demokrasi kita, sebagai warga yang merindukan sebuah kejujuran dan kecerdasan berdemokrasi justru aparat pilkada mempertontonkan kedunguan di hadapan publik Kalsel,” paparnya.

Sekali lagi, menurut Uhaib, adalah pelajaran bagi warga dan khususnya bagi petugas pilkada. Jangan bermain main dengan praktik keculasan sekadar ingin memenangkan pasangan tertentu. Rakyat semakin cerdas. Politik sudah tidak massif lagi seperti pada Pilkada Gubernur sebelumnya.

BACA JUGA : Legowo Putusan MK, Tim BirinMu Bakal Rombak Timses Songsong PSU 7 Kecamatan

Di mata Uhaib, Denny Indrayana yang merupakan seorang profesor hukum sudah menjadi simbol perlawanan bagi kekuatan oligarki. Bahkan, Uhaib menilai sosok Denny telah membuktikan bahwa kekuasaan tidak selamanya diraih dengan cara mengandalkan kekuatan kuasa uang.

“Daulat rakyat adalah segala dan mengalahkan kekuatan kuasa uang. Denny Indrayana telah menggelorakan semangat berdemokrasi tanpa mengandalkan kuasa uang tapi memberikan sebuah literasi pendidikan politik bagi warga Kalsel bahwa kekuasaan bisa diraih dengan cara bermartabat atau bermarwah,” tutur Uhaib.

Kendatipun terjadi Pemilihan Suara Ulang (PSU), dirinya meyakini bahwa pertarungan babak kedua ini akan dimenangkan oleh pasangan Denny Indrayana-Difriadi Darjat (H2D).

BACA JUGA : Denny Indrayana Respons Putusan MK: Kita Perjuangkan Politik Tanpa Uang, Tanpa Curang

“Pilkada 9 Desember lalu saja peta kekuatan politik menjadi pertarungan seimbang apalagi pada PSU datang. Isu krusial seperti carut marut pengelolaan sumber daya alam dan musibah banjir. beberapa waktu lalu akan tetap menjadi political marketing yang menarik selain isu krusial lainnya,” ucapnya.

Kata Uhaib, dalam PSU datang, lembaga demokrasi, elite politik, dan juga warga Kalsel mari sama-sama memperlihatkan kedewasaan dan kecerdasan berdemokrasi tidak mengedepankan cara-cara oligarki dan manipulatif.(jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.