Ada Tren Politik Genetik, Cerita Pembudidaya Betta Fish Banua

0

PELAKU usaha budidaya ikan cupang (Betta Fish), Lutfi Iskandar mengisahkan tentang dinamika bisnisnya di Kalimantan Selatan, khususnya di Banjarmasin, mengalami peningkatan yang relatif.

DIA menuturkan karena adanya politik genetik yang dimainkan oleh pembudidaya cupang atau iwak klatau dalam bahasa Banjar, di pusat.

“Bisnis cupang di Kalimantan Selatan ini, kita mengikuti tren yang dimainkan oleh pembudidaya di pusat sana,” ucap Lutfi Iskandar kepada jejakrekam.com, Sabtu (13/3/2021) siang.

Menurut Lutfi, budidaya ikan cupang kian melejit di Banjarmasin, hampir mencapai ratusan bahkan ribuan yang tak terdata. Mereka melakoni budidaya cupang secara mandiri tanpa karyawan, dan sebagian memiliki anak buah yang menjalankan bisnis cupang tersebut.

Pemuda asal Sungai Lulut ini menjalankan bisnis cupangnya lewat akun @Bettafishbanua. Menurutnya, rata-rata pembudidaya cupang memasarkan lewat platform instagram dengan teknik lelang.

“Selain lelang cupang, salah satunya dengan kompetisi cupang yang kini mulai digandrungi banyak orang. Ada anak-anak hingga orang dewasa,” ujarnya.

BACA : Penjualan Cupang di Banjarmasin Kian Laris Seiring Jenuhnya Masyarakat dengan Situasi Covid-19

Jenis cupang sangat beragam dari nama hingga golongannya, ada yang berjenis Halfmoon (Berbuntut Lebar) dan Plakat (Berbuntut Pendek), yaitu sebagai berikut Multicoloted, Halfsun, Crown Tail, Veil Tail, Delta Tail, Spade Tail, HMPK, Paradise, Fancy, Coccina, Slayer, Dumbo, Giant, Combtail, Rosetail, Roundtail, Piebald.

Sementara, keberagaman jenis cupang terdapat dari perkawinan silang yang dimainkan oleh pembudidaya pusat dan wilayah sekitarnya. Di Banjarmasin sendiri, kata Lutfi, bibit cupang jenis Multicolored paling banyak diminati serta pembudidayanya, sehingga harga yang dijual cukup murah.

“Jenis Avatar yang paling mahal dan dicari banyak orang sekarang, bahkan per cupangnya ada yang jual dengan harga fantastic yaitu 1 Juta per bibitnya hingga lebih dari itu,” ucap pria kelahiran 1995 itu.

Terkait penghasilan, Lutfi mengakui omzet yang didapatkannya cukup relatif dan tergantung pemesanan yang dipasarkannya selama sebulan terakhir, “Lumayanlah. Alhamdulillah dapat Rp 1 juta lebih sekian, setengah uangnya saya belikan alat-alat buat menambah inventaris bisnis percupangan,” ucapnya.

BACA JUGA : Geliat Jual Beli Ikan Predator di Banjarmasin: Makin Besar, Makin Mahal

Lutfi kini memiliki dua gerai tempat yang dijadikannya sebuah indukan cupang, di antaranya di Jalan Ratu Zaleha, Gang Fatma Sari, Banjarmasin. Di sana, ia menjadikan proses pewarna indukan sebagai bibitan baru.

Sementara, gerai di Sungai Lulut yang dijadikannya sebagai proses perawatan bibit cupang tersebut. Kedua tempat itu melayani jual beli ikan cupang dengan harga yang cukup terjangkau.

Dirinya mematok harga dari mulai 25 Ribu hingga 100 Ribu, tergantung jenis cupang yang diperjualnya tersebut. Lutfi bercerita, awal memasuki pandemi Covid-19 yang menjadikan musim cupang kian diminati oleh kalangan masyarakat, sejak Mei 2020 hingga sekarang memasuki tahun 2021.

“Saya cukup terlambat saat memasuki bulan Januari tadi memulai budidaya cupang ini, dan baru pada Februari sudah mulai memasarkannya. Kini, sudah banyak pesaingnya dan makin berkompetisi dalam perbibitan cupang tersebut,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Rahm Arza
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.