Banjir Kalsel Akibat Kerusakan Lingkungan, Pj Sekdaprov: Perlu Penelian Mendalam

0

SUDAH sepekan, banjir di Kalimantan Selatan masih menggenang. Selain faktor curah hujan tinggi, bencana ekologis turut digadang menjadi penyebab banjir besar di awal tahun 2021.

KONDISI
ini juga menjadi sorotan program talkshow ternama nasional ‘Mata Najwa’. Pada Rabu (20/1/2021) malam. Mata Najwa menyinggung sejumlah bencana yang terjadi di Indonesia belakangan, termasuk banjir Kalsel.

Pada segmen kelima, Koordinator Kampanye Walhi Kalsel, Edo Rakhmad yang menjadi narasumber, menyatakan bahwa banjir bukan semata-mata diakibatkan oleh curah hujan tinggi.

BACA : Pilu, Pengungsi Korban Banjir Sakit Komplikasi Sempat Terlantar

“Banjir di Kalsel, hasil pengamatan teman Walhi Kalsel, hampir sebagian daratan di Kalimantan sudah ada kegiatan (industri) ekstraktif di sana. Ini memberi faktor besar menyebabkan banjir,” ucapnya.

Kemudian, di segmen enam, Najwa Shibab yang memandu program Mata Najwa mencecar pertanyaan kepada Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah Provinsi Kalsel, Roy Rizali Anwar, soal penyebab banjir.

Najwa turut menyinggung banjir besar di Bumi Lambung Mangkurat tidak hanya disebabkan oleh curah hujan tinggi yang terjadi berhari-hari. Tetapi disebabkan juga oleh kerusakan lingkungan.

“Pak Roy, apakah Pemerintah Daerah juga mengakui bahwa banjir di Kalsel bukan hanya disebabkan oleh curah hujan tinggi, tetapi karena kerusakan lingkungan pak?,” tanya dia kepada Roy.

BACA JUGA :  Terkait Bencana Banjir Di Kalsel, Ini Yang Akan Dilakukan BSW Kalimantan III

Namun begitu, cecaran jurnalis senior yang akrab disapa Nana itu buru-buru dibantah Roy. Eks Kepala Dinas PUPR Kalsel itu mengatakan bahwa hal tersebut perlu ada kajian mendalam.

Roy hanya bisa memastikan, penyebab banjir pada sejumlah wilayah di Kalsel adalah faktor cuaca. Yang mana, kata dia, curah hujan beberapa hari terakhir boleh dibilang tak normal dari biasanya.

“Terkait kondisi lain yang terjadi, itu saya rasa perlu penelitian yang lebih detail terkait ini,” dalihnya.

Roy yang ditunjuk sebagai perwakilan Pemprov Kalsel sebagai narasumber di acara Mata Najwa mengaku kondisi seperti ini pernah terjadi pada tahun 1928 khusus daerah Barabai.

Ia justru berdalih bahwa kondisi semacam ini disinyalir merupakan periode ulang 50 atau 100 tahunan.

“Apakah ada kerusakan alam yang tetjadi, saya rasa mungkin harus ada penelitian yang lebih lanjut, kita akan libatkan para akademisi dan profesional untuk penelitian lebih lanjut,” katanya.(jejakrekam)

Penulis Riki
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.