Genangan Air di Protokol Banjarmasin, Pengamat Sebut Konsep Kota Tak Ramah Sungai

0

PENGAMAT tata kota Akbar Rahman menyoroti ruas jalan trotoar yang banjir di sisi kota Banjarmasin. Sisi kota yang terdampak banjir, ia menyebutkan dibeberapa ruas jalan Brigjen Hasan Basry dan Jalan Achmad Yani, dan ruas jalan lainnya.

“INIKAN selalu terulang kembali, banjir menjadi langganan di setiap musim hujan di Kota Banjarmasin. Sepanjang jalan Brigjen Hasan Basry Kayutangi, juga Jalan Achmad Yani itu selalu berlangganan banjir. Jika dilihat faktor utama karena retaknya jalan serta pengukuran saluran drainase yang belum optimal,” ucap dosen Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Akbar Rahman kepada jejakrekam.com, Jum’at (18/12/2020).

Arsitek profesional dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Kalsel itu mengungkap, beberapa faktor yang menjadi titik persoalan jalan yang kerap digenangi banjir adalah rusaknya jalan yang berlubang. Hal ini memicu air menumpuk pada bagian jalan yang rendah. Kedua, matinya sungai yang mengakibatkan tanpa aliran drainase yang baik.

“Jalan itu harus merata, dan perlu ada perawatan secara berkelanjutan (kontinyu). Bila ada jalan yang berlubang maupun bergelombang, maka aliran air pasti menumpuk ke muara yang paling rendah,” kata doktor urban atau enviromental design universitas ternama di Jepang ini.

BACA : Jor-Joran Proyek Jalan, Jembatan, Trotoar dan Drainase di Dinas PUPR Banjarmasin, Ada Apa?

Faktor yang mengakibatkan jalan rusak, diakui Akbar adalah lahan gambut. Ia beranggapan jalan rentan rusak dan banjir terus menjadi persoalan setiap curah hujan tinggi yang menggenangi jalan kota.

“Jika telah dilakukan pemerintah kota (pemkot) terhadap perbaikan drainase, maka perlu ditinjau kembali proses yang telah dibenahi itu, nyatanya masih saja bermasalah setiap tahunnya. Yang penting diperhatikan, salah satunya perawatan jalanan umum secara kontinyu itu,” ucap anggota Ikatan Ahli Bangunan Hijau Indonesia (IABHI) ini.

Beberapa penilaian bagi Akbar. Pertama yaitu perawatan jalan sangatlah bagian vital dalam menanggulangi kebanjiran. Kedua, pengerukan sungai dalam halnya perhitungan volume drainase tersebut.

“Tentu, sudahkah perawatan jalan secara kontinyu dan sekalipun jika adanya pengerukan, maka apakah telah sesuai kadar kedalaman sungainya itu?” cecarnya.

BACA JUGA : Diguyur Hujan Deras, Drainase Buruk, Pusat Kota Banjarmasin Diserbu Air

Perawatan sungai, Akbar menyarankan agar pengerukan setidaknya kedalaman sungai berkisar 4 meter dari permukaan daratan tersebut.

“Itu sungai banyak yang mati tanpa diperhatikan secara serius, artinya problem ini belum tuntas dan bagaimana pihak pemerintah kota mengatasinya, tentu dengan melibatkan banyak orang yang berkompeten di bidangnya,” ujar Akbar lagi.

Akibat pembangunan kota tidak ramah sungai, menurut Akbar, justru genangan banjir terus menjadi momok persoalan di Banjarmasin. Akbar menilai, konsep pembangunan kota belum berfungsi sesuai aturan tentang bagaimana merawat sungai tersebut.

BACA JUGA : Sistem Drainase Banjarmasin Bermasalah, Ini Saran Ahli dari Intakindo

“Jadi sungai yang mati itu perlu dihidupkan kembali dengan adanya bendungan. Kita tahu bahwa hampir seluruh wilayah digenangi air pada saat pasang, maka Pemkot Banjarmasin semestinya membuat bendungan seperti Sungai Rotte atau ‘Rotterdam’ yang secara geografis bahwa kota ini terdapat ketinggian tanah berada pada 0,16 meter di bawah permukaan laut,” pungkas Akbar.(jejakrekam)

Penulis Rahim
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.