Sungai Barito dan Hak Hidup Sejehtera Penduduknya

0

Oleh : Setia Budhi, Ph.D

KEBERADAAN Sungai Barito telah ribuan tahun, mengalir dari hulu ke muara dengan penduduk yang hidup di tepiannya.

NAMUN sayangnya, sungguh ironi. Hari ini, penduduk yang tinggal di kampung-kampung di sepanjang Sungai Barito itu justru belum sejehtera.

Bahkan, kabar dukanya adalah ketika di berapa titik, kualitas Sungai Barito mengalami penurunan, tercemar zat kimia. Beberapa jenis ikan mulai musnah dan pohon-pohon tumbang, sebab sungai terpanjang dan terbesar di Kalimantan Selatan yang terhubung ke Kalimantan Tengah ini mengalami erosi.

Faktanya lagi, rumah penduduk tiap tahun di rendam banjir khususnya di bantaran Sungai Barito. Sementara, ratusan tahun di perairan Sungai Barito memilirkan kayu, rotan, damar, karet dan terakhir hasil tambang ‘emas hitam’, batubara.

BACA : Ulek Sungai Barito dan Denyut Kehidupan Masyarakat Bakumpai

Lantas di manakah hati nurani para pengusaha tambang batubara, misalnya untuk sekadar membuat model rumah anti banjir? Padahal, dengan dana CSR, program pembuatan rumah anti banjir sangat mudah dilakukan.

Sebagai contoh, bikin saja misal satu kampung, ada 25 buah rumah model dan terus bertambah pada tahun berikutnya.

Sebagai salah satu warga yang bertempat tinggal di tepian Sungai Barito, dalam catatan akhir tahun ini mengetuk pintu hati para korporasi terutama para pengusaha batubara yang memilirkan jutaan metrik ton tiap tahun, untuk peduli dengan masyarakat sekitar. 

Membuka mata hati mereka dan menyisihkan sedikit laba bersih mereka untuk masyarakat sungai yang banyak berjasa memilirkan hasil tambang mereka.(jejakrekam)

Penulis adalah Antropolog FISIP Universitas Lambung Mangkurat

(Isi dari artikel ini sepenuhnya tanggungjawab penulis bukan tanggung jawab media)

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.