Ini Pemenang Tiga Lomba Karya Sastra Terbaik dari Catatan Dewan Juri ASKS XVII di Tabalong

0

HASIL pemenang lomba Aruh Sastra Kalimantan Selatan (ASKS) XVII di Tabalong, yang dibacakan langsung oleh Dewan Juri terdiri dari YS Agus Suseno, Fahmi Wahid dan Abdurrahman El Husaini.

ADA tiga even lomba di antaranya yaitu lomba cerita rakyat, cipta puisi bahasa Banjar dan baca puisi bahasa Banjar secara daring atau online.

“Kami tim Dewan Juri sudah menyeleksi gasan baca puisi video bahasa Banjar, kami sawat behualan, bahungkupan (berdebat) dan alhamdulillah, sudah menemukan. Ada 56 peserta baca puisi daring yang mengikuti,” ucap YS Agus Suseno lewat siaran Youtube kepada jejakrekam.com, Sabtu (21/11/2020).

Menurut budayawan asal Banjarmasin ini, para peserta baca puisi bahasa Banjar masih banyak keluar dari pakemnya. Mulai SD hingga sekarang, menurut Agus, peserta baca puisi masih banyak terpengaruh bahasa dari luar, terutama bahasa Indonesia.

“Selain itu juga terkait durasi, panitia telah menetapkan 3-5 menit. Kami pun Dewan Juri tunduk dengan panitia,” ucap Agus.

BACA : 17 Tahun Aruh Sastra Kalimantan Selatan, Pelestarian Budaya Lisan Berbahasa Banjar

Senada dengan Agus, sastrawan Abdurrahman El Husaini mengevalusasi bahwa peserta yang mengikuti lomba baca puisi bahasa Banjar ini, masih banyak terpengaruh dari pembacaan puisi bahasa Indonesia. Baik secara gaya maupun penekanannya, meski bahasa yang digunakan boleh dari logat Banjar Hulu maupun Banjar Kuala.

Sementara, sastrawan Fahmi Wahid memandang dalam even baca puisi Bahasa Banjar pada acara ASKS ke-17 ini, semua peserta memiliki potensi bakat yang dapat diasah.

“Ada tiga kriteria penilaian yang pertama adalah vokal, bagaimana ungkapan seseorang tidak menghilangkan huruf dan sesuai penggunaan bahasa. Kedua intonasi, bagaimana dia membaca sekaligus menafsirkan itu puisi,” ujar penyair asal Balangan ini.

BACA JUGA : Gong Dipukul Wabup Tabalong, Aruh Sastra Kalsel XVII Resmi Digeber

Unsur ketiga dalam penilaian ditegaskan Fahmi bahwa aksentuasi yaitu dialek atau inguh bahasa Banjar yang digunakan oleh peserta lomba baca puisi daring tersebut.

“Seperti kata Pak Husaini tadi, inguh Banjar. Banyak peserta masih terpengaruh dari pembacaan puisi bahasa Indonesia, sehingga inguh bahasa Banjar hilang dan hal ini perlu diasah (belajar) lagi,” ujarnya.

Catatan lain yang diperhatikan Dewan Juri juga adalah tempo, baik cepat maupun lambatnya seseorang membaca puisi bahasa Banjar tersebut. Kata Fahmi lagi, penghayatan para peserta terlalu tinggi sehingga melupakan tempo tersebut.

“Bagaimana pembacaan puisi itu dengan suara keras atau lembut, sesuai dengan tafsiran puisi itu sendiri. Dan interpretasi, pembaca akan menghayati serta memunculkan mimik wajahnya,” pungkasnya.

BACA JUGA : Sekelumit Riwayat Aruh Sastra Kalimantan Selatan (ASKS)

Hasil pemenang lomba baca puisi daring ASKS XVII Tabalong, adalah pemenang juara diraih oleh Ricca Tri Yana sebagai terbaik 1, disusul Rasuna (2) dan Irma Suryani (3). Sementara juara harapan diraih oleh Maghfirah (Harapan 1) dan Rizqa Fitriana (Harapan 2).

Adapun lomba cipta puisi bahasa Banjar diraih oleh Rezqie Muhammad Alfajar Atmanegara asal HST dengan judul “Isim Tatamba Kuruna”. Juara kedua, diraih oleh Gusti Indra Setyawan asal Tabalong dengan judul “Balimpasan Banyu Mata” dan juara ketiga yakni Muhammad Alpiyanor asal HST dengan judul “Uma Maristanya Dunia”.

Dan pemenang lomba menulis cerita rakyat yang diraih oleh juara pertama yakni Ersa Fahriyanur dengan judul “Cuit Cacau, Cuit Cacau”. Juara kedua, diraih oleh Desy Anggraeny Kusuma dengan judul “Praha Cinta Dua Panglima” dan Aliansyah Jumbawuya dengan judul “Asal Mula Warukin”. Juara haparan pertama diraih oleh Irma Suryani “Asal Mula Gunung Tiga Tanggar Tungku” dan harapan kedua diraih oleh Fitria Salsabila Bukhori Muslim dengan judul “Nini Umbrah dan Kambing Pengantin”.(jejakrekam)

Penulis Rahim
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.