Jika Upah Tak Naik, Berarti Allah Ingin Kita yang “Naik”

0

OLEH: Erlina Effendi Ilas

SEBAGAI aktivis buruh, sosial dan kemanusiaan, saya ingin kaum pekerja mendapatkan kebaikan dalam semua aspek pekerjaan dan kehidupannya. Saya ingin kebaikan itu juga tidak saja menyasar pada kebaikan buruh semata, tapi juga kebaikan bersama karyawan dan pemberi kerja.

TERLALU naif jika salah satu pihak saja beroleh kebaikan. Karena kebaikan apapun jika tak terdistribusi dengan adil kenyataan berikutnya hanya akan menciptakan kemunduran: kemunduran berusaha, kemunduran moral, kemunduran profit dan kemunduran semangat untuk bersama.

Berjuang lantas adalah ikhtiar kemuliaan. Pergerakan dan tuntutan buruh sejatinya adalah dakwah ketuhanan. Kita menyeru kebaikan bukan untuk kepentingan buruh saja tapi kebaikan pada sistem dan tata nilai agar profit pemberi kerja semakin membaik.

Performa pengusaha dan tenaga kerja hanya akan dicapai baik jika ada sistem dan tata nilai yang berkeadilan berlandaskan keberpihakan untuk memberdayakan semua elemen.Karena itu pergerakkan buruh harus dimaknai sebagai gerakkan moral untuk menguatkan pengusaha dengan tata aturan dan nilai yang berkeadilan di dalamnya.

Sudah garansi Allah, keadilan dan kebaikan berbuah keberuntungan dan keberkahan. Jadi kenapa buruh turun ke jalan menolak UU Cipta Kerja? Karena ingin pengusaha semakin maju dan berkah dengan terhindar dari mengadopsi regulasi yang zalim yang bisa menghilangkan nilai keberkahan itu sendiri.

Perjuangan buruh adalah perjuangan nilai dan moral. Hal tersebut tidak semata berbicara kepentingan buruh, tapi maslahat semua pihak, termasuk pemerintah daerah. Sudah selayaknya semua pihak turut dalam perjuangan buruh.

Tetapi hal mesti dicatat, perjuangan kemuliaan jangan menyisakan kekecewaan. Karena mesti pandai kita memahami mana batas ikhtiar kita dan mana yang menjadi hak Allah. Jika kita berdoa, maka berdoalah, tapi hak Allah memberi jawabannya, apapun. Jika kita berjuang, maka berjuanglah, tapi hak Allah menentukan hasilnya. Jika kita ingin bahagia, berbahagialah, Allah hanya akan menegaskan apa pilihan rasa dalam hati kita. Kita sadar diri mana batas kuasa diri dan mana ranah Tuhan.

Saya terima kabar UMK Tabalong 2021 tidak naik. Jika itu faktanya dan kenyataannya, kita tak perlu kecewa. Ingat, mana otoritas kita dan mana ranah Tuhan! Kita tetap bersyukur Allah pasti memiliki alasan kenapa jawaban dari perjuangan kita seperti itu.

Saya ingin kita tetap fokus pada kebaikan dan substansinya, jangan fokus pada kulitnya tapi pada isinya. Jika UMK tidak naik tahun 2021 pasti ada maksud Tuhan kepada kita. Mungkin Allah ingin kita bertambah baik secara tidak langsung. Mungkin ada banyak pihak jika UMK tidak naik akan tertolong. Itu artinya kita telah menolong pihak lain.

Perjuangan itu wajib, dan hasil itu urusan Allah. Jika kita kecewa dengan usaha yang kita bangun, itu berarti sama halnya kecewa kepada Allah. Ini yang harus hati-hati. Sekali kita sangkakan buruk pada Allah yang memberikan jawaban atas kenyataan ini, bagaimana kita bisa beroleh kebaikan. Kerap kita berharap kebaikan tapi kita sendiri mengutuk kehidupan.

Jadi jika UMK tidak naik, berarti Allah, Tuhan kita ingin kita naik, naik derajat dalam taraf berhusnudzon. Tetap semangat dan tetap bergerak. Tolak UU Omnibus law! (jejakrekam)

Penulis adalah Sekretaris Serikat Buruh SPKEP Tabalong | Ketua Yayasan Sayangi Sesama Tabalong.

(Isi dari artikel ini sepenuhnya tanggungjawab penulis bukan tanggung jawab media)

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.